/0/19910/coverorgin.jpg?v=0b94ad33c6c25cace4d10e28932213a4&imageMogr2/format/webp)
"Aku telah memberikan seluruh diriku padamu. Kenapa kamu tidak putus dengan Julita?" tanya sang wanita dengan suara terengah-engah yang menggoda. Kini tubuhnya setengah telanjang dan berada di atas seorang pria.
"Jangan sebut namanya saat kita berdua sedang bermesraan." Pria itu begitu bersemangat sehingga dia meremas dada wanita itu dan mengerang dalam kenikmatan.
Sang wanita tampak tidak puas karena dia tidak mendapatkan jawaban yang diinginkannya. "Tidak! Dia adalah putri angkat -- bahkan anjing keluarga kami memegang posisi yang lebih penting dibanding dia. Apa bagusnya sih dia itu?"
Pria itu tidak memberikan tanggapan apa-apa. Dia mencengkeram pinggang wanita itu dan mendorong tubuhnya lebih keras, yang membuatnya menjerit dan mendesahkan namanya.
Julita Lisna berdiri di depan pintu, mendengarkan semua suara yang ada di ruangan itu. Matanya yang lelah berubah menjadi dingin saat dia mengerti apa yang sedang terjadi.
Dia baru saja kembali dari rumah sakit.
Hanni, yang telah membesarkan Julita sejak dia masih kecil, didiagnosis menderita sirosis hati stadium lanjut tiga bulan lalu. Wanita itu membutuhkan transplantasi hati secepatnya. Julita harus mengumpulkan uang untuk membayar biaya pengobatan.
Yang memperburuk situasinya, adik perempuannya tidur dengan pacarnya. Julita merasa hidupnya benar-benar berantakan.
"Apa kamu mendengarku? Kamu harus memberitahuku keputusanmu malam ini. Dia atau aku. Pilihannya ada padamu." Jeslyn Lisna memukul ringan dada Sanji Karta, tidak sabar untuk bisa mendengar jawabannya.
Julita menendang pintu hingga terbuka dan memelototi pasangan itu. "Untuk apa bertanya? Dia hanya seorang pria. Kamu bisa mengambilnya jika kamu mau."
Meskipun Julita terdengar cuek, hatinya tetap hancur melihat pacarnya berselingkuh dengan adik perempuannya sendiri.
Sanji adalah teman sekelas Julita di kampus. Dia adalah seorang pria tampan dari keluarga kaya. Pria itu sudah mengejar Julita selama tiga tahun.
Dia telah menyatakan cintanya lagi tepat sebelum kelulusan mereka.
Pernyataan itu dilakukan di lapangan kampus mereka. Banyak orang di sekitar, dan hampir semua siswa lainnya telah menyaksikan adegan romantis itu. Kerumunan bersorak begitu ramai, dan Julita akhirnya setuju untuk menjadi pacarnya.
Rasa sakit atas pengkhianatan yang dia terima menghancurkannya. Melihat dua orang di hadapannya, Julita mengepalkan tinjunya dengan erat, kukunya menancap di dagingnya.
Sanji buru-buru mendorong Jeslyn menjauh darinya, mengenakan celananya, dan turun dari tempat tidur.
Karena itu Jeslyn hampir jatuh. Kata-kata yang diucapkan oleh Julita memicu kemarahan wanita itu.
Dia telah berusaha keras untuk naik ke ranjang pria kaya dan tampan seperti Sanji.
Julita telah memenangkan hatinya tanpa melakukan apa pun, yang membuat Jeslyn marah.
Bagaimanapun, Julita hanyalah seorang putri angkat di keluarganya.
"Mengambilnya? Kamu terdengar seperti kamu sudah mencampakkan Sanji. Sanji yang mencampakkanmu, murahan!" Jeslyn mencibir saat dia menarik selimut lebih dekat ke tubuhnya. Kemudian, dia memandangi Sanji dan bertanya, "Sanji, apa yang kamu katakan padaku di atas ranjang barusan? Katakan itu pada Julita!"
Sanji tidur dengan Jeslyn murni karena keputusan impulsifnya saja. Wanita itu telah merayunya, dan dia kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
Dia berlutut dan meraih pergelangan tangan Julita. "Julita, maafkan aku. Aku tidak tahu apa yang aku pikirkan saat aku melakukannya."
Meskipun air mata memenuhi mata pria itu, mata Julita menatapnya dengan jijik. Begitu Julita memutuskan sesuatu, tidak ada yang bisa mengubah keputusannya.
Dia menarik tangannya dari genggaman Sanji. "Maafkan aku, Sanji. Aku tidak ingin apa pun yang telah dinodai oleh Jeslyn. Kalian berdua adalah pasangan yang sangat cocok. Ayo kita putus."
Jeslyn tercengang. Sanji berada di ambang kehancuran, tapi tidak ada sedikit pun kesedihan di wajah Julita. Kemarahan melonjak melalui nadinya karena dia tidak mencapai apa yang diinginkannya.
Julita tidak punya waktu untuk berbicara dengan mereka berdua. Jeslyn selalu ingin bersaing dengannya sejak mereka masih kecil dan dia senang mengambil apa pun milik Julita. Dia biasa merebut mainan Julita. Sekarang setelah mereka dewasa, dia merebut pacarnya juga.
/0/5638/coverorgin.jpg?v=ac6e1142b93103ee1ef1cb162c971dc1&imageMogr2/format/webp)
/0/10918/coverorgin.jpg?v=d4af390df65ba8d884d4ed4c4cf049b2&imageMogr2/format/webp)
/0/24425/coverorgin.jpg?v=5ad03cadca02a9d55f0ca466352ed9e0&imageMogr2/format/webp)
/0/3503/coverorgin.jpg?v=c46e147595459b0630344864f0be68e6&imageMogr2/format/webp)
/0/5370/coverorgin.jpg?v=2a674aa6924609945d54c52e1c44793b&imageMogr2/format/webp)
/0/15588/coverorgin.jpg?v=611b3d4c8d11aacf8d7e8fda5cd71503&imageMogr2/format/webp)
/0/4111/coverorgin.jpg?v=49c8a6f31c26fa66a2a354791239267b&imageMogr2/format/webp)
/0/8544/coverorgin.jpg?v=dabe4e2a9b37bf2fcd76697af718842d&imageMogr2/format/webp)
/0/8780/coverorgin.jpg?v=b064d962beb6d58a8985decb2c0c21bb&imageMogr2/format/webp)