Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Suamiku Ternyata Adalah Bosku

Suamiku Ternyata Adalah Bosku

Missie Vansaun

4.9
Komentar
1.1M
Penayangan
576
Bab

Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?

Bab 1 Suami yang Asing

Di Bandara Kota Sema, Sabrina Andarias berdiri menunggu di area tunggu dengan koper besar di kakinya.

Dia melirik jam tangannya lagi. Sudah tiga puluh menit berlalu sejak dia turun dari pesawat. Namun, suami yang menikahinya setahun yang lalu tidak terlihat di mana pun.

Dia mengipasi dirinya dengan jari-jarinya sambil mengernyit. Sabrina sudah memiliki kesan buruk terhadap seseorang yang belum pernah dia temui.

Seharusnya ini menjadi pertemuan pertama mereka. Bagaimana pria itu bisa datang terlambat?

Saat Sabrina menyaksikan orang-orang datang dan pergi, dia pun mengingat pernikahannya yang dilaksanakan secara terburu-buru.

Itu terjadi setahun yang lalu setelah kakeknya menderita penyakit parah.

Sabrina yang saat itu sedang berada di luar negeri bergegas pulang menemuinya. Saat itulah kakeknya menyatakan bahwa dia berharap melihatnya segera menikah.

Sabrina ingin menolak permintaannya. Namun, ketika dia teringat bagaimana kakeknya telah mengadopsinya dari panti asuhan dan membesarkannya hingga menjadi dewasa, dia tidak sampai hati untuk mengecewakannya.

Karena itulah, dia menikah dengan pria yang dipilihkan kakeknya untuknya, seorang pria yang belum pernah dia temui.

Calon suaminya tidak hadir pada hari pernikahan mereka. Ada orang lain yang turun tangan untuk mendaftarkan pernikahan mereka.

Sabrina sama sekali tidak mengenal suaminya sendiri. Yang dia ketahui hanyalah namanya dan pria itu adalah seorang pengusaha.

Sampai hari ini, Sabrina tidak yakin apakah pilihan yang tepat baginya untuk berkompromi. Orang yang menjadi suaminya tidak benar-benar memberinya sesuatu yang bisa Sabrina sukai.

Dia melirik jam tangannya untuk yang keseratus kalinya. Sepuluh menit lainnya telah berlalu.

Sabrina menghela napas dengan putus asa. Saat dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubunginya kakeknya, suara melengking menembus udara dan hampir memecahkan gendang telinganya.

Mobil Aston Martin berwarna perak berhenti di depannya. Jendela di bagian kursi pengemudi diturunkan.

Sabrina mundur selangkah. Begitu dia melihat wajah yang dikenalnya, dia berseru, "Kenapa kamu ada di sini?"

Di belakang kemudi adalah orang yang paling tidak diharapkannya untuk ditemuinya sekarang, sepupunya, Ogi Patris.

"Aduh! Perkataanmu menyakiti hatiku!" Ogi memegangi dadanya seolah dia benar-benar terluka. Setelah keluar dari mobil, ekspresinya berubah cemberut. "Kembalinya kamu ke sini sangatlah penting. Kita berdua sudah lama tidak bertemu. Sebagai sepupumu, aku tidak bisa menahan diri untuk datang menjemputmu sendiri, tapi kamu sangat jahat padaku. Ini sungguh tidak adil!"

Sabrina sudah terbiasa dengan aktingnya yang buruk.

Dia memutar bola matanya ke atas dan mengatupkan gigi, menolak untuk berbicara.

"Masuklah, Sabrina. Kamu pasti lelah dan lapar. Ayo, aku akan mentraktirmu makan siang." Setelah meraih kopernya dengan satu tangan, Ogi meletakkan tangan lainnya di bahunya dan mendorongnya ke mobil.

"Tunggu! Aku tidak bisa ikut denganmu." Sabrina menghentikannya.

"Kenapa?" Ogi berhenti. Dia mendengus ketika beberapa saat kemudian dia memahami jawabannya. "Apa itu karena suamimu? Kamu masih ingin menunggu kedatangannya?"

Sabrina tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi ekspresi wajahnya menjelaskan semuanya.

Ogi mendengus. "Jangan menunggunya lagi. Perlukah aku mengingatkanmu bahwa dia tidak pernah menghubungimu sejak kalian berdua menikah? Bukankah itu sudah cukup memberitahumu yang perlu kamu ketahui?"

Sabrina tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawabnya.

"Jika dia ingin datang menjemputmu, dia pasti sudah datang sebelum aku. Bagaimana kamu bisa memercayai pria yang telah mengabaikan keberadaanmu selama satu tahun?" tambah Ogi dengan nada yang lebih sinis.

Setelah memikirkan itu dalam-dalam, Sabrina membalas dengan nada membela diri, "Tapi Kakek bilang Marko akan datang menjemputku."

Dia pikir Marko akan menepati janjinya karena pria itu telah berjanji pada kakeknya.

Ogi memegangi pangkal hidungnya dan menghela napas tidak berdaya. "Bahkan jika kamu masih ingin menunggunya, kamu tidak perlu berdiri di bawah sinar matahari. Masuklah ke mobil. Di luar panas."

Saat mereka berdua sedang berdebat, sesosok tubuh tinggi muncul di tengah kerumunan dan berjalan menuju ke arah mereka.

Mario Korius sedang berbicara di telepon. "Aku sudah sampai di bandara. Minumlah obat Nenek sekarang."

Suara lembut wanita terdengar dari ujung telepon, "Ingat, Rina mengenakan gaun merah hari ini. Rambutnya panjang dan ikal. Juga, kopernya berwarna hitam ...."

"Aku sudah melihatnya, Nek. Sekarang, bisakah Nenek berhenti khawatir?" Mata Mario mengarah pada dua orang yang berjarak beberapa meter darinya. Dia mengernyit.

Ada seorang wanita yang cocok dengan deskripsi yang diberikan neneknya, warna kopernya pun sesuai.

Akan tetapi, wanita itu baru saja masuk ke mobil seorang pria sementara pria itu membukakan pintu untuknya.

Nada suara Mario tiba-tiba berubah dingin. "Aku harus pergi dulu, Nek. Nanti aku akan menghubungi Nenek lagi."

Wajah Mario berubah suram. Pada saat yang sama, kilatan dingin muncul di matanya yang dalam.

Dia meletakkan ponselnya, berbalik, dan pergi.

Kembali ke dalam mobilnya, cengkeraman Mario pada kemudi semakin erat saat dia memperhatikan dua orang di dalam mobil sport tersebut.

Pria asing yang tidak dia kenali menyerahkan sebotol air pada wanita itu. Saat dia meminumnya, pria itu merapikan rambutnya dengan penuh kasih sayang. Meskipun Mario tidak bisa melihat wajahnya, itu tidak lagi penting baginya.

Amarahnya memuncak dalam dirinya.

Tiba-tiba, dia menertawakan dirinya sendiri.

Kenapa dia menganggap ini mengejutkan? Seharusnya dia sudah mengetahui hal ini sejak lama.

Wanita yang disebut sebagai istrinya telah meninggalkan kota selama setahun penuh setelah pernikahan mereka. Mereka belum pernah bertemu atau mengenal satu sama lain melalui panggilan telepon. Dapat dimengerti jika istrinya mencari pacar lagi.

Mario membentuk garis muram di bibirnya. Dia mengeluarkan ponselnya dan mengetik sebuah pesan.

Begitu dia menekan tombol kirim, dia menyalakan mobilnya dan mengebut di jalan.

————

Sore harinya, Sabrina mengenakan setelan bisnis berwarna terang yang sederhana dan elegan, lalu pergi ke Grup Seja.

Grup Seja merupakan salah satu perusahaan terkemuka di Sema. Para karyawan di sana adalah bakat elit di kota.

Sabrina masuk ke gedung megah yang menjadi kantor utama perusahaan itu. Dengan resumenya yang luar biasa, dia mendapatkan pekerjaan sebagai staf humas pribadi untuk CEO perusahaan itu, Mario.

Pengawas Departemen Humas, Legina Juniarta, mengantarkan Sabrina menemui Mario.

Tanpa sepengetahuan Sabrina, pria yang akan menjadi bosnya adalah suaminya sendiri, Marko.

Mario tidak percaya pada orang lain. Dia menggunakan nama aslinya saat menandatangani buku nikahnya. Hanya orang-orang terdekatnya yang mengetahui nama aslinya, yaitu Marko Korius.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku