Sarini, seorang wanita berusia 30 tahun, memiliki dua anak perempuan. Anak bungsunya mengidap penyakit yang serius, sementara suaminya terjerumus dalam alkohol. Sarini, yang menikah karena dijodohkan, semakin merasa terpuruk. Dia tak lagi sanggup menanggung kemiskinan dan melihat anak bungsunya menderita. Ketika bekerja sebagai buruh cuci serabutan, Sarini mendengar cerita tentang pesugihan getih anak dari para pembantu yang sedang berbincang di pasar. Dia memutuskan untuk membeli majalah horor yang berisi nomor kontak banyak dukun. Meskipun Sarini mencoba mendatangi beberapa dukun, tak ada yang berani membantu karena terlalu berisiko. Hingga akhirnya, seorang dukun memperkenalkannya pada Mbah Rojo. Sarini memutuskan untuk melakukan pesugihan getih anak dengan maksud mengorbankan anak bungsunya yang sakit, Pertiwi. Namun, ironisnya, yang terkena dampaknya adalah Sri, anak yang sangat disayanginya. Terbebani oleh kesalahan yang telah dilakukannya, Sarini mulai menerima teror mistis yang menghantuinya karena mencoba menggagalkan pesugihan tersebut. Ketika Sri meninggal dengan kondisi yang mencekam, Sarini sangat terpukul dan sering bertengkar dengan suaminya, Tarjo. Dia mencoba untuk menerima semua yang telah terjadi dengan memperkuat ibadahnya dan mencoba menerima kepergian Sri, tetapi teror mistis semakin meningkat. Ketika kesehatan Pertiwi semakin memburuk, Sarini sangat terkejut dan panik. Pertiwi menunjukkan gejala yang sama seperti Sri. Ketika Pertiwi akhirnya meninggal, Sarini semakin terpukul, terutama saat melihat suaminya berfoya-foya. Sarini curiga dan mencari tahu, hanya untuk menemukan bahwa suaminya juga melakukan pesugihan yang sama. Ini membuatnya marah dan mereka bertengkar hebat, sementara suaminya meninggal secara misterius. Terhantui oleh peristiwa tragis yang menimpa keluarganya, Sarini akhirnya kehilangan keseimbangan mentalnya dan harus dirawat di rumah sakit jiwa, sementara anak-anaknya terus menghantuinya dalam pikirannya.
Sarini, seorang wanita berusia 30 tahun, memiliki dua anak perempuan. Anak bungsunya mengidap penyakit yang serius, sementara suaminya terjerumus dalam alkohol.
Sarini, yang menikah karena dijodohkan, semakin merasa terpuruk. Dia tak lagi sanggup menanggung kemiskinan dan melihat anak bungsunya menderita.
Ketika bekerja sebagai buruh cuci serabutan, Sarini mendengar cerita tentang pesugihan getih anak dari para pembantu yang sedang berbincang di pasar. Dia memutuskan untuk membeli majalah horor yang berisi nomor kontak banyak dukun.
Meskipun Sarini mencoba mendatangi beberapa dukun, tak ada yang berani membantu karena terlalu berisiko. Hingga akhirnya, seorang dukun memperkenalkannya pada Mbah Rojo.
Sarini memutuskan untuk melakukan pesugihan getih anak dengan maksud mengorbankan anak bungsunya yang sakit, Pertiwi. Namun, ironisnya, yang terkena dampaknya adalah Sri, anak yang sangat disayanginya.
Terbebani oleh kesalahan yang telah dilakukannya, Sarini mulai menerima teror mistis yang menghantuinya karena mencoba menggagalkan pesugihan tersebut.
Ketika Sri meninggal dengan kondisi yang mencekam, Sarini sangat terpukul dan sering bertengkar dengan suaminya, Tarjo. Dia mencoba untuk menerima semua yang telah terjadi dengan memperkuat ibadahnya dan mencoba menerima kepergian Sri, tetapi teror mistis semakin meningkat.
Ketika kesehatan Pertiwi semakin memburuk, Sarini sangat terkejut dan panik. Pertiwi menunjukkan gejala yang sama seperti Sri. Ketika Pertiwi akhirnya meninggal, Sarini semakin terpukul, terutama saat melihat suaminya berfoya-foya.
Sarini curiga dan mencari tahu, hanya untuk menemukan bahwa suaminya juga melakukan pesugihan yang sama. Ini membuatnya marah dan mereka bertengkar hebat, sementara suaminya meninggal secara misterius.
Terhantui oleh peristiwa tragis yang menimpa keluarganya, Sarini akhirnya kehilangan keseimbangan mentalnya dan harus dirawat di rumah sakit jiwa, sementara anak-anaknya terus menghantuinya dalam pikirannya.
Di ruang rawatannya di rumah sakit jiwa, Sarini terjaga dalam kegelapan pikirannya yang gelap dan labirin yang menakutkan. Suara-suara aneh menggema di sekelilingnya, menghantui setiap sudut pikirannya. Dia merasa terperangkap dalam dunia yang gelap dan tak berujung, dihantui oleh bayangan kedua anaknya yang telah pergi.
Setiap malam, Sarini terbangun dalam keringat dingin, menghantui oleh mimpi-mimpi mencekam tentang masa lalunya yang kelam. Dia merasakan dirinya tenggelam dalam gelombang keputusasaan, tanpa jalan keluar dari siklus penderitaannya yang tak berkesudahan.
Namun, di tengah kegelapan itu, ada cahaya kecil yang masih menyala di dalam dirinya. Meskipun tertekan oleh rasa bersalah dan penyesalan, Sarini menyadari bahwa dia harus menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri untuk bangkit dari ketidakberdayaannya.
Dengan bantuan psikolog dan dukungan dari staf medis di rumah sakit, Sarini mulai menjalani proses penyembuhan yang panjang dan berat. Dia belajar untuk menghadapi trauma dan rasa bersalah yang menghantuinya, dan berusaha untuk memahami bahwa dia tidak sendirian dalam perjuangannya.
Selama perjalanan penyembuhannya, Sarini bertemu dengan orang-orang yang juga sedang berjuang melawan setan-setan dalam diri mereka sendiri. Mereka berbagi cerita dan pengalaman mereka, saling mendukung satu sama lain dalam perjalanan mereka menuju kesembuhan.
Dengan tekad yang kuat dan dukungan yang tak tergoyahkan dari orang-orang di sekitarnya, Sarini mulai menemukan kembali kepercayaan diri dan harapan dalam hidupnya. Dia belajar untuk memaafkan dirinya sendiri atas kesalahan yang telah dilakukannya, dan untuk memahami bahwa masa lalu tidak harus menentukan masa depannya.
Setiap hari, Sarini bangun dengan tekad baru untuk menjadi lebih baik, untuk menebus kesalahan-kesalahannya, dan untuk menghormati kenangan kedua anaknya dengan menjalani hidup yang lebih baik. Meskipun perjalanan menuju kesembuhan tidaklah mudah, Sarini bertekad untuk terus maju, mengejar cahaya di ujung terowongan yang gelap.
Dengan setiap langkah kecil yang dia ambil, Sarini semakin mendekati kebebasan dari belenggu trauma dan ketidakpastian. Dia tahu bahwa perjalanan menuju kesembuhan mungkin akan memakan waktu, tetapi dia tidak akan pernah menyerah. Karena di balik setiap rintangan dan tantangan, dia melihat cahaya harapan yang memandunya ke arah yang lebih baik. Dan dengan setiap napas yang dia hembuskan, dia menguatkan tekadnya untuk melangkah maju, menuju masa depan yang lebih terang dan lebih bermakna.
Buku lain oleh WHS Production
Selebihnya