Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Seorang wanita dengan busana khas perkantoran terlihat sedang terburu-buru untuk memasuki ruangan direktur. Suara sepatu hak tingginya terdengar menggema memecah kesunyian. Berkas-berkas yang ada di tangannya, menambah beban wanita berambut sebahu itu.
Saat berada di depan ruangan sang pemimpin, gadis itu terlihat mengatur napas, kemudian dia mengetuk pintu dan masuk ke ruangan tersebut, setelah mendengar suara dari dalam yang mempersilakannya untuk masuk.
"Udah kamu selesaikan semua, Dara?" tanya Adrian Geraldo--sang direktur.
"Sudah, Pak. Ini semua berkasnya. Bapak bisa periksa dulu satu persatu." Dara meletakkan beberapa tumpukan map ke atas meja.
"Duduk dulu, Dara. Kita bisa mengobrol sebelum saya benar-benar meninggalkan kantor ini." Adrian menyilakan Dara. Kemudian gadis itu tersenyum dan duduk di kursi depan meja sang direktur.
Terdengar Dara mengembuskan napasnya. "Bapak benar mau pensiun?" Muka Dara terlihat kecewa. Padahal, dia sudah nyaman menjadi sekretaris dari Tuan Adrian Geraldo selama dua tahun ini.
Tuan Adrian terkekeh. "Sudah waktunya saya memantau saja dari rumah. Anak saya yang akan menggantikan posisi saya sekarang, Dara. Mudah-mudahan kamu betah bekerja sama dengannya."
Dara tersenyum. Dia tidak mengetahui dengan pasti, seperti apa anak dari pimpinannya tersebut, karena anak dari Adrian menempuh pendidikan di Amerika.
Dara belum pernah melihatnya atau pun keluarga Adrian sama sekali selama bekerja di perusahaan ini. Dia berharap jika anak dari Adrian Geraldo adalah direktur yang dapat bekerja sama dengan baik.
"Sudah waktunya Gerald Corp berpindah tangan, Dara. Kita harus memiliki terobosan baru demi kemajuan bisnis ke depan. Saya sudah membangun perusahaan ini dari bawah. Sekarang giliran anak-anak saya." Lelaki yang telah memutih rambutnya itu mengitari sekitar. Terpajang di dinding ruangan tersebut beberapa prestasi yang Gerald Corp torehkan.
Perusahaan retail ini telah merajai bisnis di Indonesia. Tidak hanya swalayan yang telah tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Ada juga restoran dan beberapa hotel. Sekarang Adrian mengembangkan bisnis retailnya lewat situs online.
"Kamu sudah persiapkan semua berkas yang anak saya nanti pelajari?" Suara Tuan Adrian mengagetkan Dara. Perempuan itu mengangguk dan tersenyum.
Setelah selesai dengan bosnya, Dara bergegas menuju kantin yang terletak di lantai bawah. Saat ini, waktu istirahat telah tiba. Di sana terlihat Kila, sahabat Dara selama bekerja di perusahaan elite tersebut telah menanti bersama staf yang lainnya.
"Ra, gosipnya direktur baru kita ganteng kayak Crist Evan. Lo beruntung, deh, jadi sekretarisnya." Suara Kila menambah berisik suasana kantin yang tengah ramai.
"Sok tau lo!" Dara mematahkan pendapat Kila.
"Pak Adrian aja masih ganteng gitu meskipun udah tua. Gue jadi nggak sabar nunggu besok." Kila semakin menggila dan itu membuat Dara muak.
"Nggak usah berharap lebih, taunya direktur baru kita mukanya udik, beda jauh sama Pak Adrian." Dara terbahak-bahak.
"Lo aja yang kurang pergaulan. Jadi sekretaris emang jauh dari keramaian. Taunya duduk aja di samping bos. Dari divisi gue rame banget ngomongin direktur baru. Lo nggak simak gosip di grup kantor?" cerocos Kila.
Dara mengedikkan bahu. Dia mungkin satu-satunya karyawan yang tidak terlalu suka dengan gosip kantor.
Kila menjabat sebagai salah satu staf divisi marketing. Dara tahu jika divisi yang Kila naungi paling update tentang informasi kantor. Mungkin karena jangkauan anak marketing yang luas, sehingga berita apa pun di kantor, mereka yang pertama kali mengetahui.
Setelah menyelesaikan makannya, Dara berpamitan untuk kembali ke ruangannya. Perempuan cantik itu tidak memedulikan lagi obrolan teman-temannya yang sedang bergosip saat ini.