Reruntuhan Hati
i yang tengah berbondong-bondong kembali dari masjid selepas setoran bakda subuh. Kerumunan itu otomatis
g navy yang semula sibuk mengambil daun pisang lantas tergopoh mendek
ih, Bu
panggilka
ng lebar-lebar menyibak kerumunan, berjalan cepat di koridor kelas menuju sebuah bangunan tua di ujung
a tengah sibuk mengolak-alik kitab itu lantas menoleh. Wajahnya yang putih bersih mendongak, alisnya yang lebat kemud
ditimbali Bu
i dalem
gih,
n sarungnya, lelaki yang masyhur seantero pesantren itu lantas berlalu. Melintasi halaman yang telah sepi sembari menerka-nerka keperluan mendesak apa kiranya yang membuat Nyai Halimah hingg
nya yang senja. Adnan sempat melarangnya keras untuk terlalu lelah meng-handle seluruh urusan
lihkannya kepada ustaz-ustazah lain. Dirinya juga mengangkat beberapa santri senior untuk menjadi guru bantu ji
tu berpapasan dengan perempuan yang ta
istirahat, tadi katanya
isi kitab-kitab. Semula, kamar Nyai Halimah berada di atas. Menghindari kebisingan di dapur, atau santri-santri yang berlalu lalang sewaktu-waktu. Namun
g sudah sedikit terbuka. Wanita yang semula berbaring di ranjang dengan membelakangi pintu
ana kead
Nak. Sudah
dengan laporan bulanan
i tidak main-main. Setelah abahmu meninggal dan kakakmu menikah,
Gus Adnan lantas mendongak, menatap lekat Nyai
i apa
menyandarkan punggungnya pada bahu ranjang. Pandangan matanya kosong menatap foto lama yang terpajan
erapa hari terakhir kesehatan Umi menurun. Kamu sendi
Um. Aku bisa mengurusnya," jawab Gus Adnan meyakinkan. Dirinya tidak tega melihat Nyai Halimah terus memikirkan banyak hal, terutama santri put
dak akan mampu mengurus ribuan santri sendirian," sambung
n kang-kang pengurus, Ada ustaz dan ustazah ju
reka yang
t. Menerka-nerka maksud perkataan
ahi N
g .
sama sekali di luar perkiraan. Lelaki itu menghela napas panjang
uminya maksud. Dari sekian banyak nama Nufus di pesantrennya, pikiran Adnan tertuju
itu memang cerdas. Boleh dibilang keilmuannya bahkan melebihi ustaz-ustazah muda yang Adnan tunjuk meneruskan
itu berat. Bagaimana tidak? Seperti lelaki pada umumnya, hatinya pun memiliki tempat berlabuhnya sendiri. Hati
nan
iya,
giam
bayang-bayang kehilangan yang tiba-tiba terasa sakit dan menyesakkan. Namun, apakah benar semua ini harus ben
Menjawab iya berarti dia menyerah, berarti dirinya siap menerima bahwa cinta yang ia semai, yang ia pupuk, har
u terlanjur mencint
aki itu menunduk semakin dalam. Menyembunyikan muka, tak ber
iap