Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
⛄ Bab. 1
Pesawat mendarat di Sheretmeyevo airport. Para penumpang di dalam pesawat mulai berdiri..bersiap-siap berjalan keluar pesawat. Morgan menoleh ke arahku dan Syden..
"Syden... Adiba... Kita keluar terakhir. Biarkan para penumpang lain keluar duluan.. ".
Syden dan aku mengangguk. Dua puluh menit kemudian, seorang pramugari cantik bertubuh tinggi semampai.. menghampiri kami sambil membawa kursi roda ibunya Syden tapi Morgan langsung berdiri dan berkata....
" Sudah delapan jam ibu itu duduk di dalam pesawat, sekarang biarlah aku menggendongnya keluar pesawat".
Pramugari cantik itu tersenyum ramah dengan sopan membantu melepaskan sabuk pengaman di kursi ibunya Syden. Morgan menggendong ibunya Morgan dan berjalan di antara kursi penumpang pesawat. Kedua anak Aisyah... Nabilla dan Maryam melompat-lompat kegirangan sambil berteriak...
"Alhamdulillah, kita sampai di Russia".
Sholeha adik mereka yang masih berusia sebelas bulan terbangun karena teriakan kedua kakaknya dan langsung menangis keras. Aisyah dan Alif mendiamkan sholeha tapi sholeha makin menangis keras. Syden mengambil sholeha dari gendongan alif..
" Aku mau menggendong sholeha".
Sholeha mulai surut tangisnya, dengan mata yang indah bulat berkedip-kedip melihat Syden. Aku melap pipi sholeha yang berlinang air mata. Lucunya... kedua tangan mungil sholeha memegang pipi Syden.. Langsung tertawa terbahak-bahak. Kami berjalan keluar dari pesawat menuju ke ruangan kedatangan.. Antrian panjang...untuk pemeriksaan paspor dan visa. Setelah mengambil barang bawaan kami keluar. Beberapa orang menghampiri Syden.. mereka berbicara di dekatku ternyata mereka para pegawai di kantor Syden. Aku mendekati abu...
"Abu, itu ada beberapa pegawai dari kantor Syden yang mau mengantar kita semua ke rumah Syden".
Abu mengangguk, memberitahu alif yang mengatur.... 1 mobil mengantar abu, ummu, eama Hanifah, sama Hassan dan kedua orang tua Alif, Morgan. 1 mobil lagi mengantar Rowena, Aisyah, alif, siti adik perempuan Alif , adik sepupuku yang kembar.. Mohammad dan Mohammed. Mobil yang satu lagi mengantar Syden, ibunya, aku dan ketiga keponakanku.. Nabilla, Maryam, sholeha. Aku perhatikan ketiga keponakanku dekat sekali dengan Syden dan ibunya. Aku heran dengan arah jalan yang dilalui mobil yang kami tumpangi.
"Syden, kita kemana ??".
Syden asyik bermain dengan ketiga keponakanku, dengan singkat hanya menjawab..
" Pulang, adiba sayang ".
Aku memperhatikan jalan dan menoleh ke ibunya Syden....
" Adiba bingung, ini bukan jalan menuju ke rumahnya adiba, bu".
Ibunya Syden dengan keheranan memandangku.
"Ibu juga heran, kita mau kemana ini, adiba cantik ".
Ibu dan aku secara bersamaan menoleh ke Syden. Ehmmm... Syden suamiku mulai kumat main rahasia-rahasiaan. Aku menyentuh tangan ibunya..
" Bu, syden anak ibu yang tampan itu mulai kumat main rahasia-rahasiaan pada kita berdua".
Syden tertawa renyah...
" Ini kita pulang ke rumah kita".
Aku dan ibu saling berpandangan..makin penasaran.. Mobil berhenti di depan halaman rumah besar. Kami turun dari mobil, aku masih keheranan melihat rumah besar ini.
"Syden, ini rumah siapa ?."
Syden hanya tertawa sambil meletakkan sholeha di pangkuan ibunya yang duduk di kursi roda. Syden mendorong kursi roda ibunya.
"Ayo kita masuk, adiba".
Aku menggandeng Nabilla dan Maryam masuk ke dalam rumah. Aku dan ibu masih keheranan. Ibu bertanya..
" Sebenarnya ini rumah siapa ?. Rasanya tidak sopan kita tidak sopan masuk rumah orang tanpa seijin pemiliknya, Syden anakku ".
" Bagaimana kita ijin pemilik rumah ini kalau pemiliknya masuk bersamaku ke rumah ini, bu".
Aku langsung berdiri di hadapan Syden...
"Adiba benar-benar gak paham maksud Syden".
Syden tertawa keras...
" Adiba sayang, kamu dan ibuku...kalian berdua pemilik rumah ini. Kita tinggal di rumah baru ini, masih gak paham ?".
Aku menggeleng..
"Rumah ini terlalu besar sekali. Terus mana rumah mungil yang adiba tempati dulu, Syden ?".
" Masih ada, adiba sayang".
Mulai habis rasa heranku.. sudah terdengar suara..
"Assalamu mualaykum".
Kami menoleh ke pintu ruang tamu .. Abu, ummu, kedua orang tuanya Alif , eama Hanifah, eamm Hassan, siti, alif, Aisyah, si kembar mohammad dan Mohammed, Morgan, Rowena. Syden memeluk bahuku sambil menjawab..
" waalaikum salam, ayooo masuklah... ".
Semua masuk sambil berdecak kagum. Morgan mendekati Syden...
" Besar sekali rumah barumu, Syden ".
Syden tertawa keras sambil menepuk bahu Morgan..