Cinta yang Tersulut Kembali
Kasih Sayang Terselubung: Istri Sang CEO Adalah Aku
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Terpesona oleh Istri Seribu Wajahku
Hamil dengan Mantan Bosku
Gairah Citra dan Kenikmatan
Perjalanan Menjadi Dewa
Hati Tak Terucap: Istri yang Bisu dan Terabaikan
Cerita dewasa
Malam hari udara sangat dingin dan serasa sekali menembus kulit. Waktu berjalan cepat tanpa disadari. Dentuman suara keras masih terdengar jelas dari salah satu apartemen di Kota Jakarta. Teriakan dan goyangan tubuh yang aduhai tak malu diperlihatkan beberapa wanita terhormat dan terpandang di tepi kolam renang.
Sosok gadis cantik dan bertubuh bak gitar spanyol, sebut saja dia Alice. Balutan mini dress hitam di atas lutut berhasil membuat lekukan tubuhnya semakin terlihat. Beberapa pria berusaha memegang atau meraba tubuh Alice. Dua sosok bodyguard selalu sukses menangkis tangan-tangan jahil yang penuh dengan pikiran kotor.
"Nona, sudah malam sekali! Ayo, kita pulang! Jangan sampai Tuan Alfred nanti marah," ucap salah satu bodyguard, Deny.
Alice sama sekali tidak menggubris kata yang dilontarkan bodyguardnya. Ia terus menggoyangkan badannya hingga menjadi pusat perhatian banyak pria. Sebagian dari mereka tampak berbisik-bisik. Tak lama kemudian, Dua orang teman mendekat ke arah Alice.
"Alice, kamu sudah terlalu banyak minum! Ayo, istirahat di kamar ku!" ajak seorang perempuan seumuran Alice. Tampaknya gadis itu yang menjadi tuan rumah.
"Ah, aku masih mau di sini! Kamu urus saja mantan pacarmu itu! Kamu harusnya bisa lebih hebat melayani dia! Rasakan sekarang, haha... kamu dicampakkan!" celetuk Alice dengan sebotol bening di tangannya. Iya, bukan lagi gelas, tapi botol.
"Alice, maksud kamu apa? Kamu jangan ngaco! Kamu udah terlalu banyak minum, Alice!" temannya berusaha memapah Alice, tapi tidak berhasil. Akhirnya, mereka meninggalkan Alice.
"Gak papa kalau Alice kita tinggalin sendirian?" tanya salah satu teman Alice.
"Kamu gak lihat? Tuh ada mereka!" sahutnya mendelik ke arah dua bodyguard yang masih memantau Alice.
Dua bodyguard melirik ke teman-teman Alice yang tega meninggalkannya. Mereka kompak menghela napas panjang lalu menggelengkan kepala heran.
"Leo, kita harus segera membawa Nona Alice pulang!" usul Deny dengan suara keras.
"A-apa? Aku tidak bisa mendengar suara kamu! Agak keras lagi!" teriak Leo kesal dengan suara musik yang semakin keras.
Deny ikut kesal lalu mendekati Leo. Sorot netra mereka tetap terfokus pada Alice. Sekali saja mereka lalai, entah apa yang terjadi pada Alice.
"Leo, ayo kita pulang! Nona Alice sudah tidak terkontrol!" teriak Deny keras. Padahal mulutnya sudah di dekat telinga Leo.
"Kita tidak mungkin membawa Nona pulang dalam keadaan seperti itu!" sahut Leo semakin kesal.
"Sial! Selalu saja dia bikin masalah! Pasti nanti aku dan Deny kena omelan Tuan Alfred," umpat Leo mengepalkan tangan.
Tak lama kemudian, teman Alice mendekati Leo. " Kak, Alice dibawa aja ke kamar ku! Kalau pulang dalam keadaan seperti itu, nanti Om Alfred bisa marah besar," saran dari putri rekan bisnis Tuan Alfred.
Benar. Salah satu teman Alice adalah tuan rumah yang mengadakan pesta kepergiannya melanjutkan studi ke luar negeri. Dara, teman Alice sejak lulus SMA hingga sekarang. Dia selalu mngaku ke semua orang kalau dieinya teman baik Alice. Tapi, kedua bodyguard yang tahu betul Dara seperti apa. Alice, terlalu polos.
"Iya, Nona. Kamarnya ada di sebelah mana?" tanya Deny dengan senyuman.
"Ayo, saya antar! Tapi, malam ini saya tidak ada di sini. Saya harus ke tempat Papi," ucap Dara melirik Alice yang mulai lemas dipapah Leo.
Kedua bodyguard mengikuti Dara dari belakang. Ruangan di sudut lantai atas menjadi kamar Alice malam itu. Kamar yang sering digunakan untuk tamu yang menginap. Dara membukakan pintu lalu meninggalkan Alice untuk turun ke bawah menyudahi pesta. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi.
Dara berani meninggalkan Alice karena dia percaya pada dua bodyguard Alice.
Leo dan Deny merebahkan Alice di atas ranjang yang sekilas terlihat mewah. Deny melepas sepatu Alice perlahan lalu menaikkan kedua kaki Alice sejajar dengan tubuhnya. Leo menyelimuti tubuh Alice dengan selimut tebal lalu memadamkan lampu.
"Leo, besok pagi kita harus jawab apa?" tanya Deny dengan tatapan iba lurus ke Alice.
"Kita jawab saja kalau Nona menginap di rumah temannya!" sahut Leo jengkel.