Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Sela dan Roni telah menjalin hubungan cinta. Awal mula perkenalan mereka pada saat sama-sama bekerja dalam satu gedung. Walaupun berbeda departemen. Ya, boleh dibilang keduanya dengan usia masih muda dan banyak harapan orang tua serta cita-cita yang diinginkan Roni.
Hidup di Ibu Kota dan jauh dari keluarga, membuat mereka harus menyewa kamar kost. Sela membayar ruang sekamar berikut fasilitas kasur dan lemari serta kamar mandi di dalam. Berada tidak jauh dari tempat ia bekerja. Sedangkan kost-an Roni berjarak cukup jauh, memakan waktu 30 menit dengan kendaraan roda dua.
"Sayang, pulang kerja nanti kita mau kemana?" tanya Roni.
"Kemana ya, Yank. Terserah kamu deh Yank. Tapi, aku pulang ke kos dulu, ya," jawab Sela.
"Ya udah Yank, aku ikut boleh, ya. Bebas, kan?"
"Iya Yank, kos aku bebas, kok."
Setelah satu bulan mereka jadian, kali ini Roni ingin main ke kamar kost Sela terlebih dahulu. Setelah itu mereka hendak berencana jalan-jalan menikmati angin malam di Ibu Kota. Masih belum banyak tempat yang mereka belum ketahui karena memang belum lama merantau dan rutinitas kesibukan bekerja.
"Ciee, sekarang dah punya pacar, ya," ledek teman Sela di tempat kost melihat mereka sampai dan memasuki gerbang kost.
"Ah, Nisa. Kamu bisa aja, oh iya, kenalin ini Roni," Sela melihat wajah Roni sebagai tanda isyarat untuk memperkenalkan diri pada Nisa.
"Halo, aku Roni. Salam kenal," ujarnya.
"Salam kenal juga, silahkan dilanjut, deh," ungkap Nisa tersenyum dan alisnya naik meledek Sela lagi.
"Ishhh, kamu. Ya udah, aku ke kamar dulu, ya, da-daaaaa."
"Oke, Sela. Ehem-ehem, haaa."
Sela dan Roni meninggalkan Nisa, langkah mereka menaiki anak tangga menuju kamar kost Sela pada lantai 2.
Kreeekkk.
Sela membuka pintu kamar.
"Masuk, Yank," menyuruh Roni masuk dan menyalakan saklar lampu.
"Duduk, Yank. Mau minum apa, Yank? Kopi atau teh?" tanya Sela sembari menaruh tas kerjanya.
"Kopi boleh, Yank," mata Roni memandangi kaki Sela yang putih mulus.
"Sebentar Yank, aku ganti baju dulu, kamu jangan ngintip, ya," gegasnya berjalan menuju lemari pakaian. Membuka lemari dan mengambil baju serta celana pengganti. Sela tidak mengganti pakaian di kamar. Langkahnya ke kamar mandi dengan membawa sestel pakaian itu.
"Duh, aku kira Ayank mau ganti di situ, hee," candaan Roni.
"Wowww, enak Ayank dong, lihat aku, hee," balas candaan Roni dengan senyum genit.
Sepertinga hasrat Roni sedikit berpacu. Di balik pintu kamar mandi ia menatap dengan kehaluannya. Membayangkan bodi Sela dan kulitnya yang putih. Sembari menimati kopi angannya melayang seiring rasa dalam hatinya.
"Yuk, Yank. Kita berang, mau jalan kemana?" Sela telah rapih.
Roni takjub melihat Sela berdandan dengan baik, semakin saja membuatnya gemas.
"Yank, eh. Bengong! Hayuk jalan, kamu lihat aku sampai gitu banget sih! Kenapa? Ada yang salah?" tanya Sela dengan melihat dirinya sendiri.
"Oh iya Yank, enggak kok. Cuma kamu kelewatan! Yank."
"Kelewetan apa maksud kamu, Yank?" Sela menanggapinya dengan serius dan heran menatap Roni yang berkata demikian.
"Kelewat cantiknya Yank, haaaa. Ya udah, yuk. Kita cari makan dulu," tawa Roni dan bangun.
"Dasar kamu, Yank. Aku kira kenapa, huh. Yuk."
Kaluar kamar kost dengan perasaan bangga, malam minggu yang menyenangkan bisa berjalan berduaan dengan kekasih. Sapa senyum teman Sela saat menuruni anak tangga menuju ruang parkir kost-an.
"Pegangan ya, Yank. Aku takut kamu jatuh, hee," sambil memakai helm Roni berkata pada Sela.
"Hemmm, Ayank. Modussss, bilang aja mau dipeluk, haaa," tawa Sela yang juga memakai helm dan duduk di atas motor Roni.
"Enggak gitu, kali, Yank. Tapi, mau dipeluk haaa. Dah, kita berangkat."
Melaju perlahan menikamati malam berdua di atas motor mencari tempat pertama yang di tuju adalah sebuah restaurant. Roni rasanya tidak ingin terburu-buru mendapatkan tempat yang ingin di singgahi. Karena pelukan nyaman yang ia rasakan. Dasar! Roni.
"Yank, makan di sana, yuk."
Sebuah restaurant fast food dengan ramai pengunjung kaula muda-mudi.
"Ya udah, Yank. Aku ikut kamu aja," Sela mengiakannya.
Masuk memarkirkan kendaraannya. Roni memegang tangan lembut Sela membawanya masuk ke dalam restaurant. Merapikan rambutnya dan melangkah untuk memesan makanan.
Suasana yang ramai menambah kemeriahan malam minggunya itu. Setelah memesan makanan, mereka mencari tempat duduk.
"Selamat makan, Sayangku," ucap Roni.
"Met makan juga, Cintaku," balasnya lembut.