Dunia mimpi (bxb)
Sekol
★
umnya menyerang ku seakan sirna entah kemana setelah aku banyak ngobrol dengan Angga. Nanti, kalau ada waktu ingin rasanya aku ngobrol
k dan menurutku cukup jauh karena aku masih pertama kali. Membayar tukang b
bibiku akan membawanya kemana, bekerjanya?. Aku berhara
kesekolah ya
mewah. Aku yakin disini semuanya anak orang orang tajir melintir karena ba
ini karena sekolah elite, seko
u ini makhluk alien karena mata mereka selalu menatapku dengan tatapan aneh. Namun, aku mencoba untuk ram
atapan yang tak ku mengerti, makin me
seretnya kayak anak kecil,
nggi dengan tulisan besar, aku belum sempat membacanya, dan sepertinya dipa
api bahkan tak ada satu pun rumput ataupun kotoran yang berserakan, sepertinya menerapkan 'KEBERSIHAN ITU SEBAGIAN DARI IMAN' he he... Aku dibuat takjub dengan keadaan sekolah yang nantinya
a aku sudah merasa pusing dan juga le
ng masuk kelas. Guru gurunya cukup banyak dan terlihat ramah
trasi yang didaftarkan oleh pamanku sebelum aku dat
A ini sangat pintar pintar karena rata rata murid pilihan. Rasanya, aku jadi penasaran ingin me
Angga. Angga sudah tak menggandengku lagi seperti tadi saat
karena sedari tadi ngobrol asik serta aku kagum d
golok olok-ku" balasku, jauh dari pertanyaan Angga. Aku takut dalam pikiranku jika hal itu sampai terjadi. "Apa mereka tau tentang statusku
ku, aku biasa biasa saja tuh" Angga seperti menenangkan ku, aku
ya tersenyum simpul. "Ternyata omonganmu bener Ga, ceweknya cantik cantik dan cowoknya ganteng gant
boong-kan. Atau kamu
ah. Mana jalannya jauh lagi. Gempor nih kaki" rutukku k
pintu itu?" tunjuknya, aku mengikuti telun
n masuk, suasan
ak hening melanda seketika, semua yang ada didalam kelas menatap kearahku, terutama. Sepertinya me
el berbunyi,
ereka tidak mengusikku, aku tak ada masalah. Bahkan ada yang menatapku sinis, sama kayak menatap Angga. Apa sep
Aku nurut saja maunya. Aku tak tau, selama ini duduknya dengan siapa?. Menurutk
al itu padanya, aku duduk
aya modelnya anak konglomerat karena penampilannya cukup keren. Wajahnya tegas, tapi dingin. Dibelakangnya ada cewek sangat cantik juga seksi, semam
penampilan islami, dengan senyum mengembang, manis, bersahaja. Tadi aku
tersenyum ramah. Dengan agak kecut, aku pun maju kedepan. Semua mata menatap kearahku. Berbagai pandangan aku rasakan. Namun, aku mencoba tenang,
am serta ku lepaskan perlahan, ak
g cuma diam tidak suka. Aku hanya mengelus dada dengan sikap mereka yang sesama muslim, kalau nonmuslim aku masih memakluminya. Anak yang ku li
ini, adanya banyak anak orang KISMIN!" celetuk
!" sentak Bu guru c
Bu. M
p kearah laki laki tampan yang tadi baru masuk, wajah gadis itu berubah manis serta tersenyum
ia Saputra-,,," belum juga se
a ha.
t, bahkan ada yang menunjuk kearahku. Ada yang menghina. Ada
menghargai ku. Karena mendadak kelas menjadi
peringatan pada mereka untuk diam serta menjadi tenang kembali karena tatapannya yang
uru cantik dengan lembut, sete
Mulyo kampung satu. Kalau kalian berkenan, kali
asar manusia udik. Yang norak siapa. Tapi ak
ar anak k
anak k
seump
SMI
laki tampan, sinis padaku dengan rahang tegasnya, se
amun, anak yang tadi masuk, dan kini disebut namanya, bernama Riko, aku hanya diam saja sembari menunduk, karena tatapan mereka seperti in
akhir
an kembali ketempat dudukku. Kembali sorak riuh satu kelas ku meneriaki ku hingga keadaan kelas ribut
um manis kearahku yang beranjak menuju kearah tempat dudukku. Kini, aku tau n
arah bangku ku untuk duduk kembali sed
elakang bersama Angga
rsandung sesuatu? Yang ku yakin itu kaki. Namun, aku merasa ka
meringis karena rasany
bangkit sambil meringis kesakitan karena kakiku rasanya n
ptemb
_____
_______
mpai d
bakal kayak apa?. Aku milih untuk tetap diam, melawan pun rasanya percuma saja, tak ada yang akan membelaku. Ada rasa penyesalan
uh ejekan. Aku hanya menunduk s
ama kamu Riko. Camkan itu! Raya, kamu bukannya nolongin malah mengejeknya. Ibu tidak pernah mengajari hal buruk seperti itu" ucap Bu Rara pada semua
duanya jelas jelas membenciku. Apa salahku pada mereka, pada semua
tapi takdir berkata lain. Aku sekolah disini saja mengandalkan beasiswa, bisa sekolah yang elite, penuh dengan anak
ku duduk dengan tenang didekatnya Angga yang sedari t
imulai, yaitu pelaj
lajaran yang di ajarkan sangat menentukan sikap seorang siswa,
usai, semua siswa istirah
na mereka, mung
kampung ku itu
yakin kalau sekolah elite ini ada perpusnya, pasti besar perpusnya. Tapi, aku belum tau letaknya dimana? Karena sekolah i
atuh, menuruti perintahnya. Orangnya ganteng tapi sayangn
uti Riko, aku akan menanyakan pada An
iko. Angga tidak sempat memberitahu tempatnya dimana karena buru buru mengikutinya.
ereka tidak mengetahui keberadaan ku karena aku mengikutinya denga
arena tidak ada yang curiga kar
idak ketahuan, aku pun mengintip, aku melihat ada segerombolan an
iga cewek yang tidak aku kenal, aku juga tidak tahu nama mer
gandeng Riko, bahkan sesekali R
uk seperti orang menyembah pada mereka,
wek, itu sangat songong. Rasanya gue ingin bikin bonyok muka miski
rani menatap Riko yang menatapnya dengan tatapan tajam. Tentu saja Angga tidak ta
mukanya yang sok polos itu, hiy.... Rasanya tanganku sudah gatal ingin mencakar wajahnya!" geramnya, sikapnya sangat membenci
sihan Angga yang diperlakukan semena mena oleh mereka, namun apa ya
h sekolah disini. Kita sebagai orang berada, bisa jatuh reputasinya, jika disekolah ini ada ge
irin aja anak ka
gue aja neg
aja lah, darip
seakan mereka benar benar akan menyingkirkan ku dari sini. Hal itu membuatku gusar dan perlahan aku mundur ketakutan dengan nafas tertahan
inku dengan jatu
ana mendada
a melarikan diri dari temp
pitam karena menyadari kalau ada
n syukurlah tak ada yang melihatku. Namun, aku mera
an kembali. Aku berlari sekencang aku bisa. Aku pun kembali ke kelasku dengan nafas ngos ngo
tapi nafasku mulai normal serta menenangkan diri. Keringatku sudah agak mengering dan aku sudah tenang, nam
ak pada ikut, mungkin mereka menutupi identitas mereka kalau mereka punya gank disekolah ini. Sungguh pintar mereka menyembunyikan hal itu pada yang lainnya. Tapi, aku sudah tahu satu hal yan
k awal aku membaca buku pelajaran supaya aku tidak gugup menghadapi mereka. Ku letakan buku yang baru ku
mastikan. Hatiku sudah tak karuan. Tapi, aku yakin kala
pa apa mas. Cuma-" b
iko sinis, sedangkan Raya didekat
nya. Karena Raya tak punya alasan menuduhku jika
buat setena
, ya kelas lagi. Lagian, ngapain aku ke gudang, gak ada ker
h bajunya hingga membuatku berdiri dengan paksa serta mengangkat ku. Mudah
. Padahal tadi panggilnya sayang ke Riko saa
ngga, mungkin kasihan melihat keadaanku yang
a menatap kearah Angga. Riko melepaskan ce
ilantai tak berani menatap kearah Riko ya
emilih untuk diam atas perlakuan mereka, karena ini hari pertamaku masuk sekolah. Tapi
tas sekolah disini!" ucap Raya p
arku ketika aku sudah berdiri karena aku tak menyadari hal itu. Buru bur
g!" um
Ga. Dan Lo,,,,!" ancamnya geram terlebih kearahnya dengan matanya yan
bell tanda ma
kur
ah ini. Mungkin aku akan mengalami hal hal yang tragis l
samb
Septem