icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Istriku Bukan Selingkuhanku

Bab 4 Lorong Rumah Sakit

Jumlah Kata:2382    |    Dirilis Pada: 13/11/2022

am

hkan bagian bulu-bulu halus pada wajahku, dengan foam wajah. Lalu aku members

pir selesai aku meminta Ajeng untuk mengambilkan handuk, yang memang de

ambilkan aku handuk,

Ajeng menjawab panggil

kan handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Lalu de

t handuknya juga basah," ujarnya dengan

ku di kamar mandi, membuat Ajeng membalas ciumanku dengan melumat habis lidahku. Han

ng, aku melahap kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar bergantian. Seda

g ketika mulai merasakan

ar bagian klitorisnya dengan jemariku dengan pelahan. terlihat Ajeng,

k itu mas, terusin sampa

pa menit, terlihat hasrat Ajeng yang kian memuncak, dan itu terlihat, ke

jeng berkata padaku seperti rengekan anak kecil

g masig berdiri dengan kedua kaki terbuka lebar. Lalu aku langs

russss," desahnya dengam suara ber

sensitif Ajeng keluar membasahi bibirku. Setelah itu, aku masukkan batang

n batang kelelakianku, hingga Ajeng kembali kelojotan seperti cacing kepanasan. Hanya desaha

.," rintihnya sambil memegang b

hembas batang kelelakianku dengan menahan bokong Ajeng. Hingga aku pun merasakan

cinta dalam cinta. Setelah itu, kami membersihkan diri, lalu aku mengendon

untuk berbincang-bincang tentang beberapa rencana kedepan ka

sudah menjadi orangtua. Dan itu sudah kami bahas bersama. Memang sesekali

ng. Sambil beberapa kali aku mengusap perutnya wal

n...ssstttt...ibumu luar biasa dalam permaianannya,

k bunda, kasian bunda di Rumah Sakit, u

nunjukan pukul dua siang. Dengan bermalas-malasan, aku iyakan saja permintaannya. Dalam ha

ayanginya, sama seperti

, rambutku dan mengambil kunci mobi

u ruang tamu. Tidak lupa aku memel

ni langsung istirahat kasian si dedek bayi tadi ke

dijalan," Jawab Ajen

u menyalakannya dan mulai berjalan menuju pintu gerbang. Setelah aku menutup pintu

aku pikirkan. Dari masalah bunda, masalah Dina, dan masalah Ajeng. Dalam hati

yang ada di lingkungan Rumah Sakit untuk membeli air mineral dan b

ruang rawat inap bunda. Sesampai didepan ruang rawatnya, aku berhenti sebentar untuk mengatu

sofa panjang pada ruang tamu kamar rawat inap bunda. Aku lihat

pun melihat, bunda masih tertidur dengan nyenyak. Kemudian aku menuju lemari yang berada

menyelimuti tubuhnya yang terlihat nyenyak dalam lelah. Terlihat jelas wajah cantik

g besar keluar dari branya, karena posisi tidurnya yang miring ke kanan. Sebagai lelaki

aku tidak pernah memperhatikan bentuk tubuhnya, terlebih buah dadanya

ernah sekalipun aku menyentuhnya. Karena selain tidak mencintainya aku juga terikat janji

ulu-bulu halus dikakinya, tiba-tiba Dina terbangun dari lelapnya. Akupun ter

untuk menyelimuti kamu," deng

engan santai duduk dan merapikan rambut dan pakaiannya yang sedikit terb

enjelasan mu tadi?" tanya Dina sambil melihat kearahku yang

sa dia cukup maklum mendengar apa yang kusampaikan”. Jawabku

adanya," Apa kamu s

salah padanya. Mengingat dia sudah seharian ini, menjaga bunda. A

an siang,"Ayo kita makan Din, ju

nda. Walaupun tadi di rumah, aku dan Ajeng sudah makan siang, tapi karena Dina belum makan

ar Rumah Sakit, beberapa jam, untuk mencari makan siang serta aku juga minta tolong pada perawat

perawat menuju lorong-lorong bangsal Rumah Sakit untuk menuju tempat par

untuk mencari Rumah Makan yang terdekat dari Rumah Sakit. Di da

sate kambing Ma

erjalan selama lima belas menit menyusuri jalan dekat area Ruma

an disini. Karena dia sangat suka dengan sate kambing. Dan sewaktu a

t makan sate kambing muda berarti ada sate kambing tua.

n, kami memesan dua porsi sate dan dua porsi gulai. Kami pun duduk ber

lan. Setelah lima belas belas menit kemudian, pesanan kami pun telah disajikan

n tapi kami seperti orang asing satu sama lain. Semua ini karena, kami sangat menjaga urusan pri

udah sangat dipahami dan dimengerti oleh Dina. Memang terkadang aku terlihat egois deng

us pada Ajeng yang selama sepuluh tahun ini mengisi kehidupanku. Tanpa rasa lelah setiap bulan, aku selalu menjemputnya di sta

an Dina seketika me

in," S

elah pulih nanti, aku minta iz

duduk disebelahnya. Lalu D

ernah mengunjunginya, aku merindukanny

mintaannya. Setelah kami rasa sudah cukup waktu untuk berisitirahat dari kesuntukan, dengan

berkata-berkata. Kami seperti dua orang asing yang tidak punya ikatan apapun. Mungkin saja Dina berpikir tentan

bil, kami keluar dari kendaraan dan mulai menyusuri lorong-l

i aku menanyakan beberapa pertanyaan pada perawat yang berjaga disana. Baik mengenai kondisi terkini bunda dan

telah diberikan pada bunda, karena untuk beberapa hari ini diharapkan bunda punya cukup waktu istirahat agar kes

ihat, apakah bunda telah terjaga dari tidurnya. Saat ini aku berdiri pe

dan melihat disekelilingnya. Dia mendapati Aku berada

da dan masih terlihat jelas raut wajahnya yang lelah. Bunda lelah karena peny

selama ini. Walaupun akhirnya, perpisahan itu tidak bisa dihindari. Demi cinta kasih

i suami tercinta, pada saat membesarkan, mendidik diriku. ser

etika masih bekerja disebuah perusahaan. Seingatku tidak sekali

yang putri wafat, bunda seakan-akan menghuk

unda memanggil namaku da

sambil ku genggam t

n kesalahanku, dan aku adalah penyebab dari b

itu, bunda meraih tangan Dina dan menyatukannya dengan tanganku. Dan aku merasa ada ya

pikir, bisa jadi semua itu dikarenakan rasa keb

n tidak akan berpisah walau apapun yang akan terjadi," sua

permintaan bunda. Pada saat itu Aku merasa tidak bisa menolak apapun yang bunda minta. Karena aku tidak ingi

mi berdua akan selalu bersama dan Bun

na hanya menatapku, mendengar janji yang aku katakan d

ar dalam raut wajah bunda yang masih terlihat pucat pasi. Bunda langsung mencium kedua tangan kam

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Kereta Terakhir2 Bab 2 Penyakit Ibundaku3 Bab 3 Rahasia Yang Belum Terungkap4 Bab 4 Lorong Rumah Sakit5 Bab 5 Kehamilan Ajeng Semester Pertama6 Bab 6 Duka Ajeng7 Bab 7 Ke Kampung Halaman8 Bab 8 Keputusan Ajeng9 Bab 9 Benih Cinta Kedua10 Bab 10 Hasrat Terpendam11 Bab 11 Bagian Favorit Bram12 Bab 12 Kerinduan Ajeng13 Bab 13 Terlukanya Hati Istri14 Bab 14 Ke Puncak Asmara15 Bab 15 Hati Yang Kuat16 Bab 16 Angkara Murka17 Bab 17 Satu Hati Dua Cinta18 Bab 18 Dilema Cinta19 Bab 19 Kenikmatan Yang Mencairkan Kemarahan20 Bab 20 Kenikmatan Yang Berbeda21 Bab 21 Rahasia Hidup Dina22 Bab 22 Kembalinya Sang Ayah23 Bab 23 Pertemuan Dua Cinta24 Bab 24 Buah Hati Pembawa Restu25 Bab 25 Cemburu Istri Kedua26 Bab 26 Ketidakwarasan Dina27 Bab 27 Dilema Amarah Bram28 Bab 28 Kesempatan Kedua29 Bab 29 Hasrat Tujuh Hari30 Bab 30 Cinta Oh Cinta 31 Bab 31 Wujud Cinta Sejati32 Bab 32 Malam Pengantin33 Bab 33 Bayiku Sayang Bayiku Malang34 Bab 34 Obat Mujarab Stress35 Bab 35 Air Mata Perpisahan36 Bab 36 Hadiah Terindah Setelah Duka37 Bab 37 Menyimpan Rahasia Baru38 Bab 38 Hamparan Pagi Mengobati Luka39 Bab 39 Memancing Cinta Di Kolam Pancing40 Bab 40 Izin Untuk Sebuah Cinta41 Bab 41 Penghinaan Membuka Kejujuran42 Bab 42 Awal Sebuah Kehancuran43 Bab 43 Sepucuk Surat Pembawa Nestapa44 Bab 44 Ciuman Pertama Di Pantai Cinta45 Bab 45 Ketika Cinta Harus Memilih46 Bab 46 Ketika Dua Lelaki Berbicara47 Bab 47 Cinta Yang Tergantikan48 Bab 48 Cinta & Kenikmatan Dalam Lembaranku49 Bab 49 Kebahagiaanku dan Jalan Gelap Dini50 Bab 50 Duka Di Atas Luka51 Bab 51 Kenikmatan Cinta Teguh52 Bab 52 Bercinta Dalam Cinta53 Bab 53 Asa Yang Usai54 Bab 54 Gelombang Bahagia Dalam Cinta55 Bab 55 Akhir Sebuah Rahasia Kehidupan56 Bab 56 Akhir Pertemuan Dua Hati