HOT WIFE - Mengejar Cinta Istri Kecilku
a tadi?!" teriak Enzy sangat keras sampai
firullah. Berapa kali aku harus mengucap
n buruknya mencuat ke permukaan. Tak ingin ambil pusing, memeri
Kelakuannya itu pasti datang dari kebiasaany
ari sendiri barangmu?" t
rgesa-gesa, membawakan sepasang sepatu high he
ngguh mengubah total penampilannya. Si gadis tomboy
ganti oleh rok. Warna-warna lembut tak mencolok i
nya, putih bening nan mulus. Ia tampak sedikit lebih dewasa da
a. "Yosh! Aku sudah siap. Ayo kita
dak ada Mall atau pun restora
jalan-jalan karena ia terus merengek minta diantar membeli
rang yang paling tersibuk. Mempersiapka
curkan harapannya, sebab ia sendir
sudut bibirnya menurun, menat
e rumah yang disediakan ayah
demam, kenapa harus dilihat kondi
Menge
ak
ri sepertinya?!" Batin menggerutu.
ggu
membuatku terkena seranga
*
ah Tangerang banten. Tampak jelas olehku b
ar dan terkesan mewah, tapi tetap saja in
r debu yang menempel, se
ebih ramai orang, aku tidak suka tempat semacam ini, Kak." Ia memasang wajah memelas lagi. Setelah s
ng. Juga matakj yang turut mengikutinya. Tempat
gantung benda khas yang digunakan oleh orang-orang bermata sipit itu.
lahan kosong yang ditumbuhi rerumputan liar
ntir orang yang berlalu-lalan
ti kau akan memanfaatkan ibuku u
ini ... jahat." Matanya menyipit, sinis. Men
elum meninggalkan jejak kesal. Membuka ger
an kepala,
*
ka pintu. Seorang wanita, menyamb
elum kami berniat pindah. Menunjukkan seluk-beluk ru
nsi penuh makna yang tertempel di dinding, perabotan lengkap
la. Dari atas juga bisa di lihat jelas pemandangan
sini juga terjamin oleh pembuatan saluran air yang sangat baik
gasmu. Aku tidak ingin punya istri malas, apalagi jarang shalat," ujarku
gung, ia seolah tak ingin
wabnya. Suara gemetar itu kembali terasa. Makin era
rpura-pura. Aku tidak akan membawamu ke tempat ibu sebelum kau terbiasa dengan ini." Menggerakkan lengan,
manusia
ta sudah dirapikan dengan apik. Lemari, meja rias, tempat ti
besar menampakkan jelas pemandangan la
iri membuka pintu lemar
ekk
i pemandangan, suara muntahan Enzy
tanyaku, se
encuci mulutnya dengan air lalu men
semua menjijikan. Aku takut ... hiks. Ayo kita tinggal di rumah ibu Anik
l ini, sikapnya pasti diakibatkan oleh
mpitkan ruang gerak bagi mereka yang tahu. Serta menimbulk
t, tapi belum
akut," ucapku. Membelai rambut hitamnya,
, Kak. Mereka
embuangnya percuma. Kutahu i
ndiri? Lalu apa yang k
r. "Kakak ...," l
elatan itu, aku baru sadar kedua lenga
erasa, melepas lengannya dari tubuh,
erdua berpelukan. Ah, tidak. T
. Tapi, kenapa? Sekarang sedikit berb
agi? L
elum datang aku ingin kita tetap pergi ke Purwakarta. Aku ingin pergi
inginap pergi ke sana. Padahal bar
n lebih dalam dengan ma
arta." Mengangguk menyetujui. Enzy ber
berujar senang. Sampai gerakannya
, lalu mengambil p
" Ujarnya. Menempatkan kembali kepala
e
Tidak!
sebagai pelampiasan. Tidak lebih. Jangan ada rasa apalagi
a sepertinya memanfaatkanku seperti bud
kla
juanku akan dimulai. Sekara
dengar. Ia bergerak tak nya
ruang yang kau ajak bermain," ucapku. Nakal. S
arik pelan tengkuknya ke arahku samp
ennya kutahan beberapa saat. Suara pelan frustasi te
ug
dari niatku yang menuntut hak. Bibirnya sedikit merekah,
u
kh
i
ndangannya, belum lagi sikut yang ia hantamkan ke
Perampok yang akan merenggut m
h pintu, namun kecepatank
. Sekarang aku adalah suamimu, dan kau harus memenuhi kewaji
ekarang akulah yang akan menjadi
g ...," pintanya. Meme
ingkah dan terlihat takut karenaku. Sepertinya ia
i ia terpojok ke arah tempat tidu
ug
kakak
n malam pertama, tapi si