Dalam Tasbih Cintamu
ami sedang istirahat makan siang, tapi karena ini bulan puasa,
lo main tinder?" katanya kaget sembari meremas kepalanya tidak
Vika, "Ini gue lagi ikhtiar tahu! Lagian lo bu
gin pengajian. Katanya mau dapat yang alim. Kalau di aplikasi
a siraman ruhani dan anyes matanya karena siraman ketampanan jemaah lelakinya. Tapi jika aku datang lagi ke pengajian – t
ke kantor dan dengan bangga aku mendeklarasikan diri bahw
Berhubung waktu itu adalah bulan Ramadan, aku sengaja ke sana lebih awal. Aku pun ju
halaman masjid ini terbuka dan dikelilingi oleh lorong berbentuk persergi yang membentang, melingkari halaman da
. Dia yang mengucap hamdalah sontak membuatku menjawab dengan 'Yar hamukalla
g begitu bening dengan jelas dapat kulihat. Jambangnya yang dicukur tipis membuat aura lelakinya terasa amat menggetarkan. Ia tak bicara,
ambarkan kembali bagaimana santunnya sikapnya tadi. Sedikit sekali orang yang menjawab doa bersin itu.
-bayang lelaki itu yang sialnya
a seorang wanita
tuk menikmati keindahan masjid ini – yang sebenarny
ak. Giliran nongkrong atau lihat konser aja, ng
eneur wanita. Usahanya baru satu yakni kafe. Kami dulu satu kampus tapi beda jurusan. Dia mengambil art dalam arti yang sesungguhnya bukan maksudnya ART dalam artian asisten rumah
nya kamu jam s
. "Mana ada orang puasa siang-siang ke kaf
kan persiapan buat bu
amu ini. Udah
um sempat lima langkah mulutku terasa gatal. Ingin sek
owok yang barusan lew
seorang yang tengah melangkah beberap
kul sama tangan apa lutut?" tanyaku
Pikiranmu juga dilatih. Orang di sini cowok banyak banget, gimana aku ngerti cowok yang per
ang menghantam kepala, tapi sialnya dia benar. Ini
a deh, a
ang. Sepertinya masing-masing orang di sini bergerombol dengan temannya. Lihat saja mereka, sama sekali tak ada istirahatnya, terus saja
berapa juz?
erlalu lancar. Lagian ini juga baru hari
. Aku
melewati barisan putri, pandangannya menunduk ke bawah dan ketika dia melewati barisan putra, dia menyalami mereka sembari menebarkan senyuma
oi!" Widya menggunc
yar. Aku pun memandang Wi
ak bicara ma
ganteng." Aku menunjuk pemuda tadi yang ki
oh, Balqis. I
, baru pandangan kedua dan seterusnya itu dos
gantengnya nggak ketulungan.
n?" tebakku sembar
mending ke sini. Aku aja nggak tahu kalau yang ngisi itu Mas Mustafidz." Meski berkata demikian, wajah Widya be
kamu kenal
itu