Dalam Tasbih Cintamu
u lama?" tan
mengg
hat sunrise," ajak Sagara lalu menun
in mana?"
h ke mobil dan menaiki baknya dengan mudah. Sementara
! Di luar dingin. Tapi di depan ada
rusaha kembali untuk bisa duduk di bak. Tapi asli ini susahnya melebihi
" akhirnya ia me
alam hati, namun wajahku t
k. Sialnya atau mungkin lebih tepatnya beruntungnya kakiku menyangkut di pembatas bak sehingga aku pun tersandung dan
rku lantas menjauh d
g-geleng, mengusir reka adegan y
hfar sebisa mungkin. Tak akan kubiarkan bayan
aga jarak dengan Sagara. Sementara Saga
dengan nada sedikit lirih. Gila! Aku masih malu setengah mati. Tapi da
rnya dengan nada yang lirih juga. Andai kami tidak duduk mepe
ap karena bekerja keras menerjemahkan apa maksudnya. Ketulusan? Bag
nebak-nebak terlalu lama. Lagi pula aku b
n kunjungan ke panti-panti di akhir b
laluku dengan Mas Mustafidz. Tapi aku buru-buru menggeleng. Mana sudi masa lalu i
, kok. Ehm ... ngomong-ngomong kegia
kamu ju
rahasia
nti tak seindah itu!" ujar Sagar
range yang benar-benar menggemaskan. Kurasa tak berlebihan jika dalam serial Teletubbies, mentari diibaratkan seorang bayi yang tersenyum. Tapi meskipun begitu aku
erlintas di mataku, membuatku pun ikut terkesima. Aku merasa energi positif begitu memenuhi diri. Saat itu, saat semuanya begitu indah, aku menengok ke Sagara yang tengah
Dan aku pun bisa menduga ada sesuatu yang disembunyikan lelaki itu. Terdapat kesedihan yang begitu dalam sedalam palung m
*
an pikiran saja. Namun kini aku bisa merasakan bagaimana simfoni alam berpadu menjadi satu. Semilirnya angin pagi berperang dengan keha
yang artinya tahun depan aku sudah berkepala tiga. Belum pernah di kampungku, wanita menikah di atas umur dua puluh lima. Dulu aku bisa menyangg
anya Sagara
endekatinya. Kulepas sepatu lalu perlahan melangkah, membasahi t
Dia menutup mata. Sayup-sayup deru napasnya terdengar. Ia sepertinya menghirup
gai segara. Dia begitu luas. Selalu menenangkan, namun sejatinya dalam dirinya ada banyak gejolak.
s Sa
erah berbalutkan sweater putih. Dia manis, harus kuakui itu. Dandanannya juga tak menor, malah terke
nnya lalu jatuh kepadaku. "Eh, ini kamu pasti Balqis! S
ikit gimana gitu rasanya bertemu dengan orang
menyambut hangat Sagara. Mereka tengah berkumpul mengitari api unggun. Eh tunggu-tun
menjelaskan banyak hal yang akan dilakukan. Tapi pada intinya perkerj
rpencar. Aku mendapatkan jatah untuk membersihkan ke arah hutan cemara bersama
pa lama kalian ja
dnya?"
s Sagara, seja
. "Bukannya kamu yang jadi pacarnya Mas Sagar
Bagaimana mungkin kami saling j
sud k
g berbandul salip. "Walaupun kami saling respect, kami ta
ung. Aku yakin walau Manda juga dilengkapi dengan baju lusuh dan juga wajahnya diolesi tana
n dia dengan perempuan itu. Bahkan ya calon tunangannya aja nggak pernah
m pikiranku. Aku syok mendengar Sagara sudah mempunyai calon tunangan. Yang benar saja,
tunangan tapi nggak s
ab enteng Manda. Tangannya
asi
lau kedua orang tua Sa
bergidik m
gara bertunangan dengan perempuan yang dijodohkan." Manda dia
ri yang mengalami kejadian itu sendiri,
n kamu tahu dia tidak pernah terlihat tertawa lepas saat mengikuti kegiatan sosial itu. Kupikir dia hanya mengikuti kegiat
dia saat bersamaku hanya sekali ini, tidak banyak bicara lag
n bersama-sama menengok ke belakang. Ada Sagara di sana. Dia memakai caping. Lucu juga
ru setengah jal
dah selesai, sih.
i kuat kok!" timp
lan mendekati aku dan Manda. Namun alih-alih membantu yang menjaw
u bantu,"
eranjang sampah dari bahuku. Wajahnya tidak memerah ataupun tampak sega
Manda pun menyikut lenganku. "Tuh,
memang suka dengan aku, kenapa ekspresi wajahnya seperti