Skandal Ivana
at masa-masa harmonis bersama keluargaku, sekarang malah ayah masuk ke kamarku. Aku sama sekali tidak mengharapkan kehadira
ara aku terdiam tanpa sepatah katapun yang ku ucapkan padanya. Perlahan dia memegang bahuku dan meremasnya. Aku sed
rtinya kamu menjauh dari ayah." Tanya ayahku seolah
Seruku langsung berbar
ahku berkata, tapi aku tetap tidak mau melihatnya. Sebisa mungkin aku memejamkan mata dan tidur. Tapi ayahku tetap saja terus berb
yang sudah lama sekali tidak ku rasakan dari ayahku. Dia memperlakukan aku seperti an
tanpa siapa pun. Pasti ayahku hanya mencari simpatiku agar aku bisa memaafkannya. Tapi tentu sa
teskan air matanya. Aku langsung menjadi gundah dan gelisah saat ayahku menangis. Aku tahu meskipun aku tidak melihatnya. Dia juga mun
imbul dalam benakku. Apakah aku ini kejam? Tidak sama sekali. Aku
ang kasa dan membuat mu takut, itu adalah rasa sayang yang ditunjukkannya kepadamu. Buka berarti dia membenci
ada keberanian untuk mengusirnya. Ya, tentu saja aku tidak berani. Di satu sisi aku merasa
yan
g sudah lama tidak ku dapatkan. Mungkin bisa dibilang mereka adalah orang tua yang durhaka kepada anaknya. Aku tahu, istilah itu lebih tepat untukku sebagai ana
atap ayah, bukannya membelakangi ayah seperti ini. Mana Rain yang dulu selalu tersenyum manis dan berteriak ayah, ayah, ayah dan minta di go
ahku saat aku selalu meminta dia menggosokkan punggungku ketika mandi dan merapikan pakaianku ketika hendak ke sekolah. Aku perlahan membalikkan badan
egang tangannya seraya menar
rkejut melihat wajah ayahku begitu seram. Matanya merah sep
mendorong ayahku hingga dia te
aku menoleh untuk melihat pintu kamar tidur dan melihat aula di luar kamar ku gelap melalui celah di bagian bawah pintu. Aku pun memejamkan mata, aku
, aku membuka pintu dan mengintip ke segala arah sebelum berjingkat-jingkat secepatnya secara diam-diam di lorong, melalu
a yang terbuka satu inci, aku merasakan kehangatan basah membasahi bagian depan bawah piyama ku. Ketika aku melihat melalui celah, ibu ku berdiri di dekat ayah dengan pisau di tangannya. Lengannya dan bagian depan gaun tidurnya berlumuran darah. Aku lang
dak mendengar apa-apa di belakang saat aku bergegas ke bagian belakang lemari dan bersembunyi, merangkak tempat aku biasa bermain ketika
keadaan daruratmu?" Ser
, suaraku tercekat dan aku berbisik