Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
32
Penayangan
1
Bab

Berkisah tentang seorang pemuda bernama Badra yang benci dengan hidupnya dan Tuhan. Ia memutuskan pergi meninggalkan kampung halaman nya untuk mengejar ambisi dan hasratnya. Badra bergabung dengan kelompok rahasia yang akhirnya menyeretnya kedalam dunia hitam. Bagaimana Badra menjalani kehidupan kelamnya?. Baca selengkapnya.

Bab 1 Episode 1

Halaman Mall Ciputra Semarang, 15:35.

"Cek semua CCTV!" seru komandan Ali kepada anak buahnya.

"Siap"

Polisi tengah sibuk menginvestigasi aksi pembobolan ATM yang berlokasi di halaman Mal Ciputra Semarang. Dari hasil investigasi sementara tidak ada tanda kerusakan pada mesin ATM. Semua terlihat normal selayaknya tidak terjadi apapun.

"Laapor, Komandan, semua CCTV tidak menangkap aksi perampokan. Namun, pada pukul dua lebih empat puluh dua siang, rekaman terjeda selama lima belas menit."

"Sulit dipercaya, aksinya sangat rapi," gumam komandan Ali heran.

Dari kejauhan, Badra mengamati para polisi yang sedang sibuk melakukan olah TKP. Senyumnya sinis dengan tatapan tajam. Secangkir espreso ia nikmati sembari menonton pertunjukan nyang telah ia buat. Ini bukan kali pertama Badra melakukan aksi pembobolan, jika biasanya ia membobol secara virtual kini ia mencoba tampil secara langsung.

Usai pekerjaannya selesai, Badra beranjak pergi menuju mobil yang terparkir di sisi gedung mal. Baru beberapa meter berjalan, datang dua orang laki-laki berbadan kekar menghentikan langkahnya. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dengan kaca mata hitam. Pembawaannya garang seperti pengawal dalam film-film gangster.

"Selamat pagi, Badra." Salah satu dari mereka menyapa dengan intonasi santai. Badra menatap tajam.

"Ada apa?" tanya Badra.

"Tuanku ingin bertemu denganmu. Ambillah. Jika kau bersedia, kau bisa datang kapanpun kau mau."

Badra menerima secarik kertas seukuran kartu kredit. Disana tertulis 'GhostShadow', disertai alamat lengkap.

'Sepertinya ini adalah nama dari sebuah perusahaan atau kelompok tertentu' pikir Badra.

Tak butuh waktu lama untuk mempertimbangkan, esoknya dengan mengendarai Avanza hitam, Badra menuju alamat yang tertulis dikertas tersebut. Sesampainya di lokasi tepat di depan gerbang tampak dua petugas keamanan tengah berjaga. Tanpa ditanya petugas tersebut membukakan pintu untuknya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Tampak luar, bangunan terlihat seperti sebuah PT biasa, tertulis PT Luis Nature Indah di depannya. Tak ada satu katapun terpampang nama 'GhostShadow'.

Badra diarahkan melalui pintu belakang. Ia dipertemukan kembali dengan dua orang penjaga. Kali ini dua pria berbadan kekar itu memintanya turun dari mobil. Alat pendeteksi logam diarahkan ke badannya. Satu dari mereka menggeledah seluruh tubuh tak terkecuali area kemaluan. Dirasa aman, Badra dipersilakan memasuki pintu yang menjulang tinggi berbahan besi. Perlahan pintu besar itu terbuka dengan sendirinya. Tampak dua orang laki-laki berjas hitam berdiri di masing-masing sisi pintu, wajahnya garang dan bertubuh atletis. Tak ada sedikitpun senyum terlontar dari wajah mereka.

"Selamat pagi, Tuan. Mari ikut dengan kami," kata laki-laki itu mengarahkannya menuju lift yang letaknya sejajar dengan pintu.

Badra mengikutinya tanpas edikitpun bertanya. Memasuki lantai 3 terdapat sebuah lorong yang cukup panjang. Terlihat ukiran-ukiran zaman dahulu dengan nuansa klasik yang sangat kuat. Banyak lambang suku maya terukir di sepanjang dinding, membuat nuansa mencekam bagi siapapun yang melewatinya.

Setelah berjalan menyusuri lorong yang cukup panjang dengan ornamen-ornamen bergaya klasik dan artistik, sampailah Badra diujung lorong. Disana terdapat satu ruangan yang cukup luas sekaligus mewah. Bisa dikatakan itu seperti ruangan inti dari bangunan tersebut.

Jarak sepuluh meter dari pintu masuk Tampak seorang laki-laki setengah beruban tengah duduk dibalik meja membelakangi Badra sembari memegang sebuah buku.

"Selamat datang, Badra." Laki-laki itu memutar kursinya 180 derajat, mengucapkan kalimat sambutan untuknya.

Badra maju beberapa langkah mendekatinya.

"Apa aku mengganggumu?" balas Badra menyapanya.

Laki-laki itu tersenyum, "Tidak sama sekali. Justru aku sudah tak sabar ingin segera bertemu denganmu," Kata Laki-laki itu beranjak dari kursinya.

"Mari kita sarapan dahulu. Kau pasti belum makan," ucapnya sembari berjalan menuju meja panjang penuh dengan hidangan.

Badra menerima tawaran jamuan itu sebagai rasa hormat. Sampai sejauh ini ia masih mencoba menerka-nerka apa itu 'Ghost Shadow, dan ada hubungan apa dengannya.

"Apakah kau sudah mengetahui siapa aku, Badra?"

"Tentu, Tuan Dazo" Badra menjawab dengan intonasi santai.

"Haha, kau benar-benar menarik. Baiklah, kalau begitu aku tidak perlu lagi berbasa-basi. Sudah lama aku memantau aksimu. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa melakukannya, tapi akan sangat sempurna jika kau bersedia bergabung bersama kami. Kurasa kita memiliki visi yang sama."

Wajah Dazo cukup familiar diingatan Badra. Dazo adalah pemilik perusahaan yang namanya cukup tersohor di negeri ini. Badra mengetahuinya, tetapi bukan sebagai pemimpin dari kelompok ini. Ia mulai menyadari bahwa Ghost Shadow bukanlah sebuah kelompok biasa.

"Apa yang kelompok ini kerjakan?" tanya Badra.

Dazo tersenyum. Ia menghela napas, mengatur ulang posisi duduknya, lalu mulai bercerita, "Eksistensi, Badra. Aku yakin kau sudah paham dengan wajahku, tapi tidak dengan kelompok ini. Setiap orang butuh yang namanya eksistensi. Kau tidak akan sepenuhnya bangga terhadap dirimu jika orang lain tidak mengetahui seberapa hebatnya dirimu. Kelompok kami memiliki misi yang besar, ingin menguasai perekonomian. Ghost Shadow adalah kelompok tersembunyi, tapi kami memiliki bisnis legal yang kami kembangkan. Di situlah eksistensi kami. Membangun perusahaan raksasa yang namanya terdengar hingga keseluruh pelosok negeri."

"Lalu?"

"Aku ingin kau bergabung bersama kami. Turut serta ambil bagian dalam mengembangkan bisnis ini. Kami butuh orang sepertimu."

Badra memasukan beberapa sendok makanan kemulutnya sembari mendengarkan Dazo bercerita.

'Tentu saja aku akan menerima tawaran itu. Akan sangat sempurna jika aku bergabung bersama Ghost Shadow. Ini adalah tangga terbaik untuk naik dan mencapai apa yang sudah menjadi tujuanku selama ini' batin Badra.

"Beri aku satu," ucap Badra menatap tajam.

Dazo terkekeh.

"Kau sungguh menarik, Badra. Tentu akuakan memberikannya. Kau akan mendapatkan sebuah restoran milik Luis Group untuk kau kelola. Aku tahu kau adalah salah satu mahasiswa yang cerdas di salah satu kampus ternama di Yogyakarta. Dulu, sebelum kau berhenti menempuh studi manajemen ekonomimu, kau selalu mendapat nilai sempurna di setiap semester. Kau juga memiliki seorang adik perempuan yang sangat manis. Demi dia, kau rela bekerja siang dan malam, bahkan menjadi seorang gigolo."

Badra tersenyum tipis mendengar penjelasannya.

'Jelas saja dia sudah mengetahui banyak tentangku.Tidak mungkin Ghost Shadow begitu saja merekrut orang tanpa mengetahui detail latar belakangnya' ucap Badra dalam hati.

"Kau memilih orang yang tepat," kata Badra sembari meletakkan sendok dan meneguk segelas air, "Kau sangat benar. Aku butuh yang namanya eksistensi. Sangat sayang jika aku tidak menggunakan otak pintarku ini. Bukan begitu, Master Dazo?."

Dazo tersenyum

***

Satu tahun setelah memutuskan bergabung bersama Ghost Shadow, banyak yang sudah Badra kerjakan. Dua hari yang lalu ia baru saja menyabotase Bank Arata Mandiri, pesaing dari bank Amanah Rakyat milik Ghost Shadow. Banyak data-data nasabah yang berhasil dialihkan. Meski hal itu diketahui oleh pihak bank, tetapi tak banyak yang dapat mereka lakukan untuk melindungi nasabahnya. Aksinya tak lepas dari kemampuan yang selama ini ia asah. Bukan perkara sulit banginya jika berhubungan dengan IT.

Selain melakukan aksi-aksi dibelakang layar, Badra juga berperan secara langsung sebagai negosiator, menyelesaikan konflik-konflik yang bersinggungan langsung dengan Ghost Shadow. Tak jarang ia harus bertaruh nyawa menghadapi kelompok-kelompok lain yang menghalangi misinya. Dua hari yang lalu pada dini hari, Badra baru saja terlibat baku tembak dengan sebuah kelompok yang berusaha menguasai area pelabuhan. Secara tidak langsung area tersebut merupakan area kekuasaan dari Ghost Shadow. Beberapa kelompok beberapa kali mencoba mengambil alih dengan jalan pertumpahan darah. Meski berkali-kali mendapat perlawanan dari kelompok-kelompok hitam yang lain, Ghost Shadow masih tak terkalahkan.

Peran Badra dalam kelompok sangatlah vital. Ia menjadi salah satu pelaksana misi-misi besar dengan nilai yang fantastis dan dengan resiko yang besar pula. Dalam dunia hitam, nyawa tak lagi berarti, kematian bisa datang kapan saja. Setiap kesalahan nyawalah yang menjadi taruhan. Badra sudah memahami resiko itu. Dibalik resiko yang besar ternyata Badra sangat menikmati perannya.

Ada banyak anggota Ghost Shadow yang tersebar di berbagai bidang, Politik, media massa, agama, pendidikan, apparat, dan hampir di semua lini. Itu semua semata-mata untuk memuluskan langkah Ghost Shadow. Perusahaan Luis Prosperous yang tergabung dalam Luis Group adalah pemenang tander pengerjaan infrastruktur negara. Tentu kemenangan itu tak lepasdari peran Ghost Shadow di belakangnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku