lek tak langsung menjawab, dia masih menatap Ayu yang sedang berjalan ke arah mobilnya, setelah mobil Ayu pergi barulah Alek memandang ke arah Amel. ''Lek, jawab dong..dia siapa..?'' tanya Amel mendesak sambil cemberut. Alek hanya terkekeh, sikap Amel yang posesif justru membuat gadis itu tampak menggemaskan, Amel mendnegus kesal karena Alek belum menjawab pertanyaannya. Alek merogoh saku celananya lalu mengeluarkan ponsel dan menunjukan foto yang kemarin membuat Amel marah. Mata Amel medadak terbelalak lebar saat melihat foto yang terpampang di layar ponselnya Alek, ia baru sadar kalau gadis itu adalah adik kandungnya Alek. ''Jadi..dia adik kamu..?'' tanya Amel dengan raut wajah yang malu, Alek langsung menganggukan kepala. Amel tampak meringis dan merutuki dirinya yang sangat bodoh sekali, bisa-bisanya dia tidak mengenali Ayu, padahal sudah jelas dia sering melihat gadis itu di layar ponselnya Alek. ( Mampus gue, belum apa-apa udah ngasih kesan buruk, bisa-bisa langsung tereliminasi deh gue jadi kakak ipar.) batin Amel yang merasa sangat bodoh. ''Udah jangan di pikirin, Ayu orangnya baik kok, nanti sore kita ke rumah mamah ya, biar kamu bisa lebih dekat dengan Ayu.'' Kata Alek yang seakan mengerti apa yang sedang di pikirkan oleh Amel. Setelah itu lalu mereka masuk ke dalam kantor dan mulai beraktifitas seperti biasa, begitu juga dengan Hera dan yang lainnya mulai sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sore harinya, Alek benar-benar membawa Amel menuju ke rumahnya, begitu turun dari mobil seketika mata Amel terbelalak lebar dan mulut yang menganga. Amel tak menyangka rumah orang tuanya Alek sangat besar tak sebanding dengan rumah orang tuanya. ''Lek, kita gak salah alamat kan? Ini benar-benar rumah kamu..?'' tanya Amel yang masih tak menyangka. ''Bukan lah, aku cuma numpang di sini..'' balas Alek dan seketika Amel langsung melirik kepada kekasihnya itu. ''Ini rumahnya papa sama mama sayang, bukan punya aku. malu dong kalau aku langsung mengaku ini rumahku, kan aku baru ketemu mereka.'' Jelas Alek sambil cengengesan. ''Ih..nyebelinn..!'' ucap Amel sambil mencebikan bibirnya, membuat Alek sontak tertawa. ''Udah jangan cemberut, ayo masuk..'' kata Alek lalu menggandeng tangan Amel. Amel tak menyangka kalau orang tuanya Alek sangat kaya raya tak sebanding dengan kekayaan orang tuanya. Amel mendadak gugup tapi dia terus mengikuti langkah Alek menuju ke pintu depan rumah mewah tersebut. Baru saja Alek hendak membuka pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka sendiri dan dari dalam muncul bu Anisa dengan senyum yang lebar di wajahnya. ''Amell..duh mantu mama cantik banget.'' Sapa bu Anisa dengan antusiasnya. ''Sore tante.'' Balas Amel dengan gugup. ''Loh kok manggilnya masih tante..?, panggil mama dong sayang, kan kamu udah jadi mantu mama..'' kata bu Anisa sambil tersenyum lebar dan hangat. ''Loh..loh kok cuma Amel mah, yang di sambut..anaknya gak nih..?'' protes Alek. Alih-alih menjawab, bu Anisa hanya melirik sekilas pada anaknya lalu kembali menoleh kepada Amel sambil tersenyum. ''Ayo masuk sayang.'' Ucap bu Anisa lalu merangkul Amel dan membawanya masuk kedalam rumah.
Disebuah Desa terpencil seorang pemuda yang baru beberapa hari orang tuanya meninggal dunia sedang di ledek oleh teman sebayanya.
''Kasihan deh lo...udah culun..ngenes lagi, hahaha....mending lo nyari tante-tante kaya aja deh biar hidup lo lebih baik, hahaha.....'' kata Toni.
''Itung-itung biar muka ganteng lo laku deh..'' sambung Toni lagi yang jahil kepada temannya.
Di saat Alek tengah berduka, bukannya mendapat support tapi dia justru mendengar kata-kata yang menyakitkan dari teman-temannya.
Alek adalah seorang pemuda desa, ia kini hidup sebatang kara karena kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan.
Demi ingin merubah nasib yang lebih baik, Alek nekad akan pergi merantau di kota. Kehudupannya memang terbilang serba pas-pasan dan keseharian Alek hanya bekerja di ladang tempat majikan orang tuanya.
Padahal Alek sebenarnya sosok pemuda yang baik, wajahnya pun cukup tampan, ia mempunyai tubuh yang kekar dan berotot, ia juga pandai silat.
Setelah sebulan orang tuanya meninggal, akhirnya Alek pergi ke kota untuk mengadu nasibnya. Dengan berbekal uang tabungan serta motor peninggalan ayahnya ia memutuskan bekerja sebagai ojeg online.
Alek tinggal di rumah kontrakan, pagi itu ia bersiap untuk memulai aktivitasnya sebagai driver online. Dengan berpakaian yang sudah diberikan oleh pihak kantor, Alek menunggu orderan masuk.
( Mudah-mudahan hari ini lancar dan banyak orderan..) batin Alek sambil duduk memandangi layar ponselnya.
Tak lama kemudian ponselnya berdering tanda ada pesan masuk, ternyata ada orderan dari seorang wanita, Alek bersiap memakai helm dan mulai meluncur menuju ke rumah wnaita tersebut.
Kurang lebih lima belas menit akhirnya Alek sampai di depan rumah mewah dengan gerbang yang cukup besar, ia melihat seorang wanita sudah berdiri di depan pintu gerbang rumah.
''Permisi, atas nama Desy..?'' tanya Alek memastikan.
''Benar mas..'' jawab Desy lalu segera naik membonceng motornya Alek.
Perlahan Alek melajukan motornya mengikuti petunjuk dari aplikasi di ponselnya, Alek tampak gerogi karena ia baru kali ini membawa seorang wanita cantik.
Apalagi saat dada yang agak besar milik Desy menempel di punggung, Alek menjadi sangat gerogi sekali dan gugup tak karuan.
''Kenapa mas? Kok gerogi gitu..?'' tanya Desy memulai percakapan.
''Enggak...enggak mbak...Cuma belum terbiasa aja..'' balas Alek.
''Belum terbiasa? Maksudnya...?'' Desy kembali bertanya.
''Anu..em...itu..sebelumnya aku belum pernah di boncengi cewek makanya aku agak gerogi..'' jawab Alek sedikit tersenyum.
''Hahahaha.....'' Desy tertawa mendengar ucapan Alek hingga benjolan dadanya semakin menekan punggung Alek.
''Bener nih...kamu baru kali ini di boncengi wnaita..?'' kata Desy memastikan kembali.
''Iya..hehehe..'' balas Alek cengar-cengir.
''Aku gak percaya, masa cowok ganteng kayak kamu belum pernah pacaran dan berboncengan dengan cewek sih..?'' Desy semakin penasaran dengan Alek.
''Itu kenyataannya mbak, jangankan pacaran, dekat sama cewek aja belum pernah kok..'' jawab Alek jujur.
''Kok bisa gitu sih mas..?'' Desy semakin penasaran.
''Begitulah mbak, di desaku gak ada cewek yang mau dekat sama aku karena aku miskin dan dekil..'' ucap Alek menceritakan.
''Oh..sabar ya mas, gak semua cewek itu matre kok, aku lihat penampilanmu biasa saja gak dekil amat.'' Kata Desy.
''Masa sih mbak..'' sahut Alek.
''Beneran..berarti aku cewek pertama dong yang bisa deket sama kamu seperti ini'' kata Desy sambil semakin menekankan benjolan dadanya.
''I...iya...mbak, kamu wanita yang pertama..'' balas Alek gugup tak karuan karena merasakan begitu kenyalnya benjolan dada milik Desy.
''Kalau gitu kamu jadi pacarku aja gimana? Biar kamu bisa deket sama aku..'' kata Desy yang melihat kepolosan Alek membuat ingin menggoda pemuda tersebut.
''Hahhh...!!!''
''Jangan mbak..!'' kata Alek yang terkejut.
''Kenapa..?'' tanya Desy.
''Kalau kamu jadi pacarku nanti kamu bisa merasakan empuknya ini loh..'' ucap Desy lagi sambil menekan dan memutar benjolan di dadanya.
''Jangan gitu mbak..aku lagi nyetir nih, bisa bahaya..'' ucap Alek tampak panik dan gugup sekali.
Desy yang melihat keluguan Alek hanya terkekeh kecil ingin rasanya selalu menggoda pemuda itu, karena menurut Desy pemuda itu sangat lucu dan unik.
Cukup lama mereka bercanda tawa dan akhirnya mereka berdua sampai di tempat tujuan, Alek segera menepikan motornya.
''Sudah sampai mbak'' ucap Alek.
''Loh..kok cepet banget? Perasaan baru jalan deh...'' balas Desy dengan memasang muka cemberut lalu ia turun dari motor.
''Tempatnya bener di sini kan mbak?'' tanya Alek memastikan.
''Iya bener mas'' jawab Desy sambil tersenyum tipis lalu melepaskan helm yang di pakainya.
''Ini helmnya mas, nanti aku kasih bintang lima deh..'' ucap Desy sambil memberikan helm.
''Bonus yang enak-enak nanti ya kalau kita ketemu lagi, hehehe..'' bisik Desy sambil cengengesan.
''Haahh..!'' Alek hanya melongo mendnegar bisikan dari Desy.
Alek bingung dengan ucapan Desy barusan, ia tak mengerti bonus enak-enak yang di maksud oleh wanita tersebut. Alek lalu melanjutkan kembali meninggalkan tempat tersebut.
( Huh..orderan pertama langsung dapat rezeki dada empuk...huft...sudah cantik, tubuhnya aduhai sekali...andai saja dia mau sama aku...argh....busyet deh..) batin Alek sambil menghela nafas panjang.
''Loh..kenapa aku jadi mikirin dia sih? Lebih baik aku fokus bekerja biar dapat duit.'' Gerutu Alek lalu mempercepat laju sepeda motornya.
Alek menepikan motornya dan duduk di bawah pohon yang tak jauh dari area pasar tradisional. Banyak kendaran berlalu lalang kesana kemari. Sambil menunggu ada orderan lagi, Alek menikmati pemandangan kota.
Dari arah belakang tiba-tiba datang seorang wanita memakai switer menghampiri Alek yang sedfang duduk.
''Mas gojek..'' kata wanita tersebut.
''Iya mbak, ada apa ya?'' balas Alek yang langsung menoleh ke belakang.
''Begini mas, tadi dompetku hilang dan ponselku juga mati..bisa gak kamu anterin aku pulang, tapi bayarnya nanti di rumah..'' kata wanita itu lagi.
Karena merasa iba akhirnya Alek mengantarkan wanita tersebut yang bernama Mely tersebut untuk pulang.
Dengan petunjuk dan arahan dari Mely, Alek mulai menjalankan motornya menembus padatnya lalu lintas di jalan raya.
Di sepanjang jalan Alek dibuat gugup tak karuan karena benjolan kenyal dada milik Mely menekan di punggung dan terasa hangat.
Sambil fokus menyetir, Alek sesekali bertanya arah menuju ke rumahnya Mely apalagi saat bertemu simpang empat.
Kurang lebih dua puluh menit akhirnya mereka sampai di kawasan permahan elit dan banyak rumah mewah berjejer menjulang di samping kanan dan kiri jalan.
''Rumahnya yang mana ya mbak?'' tanya Alek.
''Terus aja mas, rumahku paling ujung sana perumahan ini.'' Jawab Mely sambil menunjuk ke arah rumah yang terlihat masih agak jauh.
Mendengar ucapan Meli, Alek menjalankan motornya kembali menyusuri jalan yang di tunjuk oleh wanita tersebut menuju ujung perumahan.
Sesampaianya di rumah yang di tunjuk oleh Mely, Alek segera menepikan sepeda motornya di depan pagar rumah mewah tersebut. Itu rumah Mely yang sangat megah kayak istana membuat Alek terkagum-kagum.
BERSAMBUNG...
Buku lain oleh Rekor media
Selebihnya