icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Hasrat Terpendam Suamiku

Bab 3 Necklace

Jumlah Kata:922    |    Dirilis Pada: 02/08/2023

tkan dahi. “Kau

jangan menggangguku!” tukas Albert sebelum tangannya bergerak me

anmu sarapan,

wa hari ini aku sepertinya t

rt hendak menutup pintu kamarnya l

terangkat hendak mengambil alih nampan itu dari tangan Sophia,

rik

bert yang gemetaran, dia tidak akan mampu meng

pas pasrah dan membuka pintuny

erkesiap oleh aroma lelaki itu yang tercium sangat jelas di udara sekita

duk di pinggiran ranjang, menutup

pak tangannya pada kening Albert. Albert tidak menol

am,” kat

terangkat menangkup tangan Sophia di wajahnya. “

ngannya. “Sebaiknya kau berbaring,” kata Sophia, mendorong dengan

jahnya yang berkeringat dengan tangan, Albert tampak tidak terganggu dan tetap menutup matany

n nampan sarapan yang tadi

pa? Sebab Sophia selalu gagal menanak nasi dan selalu menjadika

ya agar pria itu makan, lalu setelah itu minum obat. Namun alih-alih bangun, Albert malah mengernyit dan mengg

p kekacauan itu lalu mendelik tajam pada Albert yang

engan penuh kesabaran. Kecerobohannya membuat jari tangan Sophia luka oleh pecahan mang

il baskom berisi air dan handuk

tu semakin keras, lalu meletakkannya pada dahi Albert. Melihat wajah tersiksa lelaki itu membuat Sophia semakin tidak

wajah lelaki itu. Dalam keadaan damai seperti i

udian terlempar pa

tu, sehingga nyaris menceburkan diri ke dinginnya air laut pada malam hari

amun, karena saat itu Sophia juga ada di posisi di mana dia tidak pernah diajak me

rempuan dan seorang saudara laki-laki. Akan tetapi, sekalipun Sophia

ia tahu

Sophia. Albert mengajaknya mengobrol, bertanya banyak hal pada S

ak kecil yang ia selipkan di saku jasnya. Ketika Sophi

g berbandul bunga dande

rhiasan dan langsung terta

an perempuan,” sahut Sophia dengan mata yang sudah berkaca-

hendak memberikannya kepada seseorang yang kupikir spesial, tapi dia

t. “Lalu kenapa aku?

n tersenyum. “Karena kau henda

us kerempeng yang jelek, pucat, dan dipenuhi keputusasaan—siap melompat kapan saja da

ai saat ini, dia tidak pernah melepas kalung itu dari lehernya, membiarkannya selalu tersembun

ntuk kekuatan Sophia. Dandel

dengan tatapan sendu, lalu

s tidak mengenalnya lagi. Bahkan Albert tidak mengingat pertemuan mere

lipun sakit, Sophia memilih untu

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka