icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Sesuatu yang Hilang

Bab 5 5. Hati yang Sensitif

Jumlah Kata:1347    |    Dirilis Pada: 07/12/2022

h seorang di antara kawanan dokter da

tu datar sehingga mereka spontan menundukkan kepala dan saling menyenggol satu

melihat bawahan bibinya itu seperti tahanan yang tertangkap basah tengah mencuri. Setidaknya

sebut segera berlalu dari sana dengan berjalan cepat dan kepala d

a juga yang tidak akan takut jika dihadapkan dengan panger

i dekat sang tuan muda bagi kese

n menolak tanpa pikir panjang, parahnya lagi tawaran itu hanya ak

rsebut, lantas melanjutkan perjalanannya memasuki elevat

dalamnya, ia juga tidak ada keinginan untuk melakukan aktifitas lain selain memandangi monitor ke

unyian adalah teman yang pali

ia melanjutkan perjalanannya menu

g familiar di ingatannya. Pemuda itu terdiam untuk bebera

ok to

sung masuk ke dalam ruangan Delia seakan-akan ruan

apa seorang resepsionis wanita di belakangnya

tambah aroma chamomile yang menyerbak membuatnya merasa rileks dan nyaman. Pantas saja bibinya menjadi psikiater terk

angan sampai memutar tubuhnya 360°. Namun, tidak ada t

innya dengan dahi berkerut dan tanp

an berjalan dan duduk disalah satu sofa single yang terletak di hadapan meja kerja Delia. Ia tidak per

ejenak, sekilas bayangan perempuan yang sempat dilihatnya ta

ng lalu cukup menyita pikirannya. Rasa lapar yang sempat ia rasakan tadi hilang akibat

jarum jam yang seirama dengan detak jantungnya. Berdent

le

ranya memandang seorang wanita muda cantik yang baru saja ma

Delia membalas senyum tipis kepona

ati kegiatan yang dilakukan Delia. Mulai dari melepas coat yang dipakainy

erung dingin dan cuek. Tapi, sekalinya ia bersikap hangat dan peduli

ia kearahnya yang sudah duduk di sofa panjang samping

mu. Tapi, ternyata kau sudah masuk terlebih dahulu," ja

aku langsung masuk. Maaf jika aku sudah bersika

annya dengan sayang. Itu tidak masalah sama sekali, apa y

a ikut pergi tanpa mengatakan apapun dan tidak kembali lagi setel

h tangga yang dipekerjakan Delia di rumah yang m

jawabnya

ngi keponakannya ini. Pantai adalah tempat yang paling serin

menjadi sarana terapi untuk refleksi diri. Hanya saja Delia terlalu cemas terjadi

napa keponakannya rela jauh-jauh mengunjunginya ke

la

yadari Delia yang terus menatapny

u tau aku salah. Jangan marah, jangan pergi, jangan tinggalkan aku," imb

ngkuannya. Ia tidak punya siapa-siapa lagi selain wanita ini. Ia takut D

kedua orang t

if, terutama hal-hal yang berk

s meja kaca di depannya kemudian menggenggam tangan pemuda

aku tidak bisa menolong karena tidak tau kau ada dimana saat itu," sangkal

pat ia rasakan jika tangan keponakannya

remor, traum

onakannya ini. Dan itu sangat bertolak belak

yang keluar dari mulutnya. Pikirannya bercabang, memikirkan

lingkupi sebuah dekapan yang terasa hangat

di hadapan Delia ia akan men

pabila ada yang melihatnya menangis seperti anak kecil. Yang ia pedulika

kan rengkuhannya untuk menyalurkan ketenangan dan menambah kehan

ya. Namun, ia tahu karena ia yang mencari ta

apa yang harus seseorang lakukan saat mengalami t

a itu lakukan adalah mengutarakan

alah dengan bercerita. Setidaknya rasa lega segera mengha

asukan, cukup mendengarkan dan memberinya dukungan dengan

li kepada-Nya? Apa Tuhan juga membenciku sampai Dia tidak mau menerimaku kembali? Apa Tuhan menyesal

*

sam

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka