Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Happy reading.
"ALEA PRAMESWARI SASMITA."
Teriakan menggelegar di ruangan kerja milik Andra Ramadhan Sasmita, seorang gadis berusia 20 tahun dengan pakaian acak-acakan membuat lelaki berusia 45 tahun itu mengelus dada kesal. Ini bukan pertama kalinya Alea dibawa ke ruang kerjanya, sudah ratusan kali putri pertamanya membuat ulah.
"Mas, bisa nggak jangan teriak gitu, Alea tetap anak kita,"
"Alea anakmu, bukan anakku."
Degh.
Bagai di sambar petir, walaupun Andra mengucapkan ketika sedang kesal seperti saat ini. Namun Alea sangat terpukul dengan ucapan dari ayah kandungnya tersebut.
"Sekarang, kamu mau bilang apa lagi. Sudah cukup kamu buat ayah malu dengan kelakuan nakalmu, Alea."
"Yah, Alea nggak salah. Yang salah tuh Maura, suruh siapa bully temen Alea."
Andra memijit pangkal hidungnya, kali ini ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Sebagai orang tua mungkin bisa saja Andra meminta agar keputusan mengeluarkan Alea bisa di tangguhkan, namun berbeda dengan sekarang. Andra berdiri sebagai pemilik sekolah ini.
"Kamu bisa kan buat Alea lulus dulu, baru keluar dari univeritas ini. Keluarkan jabatan kamu," ucap bunda.
"Ini bukan masalah jabatan atau apa, aku sudah janji kalau Alea berbuat salah lagi sudah aku pastikan akan mengeluarkannya."
"Hah, kamu ini. Jahat banget jadi ayah," sarkas bunda Alea.
Andra merasakan pusing tujuh keliling, sesuai keputusan hasil rapat yang memutuskan bahwa Alea akan keluar dari sekolahan dengan cara DO atau drop out. Walaupun Andra adalah pemilik dari universitas tersebut.
"Terus kalau aku keluar dari sini, aku kuliah dimana lagi. Aku ingin mau lulus dengan nilai bagus ayah."
"Kamu masuk pesantren milik sahabat ayah jangan menolak, atau kamu ayah bawa ke rumah eyang di Semarang."
"Tambah jauh aja kalau ke Semarang."
***
Dua jam sebelum kejadian.
"Eh, Lo berani banget bully sahabat gue."
"Terus, menurut lo. Gue takut," jawab Maura.
"Shitt, pengen banget tampar pipi nya yang merah itu. Tapi gue pasti kena masalah lagi,"
"Kenapa Lo? Takut sekarang jadi super hero buat sahabat Lo lagi, takut di drop-"
Plak.
Satu tamparan mendarat di pipi kiri Maura, tidak hanya satu saja. Bahkan pipi kanan Maura pun mendapatkan tamparan kembali, sakit tentunya dengan apa yang baru saja dilakukan Alea kepada Maura.
"Gue pastiin kali ini terakhir Lo sekolah, dan gue nggak yakin Ayah Lo bakal bantuin kesalahan kali ini."
Kembali ke masa kini.
Alea menghela nafasnya, memikirkan kembali kejadian yang baru dilakukan pagi tadi. Emosinya tersulut ketika melihat Nanda sahabat karibnya menjadi korban bullyan dari Maura.
"Kenapa harus ke pesantren sih! Kenapa enggak ke sekolahan yang lain," batin Alea.
Rasa takut nya kembali menyeruak ke dalam otaknya, Alea bukan tidak bisa hidup jauh dari orang tuanya. Namun saat ini, ia sedang menikmati masa-masa sekolah putih abu-abu nya.
"No ponsel, no mall, no jalan-jalan. Selamat Alea anda berhasil masuk pesantren dengan cepat,"
Malam hari.
"Sesuai keputusan ayah, kamu mau ayah masukan ke pesantren milik sahabat kecil ayah."
Alea diam membisu, tidak menolak tidak pula menentang. Toh, percuma jika ia menolak keputusan yang sudah dibuat oleh ayah Andra.
"Mas, kamu serius Alea belajar di pesantren. Nanti bagaimana disana, aku nggak bisa bayangin Alea tinggal sendiri."
"Aku yakin, Alea bisa menjadi pribadi yang baik."
Alea mengepalkan kedua tangan nya, kesal semakin menjadi ketika ayah Andra tidak mengubah keinginannya. Padahal sebentar lagi Alea akan mengikuti ulangan semester.
"Yah, Bun. Terus Alea tinggal dimana?" tanya Alea memelas.
"Kamu di pesantren, sudah ada kamarnya buat kamu. Mereka sudah menunggumu besok,"
"HAH? BESOK."
Alea hanya bisa pasrah, dunia nya akan berubah esok pagi. Ketika ia telah berada di pesantren milik sahabat ayahnya.