Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Selama sakit, Rumi hanya bisa menghabiskan waktunya di tempat tidur.
Tidak bisa bergerak kecuali ke kamar mandi untuk wudhu, itu juga masih harus
sholat duduk di tempat tidur.
Bahkan selama dua hari terakhir, Mira lah
orang yang selalu mengantarkan makanan ke kamar Rumi.
Bukan karena Habib tidak
mau, tapi dia terlalu sibuk akhir-akhir ini hingga harus memberikan tugasnya pada
Mira.
Tak masalah, setidaknya dia masih memberi Rumi perhatian.
Sepanjang malam mereka tidur bersama, Habib juga selalu memeluk Rumj, tapi ada yang aneh padanya.
Di malam pertama setelah Rumi pulang, Rumi melihat bibirnya tampak bengkak.
Di malam kedua, Rumi melihat lehernya
dipenuhi noda merah, dan di malam ketiga, Rumi melihat noda merah serta
bibirnya yang bengkak itu secara bersamaan.
Maaf, bukannya Rumi mau
suudzon, tapi Rumi mencurigainya setelah
mencium parfum Salwa di tubuh lelaki ini.
Rumi istrinya, ia tahu bagaimana kondisi
suaminya setelah ... dia ciuman.
Mereka sudah melakukannya beberapa kali tahun lalu, dan itu cukup memberi Rumi gambaran apa yang terjadi di bibirnya, begitu juga dengan leher.
"Mir, apa kamu melihat ada sesuatu yang aneh pada mas Habib beberapa hari ini?" Tanya Rumi pada Mira saat dia sedang menidurkan Rizky.
"Aneh bagaimana, Bu?" Tanya balik Mira
"Entahlah, saya melihat mas Habib beberapa hari belakangan ini agak aneh.
Dia sering bangun tengah malam, entah
pergi ke mana, tapi saat kembali bibir dan
lehernya selalu merah. Itu mirip seperti ...
kalau saya dan Habib ciuman. Eum, maaf,
ya? Kalau ucapan saya terdengar tidak
sopan," jelas Rumi lebih rinci.
Mira terdiam, dia nampak tidak mau berkomentar tentang ini.
Tapi dia mengaku juga merasakan hal yang sama,
tepatnya perubahan sikap Habib yang
semakin lengket dengan Salwa.
Selama Rumi sakit, Salwa lah orang yang selalu
menyiapkan makanan untuk Habib, mereka bahkan sempat masak bersama
kemarin.
Pengasuh Rizky ini curiga jika Habib sudah
mulai menaruh simpati pada Salwa, bukan
hanya sekedar perlakuan baik, tapi juga
semakin dekat layaknya sepasang suami
istri.
Itu jelas melanggar perjanjian pernikahan mereka, dan Mira mulai
berpikir jika Habib sudah benar-benar
mencintai Salwa.
Hingga pada malam berikutnya, Rumi
memutuskan untuk tidak tidur.
Teringat pada malam pertama setelah ia pulang
dari peternakan, Habib sempat mempermasalahkan tentang Faisal yang
mengantar Rmi pulang.
Dia marah, Habib mengakui
kecemburuannya itu.
"Mas tidak suka jika
kamu terus-terusan dekat dengan lelaki
itu. Ingat, Rumi dia seorang duda, tidak ada alasan baginya untuk tidak mencintaimu!" Begitulah yang Habib katakan pada Rumi.
Mungkin kesempatan itulah yang Salwa
ambil untuk semakin mendekat pada
Habib.
Dan malam ini Rumi akan
membuktikannya sendiri.
Saat Habib
ke luar kamar, Rumi mengikuti ke mana dia pergi.
Alhamdulillah, badanya sudah jauh lebih baik.
Rumi bisa berjalan lagi, meski masih sedikit terasa sakit, tapi itu sama sekali
bukan masalah.
Habib pergi ke dapur, ternyata di sana
sudah ada Salwa yang sedang membuat
sandwich.
Siapa yang mau makan
sandwich malam-malam begini? Rumi rasa itu hanya alasan agar Salwa bisa ke dapur dan menunggu Habib.
"Belum tidur, Mas?" Tanya Salwa.
Habib hanya menggeleng. "Kamu sedang apa?" Tanya Habib.
"Membuat sandwich, kamu mau?" Tawar Salwa sambil menyodorkan sandwich pada Habib.
Lelaki brewokan itu mengangguk, dia mendekat untuk menggigit sepotong
sandwich berbentuk segitiga yang ada di
tangan Salwa, tapi wanita itu malah
memasukkan sebagian sandwich ke dalam
mulutnya, hingga Habib berhenti bergerak
dengan posisi wajah yang sudah dekat
dengan wajah Salwa.
Kejadian itu begitu cepat, membuat Habib
hampir tidak bisa mengerem
pergerakannya.
Mereka saling
berpandangan lama sekali, sampai akhirnya Salwa mengunyah habis
sandwich yang ada di mulutnya, dia
tersenyum lalu menarik kerah baju tidur
Habib agar semakin dekat dengannya.