Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tergoda Pengganti Suamiku

Tergoda Pengganti Suamiku

Lovely Echo

5.0
Komentar
16
Penayangan
4
Bab

"Dia, suamiku ternyata bukan suamiku."-Senja Ekaitza. Raja Pratama, CEO yang hidupnya penuh ambisi dan kesuksesan, terbangun di dunia baru-dunia novel yang ia baca di malam hari. Ironisnya, ia bukanlah tokoh utama, melainkan tokoh antagonis pengangguran yang suka menyiksa istrinya sendiri, Senja Ekaitza. Raja terkejut dan menolak nasibnya sebagai penjahat kejam. Ia tak ingin mati di tangan Senja, seperti yang terjadi pada tokoh antagonis dalam novel yang ia baca kemarin malam. Terjebak di dunia baru dengan masa lalu yang gelap, Raja harus berjuang membuktikan dirinya, memperbaiki hubungan dengan Senja, dan mengubah takdirnya. Tetapi rupanya Senja selalu curiga dengannya. Mampukah Raja membuktikan bahwa ia bukanlah monster yang digambarkan dalam novel? Atau apakah ia akan menjadi korban dari skenario yang telah ditetapkan?

Bab 1 Terbangun di Dunia Novel

Kegelapan melingkupi Raja Pratama, seorang CEO sukses yang memiliki banyak bisnis. Matanya, yang selama ini terbiasa dengan kemewahan mansion mewah, terbelalak melihat pemandangan yang bukan lagi dikenalinya.

Aroma tanah mentah bercampur bau apek memenuhi indranya. Perlahan, kesadarannya pulih.

Ia merasakan dinginnya batu lantai yang kasar dan nyeri menusuk di pelipisnya. Kepalanya terasa berputar, dan dengan susah payah, ia mengangkat tubuhnya.

"Dimana aku?" gumamnya, suara serak kering yang terasa asing di telinganya sendiri.

Penglihatannya masih buram, namun sekilas Raja menangkap bayangan samar di hadapannya. Terikat erat oleh tali berwarna merah, seorang wanita berambut hitam legam dengan mata tajam yang dipenuhi amarah.

Wanita itu terengah-engah, ia memakai baju kusut. Dengan putus asa, Raja Pratama mencoba mencerna pemandangan yang mencekam di hadapannya.

"Siapa kamu?" tanya Raja kepada orang yang ada di depannya.

Suara itu keluar dari mulutnya, namun terasa asing. Tidak seperti suaranya yang lantang dan berwibawa sebagai seorang CEO di dunia asalnya. Suara ini terdengar serak, penuh dendam, dan-mengerikan.

"Aku tak percaya," desis wanita cantik dengan memar di pipi itu, tatapannya tajam menusuk ke jiwa Raja. "Kau bahkan berpura-pura tidak mengenal istrimu, setelah semua yang kau lakukan padaku?"

"Istri?"

Raja mengerutkan dahi, tiba-tiba ada sebuah nama muncul di otaknya: Senja Ekaitza.

Raja Pratama tersentak. Senja? Nama itu membuatnya teringat pada satu hal: novel. Novel yang dibaca olehnya sebelum terbangun di tempat yang asing ini.

Novel tentang seorang bajingan pengangguran yang menyiksa istrinya, Senja Ekaitza.

Penglihatannya perlahan kembali jernih. Raja melihat cermin yang tergantung di dinding. Wajahnya familiar, dengan kulit pucat dan ada darah yang masih belum kering di keningnya, tampak persis seperti wajahnya di dunia aslinya. Sebuah rasa ngeri merayap di hatinya.

"Bagaimana bisa?" Raja menggeram, tangannya mengepal erat. "Tidak mungkin aku berada di dalam novel. Ini aneh sekali!"

"Apakah aku sudah mati?!" Raja berpikir panjang. "Sial! Aku ingat kecelakaan itu dan sekarang aku berpindah jiwa ke dunia novel dan menjadi tokoh antagonis?"

Ketakutan menggigit hati Raja Pratama. Ia ingat akhir cerita novel itu. Raja Pratama mati di tangan Senja.

Senja berhasil membalas dendam kepada Raja dengan cara membunuhnya. Lalu tubuhnya dimasukkan ke sebuah kolam piranha, jasadnya habis tak bersisa.

'Tidak, tidak, aku tidak bisa mati,' pikir Raja.

Raja buru-buru mengamati situasi.

Raja berada di kamar sempit berukuran tiga kali empat meter, hanya berisi perabotan minimum: kasur kecil yang sedikit cekung, sebuah lemari kayu kecil yang penuh dengan pakaian kusut, meja kecil yang dipenuhi noda kopi, serta memiliki PC komputer.

Ruangan ini persis seperti deskripsi dari novel itu. Raja tersadar akan kesalahannya dan bergegas melepaskan ikatan tangan Senja.

"Jangan sentuh aku!" Senja berteriak, matanya melotot tajam.

"Senja, aku mengaku salah. Aku ingin memperlakukanmu dengan baik sekarang!" ucap Raja, suaranya terdengar gagap.

Senja terengah-engah, nafasnya tersengal-sengal. Matanya yang biasanya teduh kini memancarkan api amarah.

"Kenapa kau peduli padaku? Kau sendiri yang mengikatku, kau sendiri yang menyiksaku! Kau pikir kau bisa menghapus semua luka yang kau ciptakan dengan ucapanmu itu?"

"Senja, aku -"

"Diam!" Senja memotong ucapan Raja. "Kau hanya peduli dengan dirimu sendiri! Kau hanya ingin memanipulasi aku, mengambil uangku, dan bersenang-senang di luar sana!"

Raja Pratama terdiam. Dia tak sanggup membantah ucapan Senja. Senja benar.

Raja telah menjadi karakter antagonis yang menyakiti karakter protagonis sekaligus istrinya, Senja. Meskipun bukan Raja yang melakukannya, rasa sakit memenuhi hatinya, mencabik-cabik hatinya.

"Senja, aku tahu aku salah. Aku mohon, maafkan aku," Raja memohon, suaranya bergetar.

Meskipun itu bukan kesalahannya, lebih baik dia meminta maaf kepada Senja atas kesalahan jiwa terdahulu.

Selain ada rasa takut karena balas dendam di akhir plot novel itu, Raja juga merasa bersalah karena masuk ke tubuh 'Raja', tokoh antagonis di novel ini.

Senja mencibir. "Maaf? Maaf itu takkan cukup. Kau telah menghancurkan hidupku, kau telah membuatku tersiksa. Kau telah -"

"Senja, aku mengerti. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kita kembali seperti dulu," kata Raja.

Kata-kata ini ia ucapkan karena perasaan krisis. Dia yang membaca novel ini di sela-sela kesibukannya paham betul apa yang tertulis di novel. Senja akan membunuh Raja setelah bercerai.

Sebisa mungkin Raja harus mempertahankan pernikahannya dan memperbaiki hubungannya dengan Senja sebelum bercerai.

"Kamu ingin seperti kita dulu? Kau pikir dulu itu bisa terulang kembali? Semua sudah berubah, Raja. Luka fisik dan ejekan yang kau katakan, takkan pernah sembuh." Senja berucap dengan suara yang dingin dan menusuk.

Raja terdiam, hatinya terasa remuk. Dia tidak bisa mati dua kali. Dia telah diberi kehidupan kedua, maka dia akan melakukan segalanya untuk bisa bertahan hidup di dunia ini.

Senja bangkit, matanya tetap tertuju pada Raja Pratama.

"Pergilah. Aku tak ingin melihat wajahmu lagi," ucap Senja, suaranya berat.

Raja menatap Senja, matanya berkaca-kaca. Ia masih dibayang-bayangi oleh akhir bab novel itu. Ketakutan menyelimuti hatinya.

Kamar itu seperti gambaran hubungan mereka: bobrok, penuh goresan dan luka. Raja terduduk di pinggir ranjang, menunduk, tatapannya kosong.

Senja Ekaitza berdiri di dekat jendela, punggung tegak, wajahnya memancarkan amarah yang tertahan.

"Oke, kalau kamu tidak ingin pergi, aku saja yang pergi!" hardik Senja.

Senja melangkah ke luar kamar, tetapi tangannya ditahan oleh Raja.

"Jangan beraninya kau menghentikanku, Raja!" seru Senja, suaranya bergetar menahan amarah. "Kau telah menyakitiku berkali-kali, baik fisik maupun verbal. Kau membuatku merasa tak berdaya!"

Raja mengangkat wajah, matanya merah, terlihat kelelahan. Kepalanya masih sakit berdenyut-denyut. Ia berasumsi jika Senja baru saja melemparkan vas ke kepala Raja sebelum tangan Senja diikat. Ada bukti berupa pecahan vas di lantai dan darah segar di keningnya.

"Senja, kumohon ... jangan pergi! Aku tahu aku telah salah. Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya."

"Perbaiki?" Senja mencibir. "Kau sudah berjanji berkali-kali, Raja. Tapi apa yang berubah? Kekerasan dan penghinaan masih saja jadi makanan sehari-hariku!"

Raja mencoba meraih tangan Senja, tapi perempuan itu menghindar. "Jangan sentuh aku!"

Senja tersentak, tubuhnya tiba-tiba limbung. Raja refleks memeluknya, berusaha menahannya. "Senja? Apa yang terjadi?"

"Aku ... aku demam," lirih Senja, wajahnya pucat pasi. Keringat dingin mengucur di keningnya.

Raja panik. "Senja! Kita harus ke dokter!"

"Tidak perlu ... kita sudah tidak memiliki uang lagi."Senja mendesah, berusaha melepaskan diri dari pelukan Raja. Namun, tubuhnya terlalu lemas.

"Senja!" Raja memanggil, kepanikan semakin memuncak.

Perlahan-lahan, Senja kehilangan kesadaran. Tubuhnya lemas dalam pelukan Raja, tubuhnya terasa dingin.

Raja tersentak, matanya membulat. Rasa takut dan panik memenuhi dirinya. Ia menggendong Senja, membaringkannya di ranjang dan mengusap keningnya yang terasa panas.

"Senja ... bangunlah ... kumohon .... Apa yang harus kulakukan?"

"Sial! Kenapa aku ada di dunia novel ini dan menjalani plot novel berdarah ini!" sesalnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku