Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"nggak, bukannya tadi kamu membela dia kan" Tasya heran kenapa suaminya jadi lembut seperti ini bukannya tadi memarahi dirinya.
"aku membela dia karena kamu salah kan" jelas Revan
"emang yah, kamu itu nggak akan pernah membela isterimu sendiri" Tasya memlingkan wajahnya tanpa melihat raut wajah suaminya.
"iya, deh. aku percaya sama kamu" Revan pasrah karena dia tidak mau memperpanjang masalahnya.
"kamu percaya sama aku, biar aku nggak marah lagi sama kamu kan" Tasya menuduh suaminya.
"iya, ehh nggak deh."
"ihh tuh kan benar kamu jahat." Tasya memukul dada bidang suaminya dengan kedua tangannya.
"nggak sayang, aku hanya bercanda kok." Revan memberhentikan Tasya untuk tidak memukulinya lagi, jika tidak bisa-bisa tubuhnya membiru akibat pukulannya.
"ihh kok mereka berdua malah damai sih, gagal kan jadinya." gerutu Dita dengan menghentakkan kedua kakinya dilantai.
"serius, kamu nggak bohong kan."
"nggak, aku serius sayang."
"iya aku maafin."
"makasih" Revan memeluk Tasya untuk ucapan terimakasihnya.
Nayla sudah selesai masaknya ia pun menghidangkan makanan diatas meja makan, disana semuanya sudah berkumpul menunggu masakan dirinya.
"horee, akhirnya makan juga." sorak gembira Risa sudah menunggu makanannya sejak tadi.
"sini aku bantuin mah." Tasya beranjak dari kursi makan untuk membantu mertuanya menghidangkan makanan.
"kamu memang menantu idaman sayang." sindir Nayla melirik Dita sedikit kezel.
"aku nggak salah pilih isteri kan mah." dengan bangganya Revan memamerkan isterinya.
"caper banget sih jadi orang." batin Dita sedikit agak kesel melihat Tasya selalu caper ke mertuanya.
"Mas, kamu mau makan apa?" Dita tidak tinggal diam ia masih merebut hati Revan kembali dengan menawarkannya makanan.
"Revan sudah punya isteri, buat apa kalo ada isterinya tapi diambilkan wanita lain. seharusnya mikir donk." sudah beberapa kali Nayla menyindirnya tetap saja tidak mempan mungkin hatinya terbuat dari batu. Tasya hanya menahan tawanya memangnya enak disindir mertuanya Mulu.
"ya gapapa donk Dita itu juga kan sahabatnya Revan, sekaligus mantan istrinya kan." papahnya Revan tidak membela siapa-siapa, wajar saja jika sahabat anaknya dekat dengan Revan. papahnya belum tahu saja jika Dita masih menyukainya hampir belum move-on.
"papah kok jadi membela dia sih?" tanya Nayla pada suaminya,. sedangkan Risa hanya diam saja dan hanya melihat pertengkaran dirumah ini.
"aseek juga nih bertengkar." Dita menahan senyumnya ia sangat senang melihat pertengkarannya.
"papah nggak bela siapa-siapa, bukannya itu wajar." jawab papahnya Revan, anaknya pun jadi pusing harus membela siapa.
"terserah papah, mamah pusing dengarnya." Nayla menutup pembicaraannya lalu mereka semua pun melanjutkan makanannya.
setelah semua selesai makan Dita berniat membantu Nayla untuk mencuci semua piring bekas makan tadi, tapi Nayla tidak menanggapinya karena ia sangat benci.
Tasya pun membantu mertuanya membawa semua piring ke dapur untuk dicucikan, tapi mertuanya menolaknya karena sudah banyak merepotkan menantunya.
"sudah biar mamah saja yang cuci piringnya." tolak Nayla.
"Tapi mah..."
Tasya pun tidak bisa melawan perkataan mertuanya. "sudah kamu temenin suamimu saja, kamu sudah banyak membantu mamah dari pagi."
"yasudah aku ke temani suamiku mah." lalu Nayla mengangguk kemudian Tasya pun menemani suaminya yang sedang mengerjakan tugas kantornya dilaptop.
"Tante kok ngizinin Tasya sih, kalo diizinin nanti ngelunjak loh Tan." Dita mengompori Nayla untuk membenci Tasya agar mereka berdua tidak akrab lagi.
"kamu siapa? ngatur-ngatur saya."
"saya bukannya ngatur Tante tapi cuma ngingetin Tante aja."
"udah deh kamu cuci piring yang benar aja, cuci piring itu pakai tangan bukan mulut." Dita tidak melawan ucapan Nayla ia hanya diam dan melanjutkan aktivasinya.
Tasya mendekati suaminya yang sedang sibuk dengan laptop miliknya, sepertinya ia sedang sibuk dirinya jadi takut menggangunya.
"hmm... mas lagi sibuk yah?" tanya Tasya dengan hati-hati berbicara agar suaminya tidak marah.
"iya nih lagi banyak tugas." mata milik Revan sedang fokus dengan laptop tanpa melihat istrinya yang sedang bertanya.
"mau aku buatkan kopi nggak mas." tawaran Tasya
"boleh juga tuh." Revan menerima tawarannya, tanpa melihat arah Tasya, matanya masih fokus ke arah laptop miliknya.
Tasya berjalan memasuki dapur matanya melihat Dita yang sedang mencuci piring, ia pun berniat menjahilinya.
"Semangat mbak cuci piringnya."Tasya basa-basi menyamangati Dita agar lrbih semangat lagi mencuci piringnya.
"kamu mengejek saya yah." Dita merasa bahwa Tasya mengejek dirinya.
"apa sih mbak, saya hanya menyemangati mbak loh." Tasya berbicara sembari membuatkan kopi untuk suaminya.
"Alah kamu itu sebenarnya mengejek saya kan." sindir Dita tangannya masih fokus dengan kegiatannya.
"nggak boleh Su'udzon loh mbak." Tasya menuangkan air panas ke dalam gelasnya.
"kamu itu bikin saya emosi mulu dari tadi" Dita melirik arah mata Tasya menatapnya dengan sinis, membuat Tasya menahan tawanya karena sudah membawa Dita menjadi emosi.
"sabar mbak." Dita mengambil salah satu benda yaitu sendok ia ingin melempari benda itu tapi Tasya menghindarinya.
"jangan emosian mulu mbak nanti mas Revan jadi nggak suka sama mbak." teriak Tasya berlari-lari sembari membawa kopi buatannya sendiri.
"Tasyaaaaa" teriak Dita dengan suara keras sampai terdengar dikamar Revan.
"wahahaahh" sampai dikamar Tasya melepaskan tawanya yang tadi sempat menahan tawanya saat didekat dengan Dita didapur
"kamu kenapa lari-larian seperti itu?" tanya Revan melihat isterinya berlari-larian sambil membawa kopi untuk dirinya
"ini loh mas, tadi aku menyemangatin mbak Dita tapi dia malah marah gitu terus aku difitnah katanya aku ngejek dia padahal kan nggak." Tasya mendekati suaminya memberikan sebuah kopi, lalu menceritakan kejadian tadi didapur.