Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
 Cinta Dibalik Tirai Mafia dan Janji Patah

Cinta Dibalik Tirai Mafia dan Janji Patah

Author_rosedrm

5.0
Komentar
23
Penayangan
9
Bab

Bella Aurora Saraswati adalah lambang kesempurnaan. Putri salah satu bangsawan paling terkenal dan pemilik salah satu merek fashion terbesar di dunia, dia telah mencapai kesuksesan sebanyak yang dia harapkan. Pada dasarnya fashion baginya adalah berlian yang tidak pernah berkarat. Satu hal yang melambangkan tentang Bella ialah Kesempurnaan. Bella bermimpi menerima piala bergengsi yang akan menjadikannya sebagai desainer terbaik di dunia. Namun, mimpinya hancur ketika piala tersebut dicuri oleh Azura Lavinia, seorang wanita yang diyakini Bella telah melakukan penipuan. Dan sejak hari itu, Bella mengabdikan dirinya untuk membeberkan strategi Azura Lavinia dan mempermalukan wanita tersebut di hadapan dunia. Namun saat ini, dia tidak mengetahui bahwa di balik Azura Lavinia terdapat perisai kuat bernama Asher Fabian. Dia disebut Raja Kegelapan, Mafia, orang paling berbahaya di dunia kegelapan. Dan Bella dengan ceroboh menyerang pria itu untuk memulihkan keadilan. Namun, rencana tersebut tidak berjalan sesuai rencana. Pertemuannya dengan Asher Fabian sangat buruk, yang terjadi selanjutnya adalah serangkaian penderitaan. Bella memasuki lubang iblis dan ditelan oleh kegelapan yang belum pernah dia alami sebelumnya. Pada saat yang sama, keinginan berlebihan muncul kepada pria yang menyembunyikan sejuta rasa sakit di balik tatapan matanya yang kejam. Pria itu berteriak minta tolong, tapi tidak ada yang mendengar.

Bab 1 Chapter 1

Bab 1.

Nyonya Aurora ialah seorang Pemilik Aurora Boutique, Senyum mengembang di wajahnya. Cantik dan menawan. Dibalut lipstik merah tua, bak malaikat Sempurna dengan wajah seperti itu dan seksi.

Tvnya terang benderang dan menayangkan saluran drama favorit wanita, dan Nyonya Bella Aurora-lah yang menikmatinya.

Pemilik butik bangsawan. Gerakannya seperti ratu, dan perintahnya adalah hukum. Dia jelas merupakan otoritas dalam bisnis fashionnya.

Darah biru yang mengalir dalam dirinya adalah seorang bangsawan yang dianggap Rakana miliknya. Tak seorang pun yang masih hidup, berani menentang Bella Aurora Saraswati.

Pesona Nyonya Aurora sangat kuat.

"Nyonya,"Bella mengalihkan pandangannya dari layar televisi saat dia mendengar panggilan dari seorang wanita yang manis yang telah bersama dengannya selama bertahun-tahun.

Itu adalah asistennya Maya. Wanita itu segera membungkuk untuk menunjukkan rasa hormatnya dan berani mengatakan apa yang diperlukan.

"Saya minta maaf, Nyonya, tapi saya harus menyampaikan hal ini kepada Anda,''kata Maya setengah hati.

"Ada tamu yang datang. Dia ingin bertemu dengan anda,"salah satu alis Bella terangkat.

"Bukankah saya bilang ingin libur sampai besok? Tolong saya jngin ketenangan,"Bella bertanya, tidak bercanda, dengan suaranya yang serak dan seksi.

"Tolaklah, seperti biasa,"namun ekspresi murung di wajah Maya semakin membingungkan Bella.

"Maafkan saya, dia keras kepala dan memaksa ingin bertemu dengan anda, padahal saya telah bilang tidak bisa,"kata Maya menunduk. Suaranya bergetar.

Kerutan di dahi Bella semakin dalam. Siapa yang berani memaksakan kehendaknya padanya?

"Sebutkan namanya."

"Tuan Daren Gilang Nugraha, Nyonya,''jawab Maya.

Oh...pria itu? Yang menginginkan saya untuk menikahi putranya?

"Maya, apakah masih ada kemungkinan kita bisa mengusirnya?"Bella bertanya sambil bersandar di sofa tempatnya duduk dan meminum wine kesukaannya, yang berbau mawar melati.

"Maaf, nyonya, dia keras kepala sekali, akan sulit dan mungkin tidak bisa,''ucap Maya, terdengar bersalah.

Ini luar biasa. Bella mengangkat dagunya, ada kilatan ketertarikan di matanya. Pria itu keras kepala. Setidaknya hampir semua orang yang ditemuinya tidak bisa memaksanya. Dan kali ini Daren Gilang Nugraha berani melawannya.

'Saya rasa sudah bertahun-tahun sejak saya tidak memiliki seseorang yang cukup berani untuk mendorong saya. Sudah bertahun-tahun sejak sikap keras kepala seseorang mempertanyakan tekad mutlaknya.'

Tak seorang pun berani menentang keinginan Bella Aurora. Bahkan Daren Gilang Nugraha pun tidak mengetahuinya. Itu berarti...

"Ada yang ingin ia katakan pada anda nyonya. Sangat penting."

Karena sangat penting baginya, ia memberanikan diri bertemu Bella Aurora.

Bella tertawa serak. Itu menarik.

"Baiklah, Siapkan perjamuan untuknya,"kata Bella akhirnya. Maya mendongak. Kejutan terlihat di seluruh wajahnya.

"Oh, apakah Anda yakin, Nyonya?"tanyanya pelan.

"Apakah kamu tidak melihatnya? Apakah kamu tidak mendengar apa yang baru saja aku katakan?"tanya Bella.

"Tidak, aku mendengarnya. Hanya saja..."Maya berhenti sejenak, "Yah, tidak normal jika anda berubah pikiran atas permintaan seseorang."

Bella menatap Maya.

"Maya, kurasa ini bukan pertama kalinya kamu mendengar ini,"desis Bella, matanya beralih ke asisten lamanya, Maya.

Maya gemetar sampai ke puncak kepalanya.

"Apa yang kukatakan berarti apa bagimu?"Maya menegangkan rahangnya dan mencondongkan tubuh ke depan. Dia menunjukkan semua rasa hormat yang ia miliki.

"Perintah nyonya,"jawabnya gemetar.

"Saya minta maaf karena meragukan anda.. Saya jamin anda tidak akan melakukan kesalahan karena hal ini,"Bella menyeringai.

"Aku senang kamu mengerti,"katanya.

"Kamu boleh pergi."

''Ya, Nyonya,''kata Maya, tidak berani menolak.

Bella tersenyum geli saat wanita itu menjauh sedikit darinya. Gadis yang cantik sekali, pikirnya dalam hati. Tidak peduli sudah berapa tahun Maya bekerja untuknya, dia selalu menghormati setiap aspek dari Bella. Dan Bella selalu senang melihat wanita dan pria berpenampilan lemah ketakutan di hadapannya.

'Berbahaya, aku harus mengurangi sisi burukku ini. Aku harus berhenti menindas pihak yang lemah. Bagaimana jika dia berhenti di kemudian hari hanya karena dia takut padaku?'

Tawa Bella terdengar di udara. Akan sulit menemukan asisten berbakat seperti Maya lagi.

****

"Nyonya, Tuan Gilang Nugraha telah tiba,"suara Maya terdengar kembali sepuluh menit kemudian, datang bersama seorang pria yang bukan lagi asing baginya.

Bella mendongak dan melihat seorang pria paruh baya bermantel tebal berdiri di samping Maya. Senyum ramah merekah di wajah wanita itu. Pada akhirnya, itu hanya terlihat seperti senyuman kurang sopan, seperti senyuman seorang ratu.

"Silakan duduk, Tuan Daren,"suara Bella semakin keras.

Dia bisa dengan jelas mendengar sarkasme dalam suaranya, Daren Gilang Nugraha menelan ludah dalam-dalam. Di hadapan gadis yang berusia 25 tahun ini, bahkan dirinya yang berusia di atas 50 tahun pun terlihat kecil.

Seperti yang dikatakan Bella, Daren duduk di sofa tepat di seberang Bella. Hal pertama yang dia rasakan adalah tatapan setajam belati. Mata Bella selalu tajam. Ada pesona sinis mendalam yang tersembunyi di balik mata abu-abu indahnya. Dan tidak ada seorang pun yang bisa melihat tatapan ini tanpa memalingkan muka.

"Jadi?''Bella bertanya lagi, menunjukkan kesabaran abadi.

Daren menyesap air liur pahitnya lagi,"saya ingin berbicara dengan Anda tentang acara besok,"katanya sambil gemetar seperti radio rusak.

"Penghargaan Global Besar untuk Model dan Desainer,"lanjut Bella, tahu persis acara mana yang dimaksud Daren.

"Upacara penghargaan terbesar untuk para model. Desainer yang memberikan penghargaan setiap lima tahun sekali."

"Dan di saat yang sama, penghargaan yang paling kuimpikan. Ada apa dengan itu?"Daren berkeringat, rasa takut terlihat di wajahnya.

"Keesokan harinya, nama Anda tercantum sebagai salah satu kandidat. Ini adalah nominasi desainer terbaik dekade ini,"katanya menjelaskan apa yang diketahui Bella dengan jelas.

"Tapi sayang nyonya, penghargaan anda akan hilang,"perkataan Daren langsung mengangkat kaki Bella dan dia berdiri dari sofa.

"Apakah itu sebuah penghinaan?"desisnya marah.

Ada kepanikan yang terpatri di wajah Daren, terlihat jelas ia sedang berusaha mengumpulkan keberaniannya, namun keberanian itu kini mulai memudar.

"Maaf, nyonya, saya sama sekali tidak bermaksud menghina nama anda,"Daren berdiri dan membungkuk sehormat mungkin.

"Hari ini saya datang hanya sebagai peringatan. Besok anda akan kalah melawan Azura Lavinia,"lanjut Daren.

Bella mendesis marah.

'Seberapa jauh orang ini akan menghinaku! Kalah dari sainganku?!'

"Dan kalau itu terjadi,"Daren berbicara lagi, takut akan amarah membara yang akan meledak padanya.

"Tolong, apapun yang terjadi, jangan dendam padaku, Nyonya. Tolong, jangan marah pada Azura Lavinia, meski aku dipukuli,"katanya, Bella menunjukkan kemarahannya yang tanpa ampun.

"Daren, harap jelaskan apa yang Anda katakan dan kepada siapa kata-kata Anda ditujukan. Dan apa yang anda maksud saya tidak mampu menerima penghargaan yang Anda bicarakan? Saya harap Anda dapat memberikan bukti yang kuat dan konkrit untuk membuktikan pendapat Anda!"Daren menjadi semakin takut.

"M-maaf nyonya. Saya tidak bisa melakukan itu,"Bella tertawa angkuh pada Daren.

"Terus? Tanpa bukti atau data apa pun, Anda datang ke sini untuk mengatakan kekalahan saya dan menekankan ketidakberdayaan saya? Daren, apakah sata serendah itu di mata anda? Jangan menghina saya di rumah saya sendiri, Daren!"Daren mendongak dan menatap Bella dengan ekspresi memohon.

"Tolong, Nyonya, tolong dengarkan perkataan saya. Tolong, apapun yang terjadi, tolong jangan sentuh Azura Lavinia. Karena Saya akan mendapat ucapan terima kasih anda besok, tapi saya tidak berani mempertaruhkan nyawa saya untuk itu!"

"Keluar!"

"Tapi nyonya-"

"Itu perintah,''kata Bella tegas.

"Keluar sekarang!"

***

Hari berikutnya. Auroral Boutigue.

"Nyonya, seperti biasa, rambut Anda indah dan lembut,"Maya mengulangi kata-katanya berulang kali.

Ia juga mendengarkan. Dia mengatakan itu setiap kali dia mengeriting rambut Bella.

"Indah sekali,"Bella tersenyum lembut. Baginya, pujian adalah makanan manis.

"Aku harap kamu mengerti bahwa rambutmu tidak jauh berbeda denganku karena aku memberikan perawatan yang sama seperti yang kau berikan di salon,"ujarnya. Maya tertawa.

"Pokoknya nyonya. Saya tidak sanggup mengimbangi rambut Nyonya yang hitam dan coklat tua itu,"kata Maya tulus.

"Milik anda sempurna,"puji Maya sembari mengacungkan jari jempolnya.

Dan Bella bukanlah orang yang menghargai pujian yang diberikan padanya. Maya sedang berlatih dengan produk penataan rambut terkenal, jadi dia membiarkan Maya menata rambutnya sesuai keinginan.

Terkadang dia bukan hanya asisten Bella, tapi penata rambut terbaik yang bisa diminta Bella.. Dan begitu rambutnya ditata, senyum puas muncul di wajah Bella. Dia tidak pernah mengecewakan.

"Anda benar-benar menawan, Nyonya,"puji Maya lagi.

"Anda akan menjadi bintang terpanas di acara berikutnya, aku yakin itu,"Bella tertawa.

"Bukankah kamu selalu mengatakan itu?"Maya juga tertawa.

"Apa yang Anda katakan 100% benar,"suasana hening sejenak.

Sementara Bella mengagumi pantulan dirinya di cermin, Maya membersihkan meja rias Bella yang penuh dengan produk riasan. Sempurna, sempurna.

Kecantikan terpancar dari wajahnya dan pesonanya terpatri di setiap lekuk tubuhnya. Bella yakin dia akan menjadi pusat perhatian lagi malam ini.

Karena Nyonya Aurora memberinya kecantikan bak malaikat dan tak seorang pun bisa menolak pesona absolutnya.

"Nyonya,"Bella berbalik lagi mendengar panggilan Maya.

"Apa itu?"Maya menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya....

"Maaf jika saya menyinggung Anda, tapi saya teringat apa yang dikatakan Tuan Daren Gilang Nugraha kemarin,"Bella mengerutkan alisnya.

"Apakah kamu setuju dengannya?"Maya mendongak.

"Tidak, tidak! Tentu saja tidak! Saya yakin Anda lah pemenang penghargaan itu, nyatanya semua orang juga meyakini hal yang sama. Desainer terbaik lima tahun terakhir itu adalah anda, Nyonya,"ucapnya, gemetar sesaat karena malu.

"Hanya saja...."

"Apa yang dia katakan tentang kemarin sedikit menggangguku. Mungkin...."

Maya terdiam,"dia mengetahui sesuatu yang kita tidak tahu."

"Apakah kamu menyetujuinya?"

"Saya tidak tahu, Nyonya. Saya juga tidak tahu,''bisik Maya pelan.

"Hanya....Takut terjadi sesuatu pada Anda."

Senyum mengembang di wajah Bella. Senyuman lembut, senyuman menawan. Dia meraih tangan Maya dan mengejutkan wanita kecil itu, membawanya ke pelukan Bella. Wanita kecil itu seperti seekor anjing kecil dalam pelukan Bella. Bagian atas kepalanya hanya setinggi mulut wanita itu. Dibandingkan Bella, Maya seperti kurcaci. Kurcaci yang menggemaskan.

"Kepedulianmu padaku selalu dibesar-besarkan."

"Maya, aku mulai menganggapmu sebagai saudaraku,''kata Bella sambil tertawa ringan.

"Jangan khawatir, tidak akan terjadi apa-apa. Apa yang dia katakan hanyalah omong kosong belaka, dan jangan khawatir dengan apa yang dia katakan,"Maya terdiam beberapa saat.

"Tapi, nyo-"

"Ssst,"bisik Bella pelan.

"Apakah menurutmu ada orang yang mencoba mencoreng namaku?"Maya terdiam lagi, tenggelam dalam pikirannya.

"TIDAK. Tak seorang pun yang pernah kami temui berani mencoba melakukan itu,"Maya perlahan menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu, hal yang sama akan terjadi hari ini. Percayalah padaku, oke?"tanya Bella pelan.

Lalu Maya perlahan melepaskan pelukan hangat majikannya. Bella tersenyum puas.

"Sekarang seriuslah dan berhenti merengek padaku seperti kelinci yang lemah."

"Respon terhadap semua permintaanmu akan tertunda, Maya,"kata Bella sambil tertawa. Maya segera bangkit dan membungkuk patuh.

"Ya, Nyonya."

"Model dan Desainer Aula Pesta Penghargaan Grand Global, kamera tidak dihidupkan."

"Saya belum pernah menatap begitu bersemangat pada pengunjung lain, kecuali ketika Bella Aurora keluar dari limusin."

Sekelompok pengawalnya segera mengamankan jalan dan mencegah paparazzi mengakses majikannya. Sopirnya keluar dan membukakan pintu untuk dia dan asisten cantiknya. Bella dan Maya melangkah keluar dari mobil dan berjalan menuju karpet merah, langsung dikelilingi perhatian orang banyak.

Semua kamera tertuju pada wajah Bella dan semua mata tertuju padanya. Seluruh tamu undangan jelas merasakan suasana berubah secara signifikan. Ratu menjaga para tamu dan membawa tentara ajaib bersamanya. Dan saat langkah anggun Bella muncul di luar venue, ketegangan di udara meningkat drastis.

"Nyonya,"Maya memanggilnya pelan sambil berbisik.

"Maaf, tapi saya akan segera bergabung dengan Anda sebagai asisten,"katanya sambil membungkuk hormat.

"Kamu yakin tidak mau duduk bersamaku, Maya?''

"Kalau aku mau, tentu tuan rumah mengizinkanku,''jawab Bella berbisik. Sayangnya, Maya menggelengkan kepalanya.

"Terima kasih atas tawarannya, Nyonya, tetapi saya harus menolaknya,"kata Maya sopan. Bella mendesah kecewa.

"Baiklah, kamu boleh pergi."

"Terima kasih, Nyonya."

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku