Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Still With You

Still With You

rindiyoon

5.0
Komentar
11
Penayangan
4
Bab

Laura adalah gadis miskin yang berhasil menikah dengan lelaki tampan yang berprofesi sebagai seniman. Pernikahan Laura dan suaminya--Julian--tidak seindah yang dilihat orang-orang pada umumnya, karena pernikahan mereka tidak mendapat restu dari keluarga Hutama, terutama oleh ibunya Julian. Sudah 5 tahun pernikahan mereka, tetapi Laura belum juga memberikan keturunan untuk Keluarga Hutama. Tepat di hari pernikahannya yang ke 6 tahun, Laura ingin memberikan kejutan untuk suaminya. Laura ingin memberitahukan pada suaminya bahwa dirinya tengah mengandung buah hati mereka, dan kandungannya saat ini sudah berjalan 8 minggu. Nahasnya, saat Julian ingin menemui sang istri, dia mengalami kecelakaan hebat yang membuatnya mengalami amnesia. Sempatkah Laura memberitahukan pada sang suami tentang kehamilannya? Atau ini kesempatan keluarga Hutama untuk mengusir Laura dari hidup putra mereka?

Bab 1 Selamat Pagi

"Selamat pagi, suamiku sayang," sapa seorang wanita berparas cantik dan seksi membuat seorang lelaki yang sedang ia sapa langsung merangkul pinggangnya dengan sangat mesra.

"Apa istriku sedang menggodaku," bisik seorang lelaki tampan itu dengan suara yang membuat bulu kuduk wanita itu berdiri.

Wanita itu langsung menghindar dari lelaki tampan itu dan kini melangkah menuju sebuah sofa, wanita itu langsung duduk di sofa dengan menuangkan teh kedalam cangkir yang sudah di sediakan diatas meja.

"Sini sayang kita menikmati suasana di pagi hari," ucap wanita cantik itu dengan menepuk-nepuk sofa di sampingnya.

"Sebentar!" Lelaki itu malah mengambil sebuah kamera dan memotret wanita cantik yang kini sedang duduk di sofa.

Selesai memotret. Lelaki itu langsung duduk di samping wanita tadi, ia langsung melihat foto hasil jepretannya. Wanita yang sedang duduk di sampingnya hanya geleng-geleng kepalanya, wanita itu sepertinya sudah tau kebiasaan suaminya di pagi hari jadi menurutnya tidak heran lagi.

"Laura, coba tanganmu seperti ini!" titah lelaki itu pada wanita di sampingnya.

"Seperti ini!" Wanita itu langsung berpangku tangan sambil menoleh kearah pintu.

"Ya, bagus! Tahan ya sayang," kata lelaki itu yang memberikan aba-aba.

Selesai memotret yang kedua kalinya, tiba-tiba saja wanita itu langsung mengambil kamera suaminya dan menyimpan kamera itu di sofa sampingnya yang masih kosong.

"Waktunya minum teh, Tuan Julian!" Wanita itu langsung memberikan secangkir teh hangat pada lelaki itu, lelaki itu adalah suaminya yang selama ini sudah menjalin pernikahan selama 5 tahun terakhir.

"Terimakasih istriku!" Julian langsung mengambil cangkir itu dan meminum tehnya.

Selesai meminum teh, Julian langsung menyimpan cangkir teh itu diatas meja.

"Jadi hari ini, istriku mau pergi kemana?" tanya Julian sambil membelai rambut istrinya dengan lembut.

"Mau menemani suamiku di studio," jawab Laura sambil bersandar di pundaknya.

"Apa hari ini tidak lelah?" tanya Julian dengan suara menahan tawa.

"Sudah ah, aku malas kalau kamu membahas itu lagi," jawab Laura sambil cemberut.

"Hehehe siap sayang siap!" Julian langsung mengusap kepala istrinya dengan lembut dan mengecupnya.

"Jadi, hari ini suamiku melukis apa?" tanya Laura yang langsung menoleh ke arahnya.

"Aku mau melukis kamu yang barusan aku foto tadi," jawab Julian yang sekilas melirik kearah kameranya yang masih berada di samping sang istri.

Laura adalah gadis miskin yang berhasil menikah dengan Julian seorang pelukis terkenal, pernikahan mereka sudah berjalan 5 tahun. Namun, mereka belum juga memiliki buah hati didalam pernikahannya. Tapi, semua itu tidak membuat pasangan suami-istri ini lelah dan memutuskan untuk bercerai. Melainkan mereka semakin romantis setiap harinya, dan semakin mempererat pernikahan mereka.

"Memangnya hari ini tidak ada jadwal?" tanya Laura sambil mengambil beberapa wafer yang ada diatas meja.

"Tidak ada sayang," jawab Julian dengan lembut.

Laura langsung menyuapi wafer pada mulut Julian dan ia langsung mengunyah wafer itu, walaupun pernikahan kami belum memiliki bayi namun Laura seperti sudah memiliki seorang bayi besar yaitu suaminya sendiri.

"Sayang, apa hari ini kamu tidak ke toko?" tanya Julian pada sang istri.

"Karena hari ini suamiku libur jadi aku ikut libur," jawab Laura sambil menyentuh ujung bibir Julian yang ada beberapa sisa-sisa wafer tadi.

Julian benar-benar mirip bayi besar, ia kalau makan sesuatu selalu saja ada sisa-sisa makanan di ujung-ujung bibirnya.

"Pengertian sekali istriku!" Julian langsung merangkul pundak Laura.

Seperti biasa kalau Sabtu-Minggu adalah hari Julian libur dan Laura selalu menyempatkan libur bersama karena kalau Julian sudah bekerja ia benar-benar tidak bisa di ganggu. Apa lagi pekerjaannya Julian adalah seorang pelukis yang sangat terkenal, sudah pasti akan banyak orang yang datang ke studio atau gallery miliknya.

"Sayang, kamu benar-benar tidak ingin menambah pegawai di toko kamu?" Tiba-tiba Julian seperti membahas toko yang Laura kelola.

"Tidak perlu karena satu pegawai saja sudah cukup," ucap Laura.

"Kasihan Lala sendirian tidak ada teman untuk mengobrol kalau dia bosan sendirian di toko," celetuk Julian yang tiba-tiba merasa kasihan pada pegawai Laura.

"Ciye, tumben sekali suamiku merasa kasihan pada Lala." Lauralangsung menatap Julian dengan tatapan curiga.

"Ih sayang, bukan gitu!" Julian sangat tidak suka kalau Laura sudah memberikan tatapan seperti itu. "Aku hanya..."

"Hahaha aku tau," ucap Laura sebenarnya sedang bercanda dengannya, mana mungkin suaminya memiliki hubungan aneh-aneh dengan Lala.

Lala adalah seorang wanita yang bekerja di toko buah milik Laura, toko buah yang sudah lama Laura kelola sebelum menikah dengan suaminya--Julian.

"Sayang, kamu enggak mau pindah toko saja di..."

"Kenapa suamiku jadi membahas toko aku terus? Apa suamiku sudah tidak mengizinkan aku untuk mengelola toko aku sendiri?" tanya Laura dengan suara sedih.

"Bukan gitu sayang!" Julian menyentuh pipi istrinya dan berkata. "Aku hanya takut kamu kecapean saja," jawab Julian dengan lembut.

"Aku tidak capek kalau tiap malam dapat tidur yang wajar," celetuk Laura.

"Tidur yang wajar? Jadi selama ini kamu tidak mendapat tidur yang wajar!" Julian melotot pada Laura.

"Hahaha bercanda sayangku!"

Laura langsung menggelitik perutnya Julian hingga ia tertawa terbahak-bahak karena geli. Tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu membuat Laura dan Julian menghentikan candaan mereka.

"Permisi, Tuan!" teriak seseorang dari luar kamar dan suara itu sudah tidak asing lagi di telinga mereka.

"Ya, masuk!" Julian berteriak pada seseorang itu.

"Baik!"

Seseorang itu langsung masuk kedalam kamar dengan membawa nampan di tangannya dan tidak lupa membungkuk sopan pada Laura dan pada Julian.

"Spaghetti bolognese sudah siap," ucap seseorang itu lalu menyajikan 2 piring spaghetti diatas meja.

"Terimakasih, Chef," kata Laura setelah seseorang itu sudah menyajikannya diatas meja.

"Sama-sama!" Seseorang itu kembali membungkuk sopan.

"Chef, nanti siang bisa buatkan saya ayam goreng kremes dan sambal limau," kata Julian sambil menatap seseorang itu.

"Bisa Tuan, untuk makan siang di rumah atau..."

"Di studio saya, Chef Yuda!"

"Baik Tuan, apa ada tambahan lain?" tanya Chef Yuda.

"Tidak ada, kalau ada nanti saya hubungi kami," jawab Julian.

"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi!" Lagi-lagi Chef Yuda membungkuk sopan dan melangkah pergi dari kamar.

"Begitulah Chef selalu saja membungkuk!" Julian geleng-geleng kepalanya melihat tingkah Chef Yuda.

Chef Yuda adalah juru masak di rumah keluarga Hutama, ia sudah bekerja sangat lama semenjak Julian masih kecil. Jadi, Chef Yuda sangat mengenal karakter Julian. Makanan dan minuman yang tidak di sukai oleh Julian saja Chef Yuda sudah pasti tau.

"Sayang, bagaimana kita jodohkan Lala dengan Chef Yuda," celetuk Julian sambil melirik ke arah sang istri.

"HAH?" Laura melotot mendengar ucapan Julian.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku