Pernikahan Kedua CEO
ini. Bagi Zia, ini semua tidak adil, jika ia, dan Azka harus menikah
karena keterpaksaan, dan tekanan dari ayahnya. Zia tidak ingin
inta dalam pernikahan mereka, sedangkan sedari dulu Zia selalu memimpikan hid
belum ayahku keluar dari kamar, terus mencari kita," ka
e kota asal saya, sementara kamu? Ini rumah orang tua kamu bukan? Setelah kita kabur nanti, kamu a
a. Namun, Azka juga memikirkan nasib Zia ke depannya. Melihat bagaimana perlakuan wanita paruh baya yan
, Tuan," ucap Zia, dan Azka dapat m
n?" Azka m
uar sana, mengingat selama ini Zia hidup tanpa kekurangan suatu apa. Apala
murku sudah dua puluh lima tahun, sudah
itu. Pada akhirnya, Azka pun menghela napas, lantas berkata, "B
ya. "Tunggu sebentar, Tuan. Aku akan ke kamar dulu untuk mengambil tas.
an Zia yang langsung ber
*
ap Sri seraya menyodorkan ransel, saat Zia menghampirinya. "Tapi,
Bi, aku bawa uang kok. Masalah baju, bisa beli nanti. Kalau sekara
i Bibi, kalau Non Zia sudah dapat tempat ting
eluk wanita paruh baya yang sudah lama bekerja
dengan ransel di punggungnya. Ransel itu berisi berkas-berkas, dan surat-
erjalan ke arahnya. Ia yang ta
lakang," ucap Zia setengah berbisik,
ari rumah ini?" Seketika rasa ragu
uk rumah ini, jadi kita bisa kab
nkan itu, akhirnya Azka mengikuti lang
g yang melihatnya bersama Azka. Beruntung, asisten rumah tangga yang seda
ni, Mah." Terdengar suara Gea yang s
bawanya untuk bersembunyi di balik lemari pen
ik Zia pada Azka yang kini berd
tungnya yang begitu kencang, takut jika pada akhirnya akan ketahuan. S
uk merayakan kemenangan kita," ka
r mendekat ke arah dapur. Hal itu tentu saj
i dapur, Zia pun memberi isyarat pada Azka untu
khirnya gagal kabur karena t