Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Braaaak.....!!!!! "Ops...maaf...maaf.. maaf aku tidak sengaja." Kataku ke seseorang yang tidak sengaja aku tabrak dengan wajahku yang menunduk sembari mengambil barang-barang milikku yang berjatuhan.
"Luna...!" Lalu aku segera mengangkat kepalaku untuk melihat ke sumber suara itu.
"Aldi...!" Jawabku dengan sedikit ekspresi terkejut.
"Apa yang kau lakukan disini." Tanya Aldi kepadaku.
"Eemm....tidak ada." Jawabku singkat.
Segera aku meraih barang-barang milikku dan berniat untuk segera meninggalkan Aldi.
"Maaf aku harus pergi Aldi." Ucapku kembali. Tiba-tiba tanganku diraih olehnya. "Bisa kita bicara sebentar lun?"
"Maaf aku tidak bisa al. Aku harus pergi sekarang." Jawabku dengan penuh keyakinan.
"Tapi aku hanya ingin bicara sebentar saja denganmu please."
"Baiklah." Dengan terpaksa aku menyanggupinya. Aku pikir tidak ada salahnya untuk sesekali tidak menolaknya. Akhirnya kita berjalan menuju coffee shop yang tidak jauh dari tempat kita bertemu.
"Kamu apa kabar lun?"
"Seperti yang kau lihat, aku baik bahkan baik sekali." Ucapku bohong pada Aldi sembari mengalihkan pandanganku kesegala arah.
"Oya? tapi aku tidak percaya kalau kau sedang baik-baik saja. Aku tahu kamu lun." Jawab Aldi dengan menatapku tajam.
"Meski aku tidak baik, itu juga bukan urusan kamu kan?" Jawab Luna ketus.
"Iya kau benar lun. Bahkan kamu tidak pernah berubah untuk membohongi dirimu sendiri lun, aku tahu itu. Dan kamu sebenarnya tersiksa akan hal itu."
"Cukup Aldi! kita tidak perlu membicarakan hal yang tidak penting seperti ini. Sebaiknya aku pergi saja." Ucapku sambil berniat untuk segera beranjak dari tempat duduk itu. Tapi tiba-tiba tanganku berhasil diraih oleh tangan kekarnya. Dengan gerakan cepat Aldi menarik tubuhku yang mungil ke dalam pelukannya.
"Lun, aku sudah tahu semuanya, kamu tidak perlu berbohong kepadaku." Ucap Aldi sembari mengelus rambutku yang halus dan hitam legam. Tiba-tiba mataku langsung mengalir dan entah sejak kapan mataku terus mengeluarkan air mata. Bahkan aku tidak bisa menjawab apa yang Aldi ucapkan tadi. Yang ada aku hanya butuh dada bidangnya untuk menjadi sandaran kesedihanku sejenak.
"Menangislah kalau memang itu akan membuatmu lebih lega." Ucap Aldi kembali.
Perlahan aku melepaskan pelukan Aldi yang terasa sangat nyaman bahkan cukup menenangkan. Lalu aku kembali ketempat dudukku yang tadi. Bahkan mulutku masih sangat sulit untuk mengatakan sesuatu pada Aldi, pelan-pelan aku mencoba mencari ketenangan sejenak dalam hatiku lalu aku berusaha untuk menatap Aldi. Iya benar aku menatap Aldi, dan wajahnya masih tetap sama dia masih sangat tampan seperti dulu.
"Aldi kau apa kabar?" Tanyaku pada Aldi dan berusaha untuk menetralkan suasana hatiku yang sangat kacau saat ini.
"Aku baik sekali lun, oiya sebentar lagi aku juga akan menikah. Kau bisa datang kan di acara pernikahanku." Ucap Aldi dengan wajah penuh kebahagiaan.
Mendengar Aldi mau menikah rasanya dada ini terasa sangat sesak sekali. Aku merasa seperti ada batu yang sangat besar yang menghantam kepalaku dari belakang. Tapi kenapa aku seperti ini. Bukankah itu wajar dan sangat impas karena dulu aku selalu menolaknya dan lebih memilih orang yang salah. Mengingat rumah tanggaku yang sudah diambang kehancuran membuatku semakin ingin menghilang dari muka bumi ini.
"Oya, aku bahagia sekali mendengarnya." Aku berusaha tersenyum kepadanya dengan senyumku yang sangat manis.