Noda Darimu
Gilda seraya duduk di pinggir kasur Edzhar dan menatapnya. Dia
sahabat Edzhar sejak mereka duduk di bangku perkuliahan, jadi sudah tidak asing baginya untuk mendatangi kamar Edzhar.
nya kau
t? Aku sudah me
jung kepala sampai kaki, Edzhar memerhatikan pakaian sahabatnya. "K
pa aku harus
sabrina. Edzhar bisa melihat belahan dada sahabatnya yang tidak tertutupi dengan baik
egakkan tubuhnya. Dia turun dari ranjang dan meletakkan ponselnya di atas nakas. Edzhar berj
aku tidak akan lama, kelab malam bukan
h kau saja. Aku ga
tunggu kau
keluar. Akan tetapi, sebelum angkat kaki, dia mendengar Edzhar m
i Carla!" titah Ed
n santai menyahut, "Dia kekasihmu, seharus
diberitahu sekarang, kita akan lama menungguny
g! Kau sendiri jangan lam
Edzhar akan ke rumahnya untuk menjemput beberapa menit lagi. Gilda tak lupa mengatakan bah
k itu," kata Gilda yang mencoba menengahi pertengkaran Edzhar dan Carla
Gil!" semprot Edzhar masih emosi. Carla memang tampil dengan gaun hitam yang jauh
ku tidak suka diceramahi ketika kamu send
lub bernama 'Dark Purple' pun Edzhar masih saja memarahi Carla. Hingga
Edzhar dengan sekuat tenaga. Hingga akhirnya dia yang sendirian, masuk tanpa t
ng mengangguk-anggukkan kepala di atas panggung sana juga memberi semangat para anak muda untuk menggoyangkan pinggul ke ka
Akan tetapi, ia tak menemukan Carla. Sosok Edzhar tern
Sebelum duduk, ia sempat disapa para teman seangkatannya dan b
ngangkat gelasnya dan mencic
tidak
sih di sini?! Kenap
perintahku. Aku sudah memanggilnya beberapa
terlalu keras kepala, tidak heran jika Edzhar sulit menasihati gadis itu. "Lain kal
nya. Gilda tak banyak bersuara. Ia hanya menanggapi
lda saat ini hanya sibuk mengelola toko kue roti peninggalan orang tuanya saja. "Menurutku lebih seru nonton drama sembari
nya mulai meracau, setelah kesadarannya perlahan-lahan berkurang. Tangannya bahkan
u asing bagi Gilda, mulutnya terus meneguk. Beberapa teman mereka yang masih kuat mi
aki itu sudah menipis se
i dalam hidupnya. Ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya dan Edzhar sudah menghab
utihnya sudah tidak melekat di badan. Butuh beberapa detik untuknya membuka mata dengan sempu
ngsung kulit Edzhar, Gilda sadar bahwa dirinya benar-benar polos tanpa busana. "Apakah kami
aku di dalam dekapan Edzhar hanya bisa menelan ludahnya. "Semua itu untuk kebaikanmu,
ngat hati-hati, ia turun dari ranjang milik sahabat dekatnya dan memungut pakaian dalam serta gaunnya, dengan bur
belum masuk ke kamar mandi Edzhar untuk memakai pakaiannya kembal
k mengerjakan tugas kuliah bersama dengan lelaki tampan nan sopan itu, mungkin tidak akan pernah ia kunjungi lagi. Akiba
asi dijamah orang lain. Terlebih-lebih orang itu adalah Edzhar, laki-laki yang selalu menemani dan sangat dek
a. Pintu belakang sebenarnya akan dipakai Gilda untuk menyelinap keluar, supaya tidak ketahuan orang di
menghadap ke arahnya. Bahkan pria tua itu sudah menatap lekat-lekat. Gilda yang
kembalilah ke kamar tam
ab dengan sopan dan tersenyum tipis. "Semalam aku hanya berpamitan ke
kau pulang sepagi ini sendiri." Mau tidak mau Gilda menerima tawaran Mateo, dan diajak Mateo
lda masih berusaha
mu membaik walau hanya de
aja," tolak Gilda yang be
n, duduklah dengan tenang. Mukamu tampak tidak baik-baik saja, Nak." Sangat terpaksa kepala Gilda berge
k, K
zhar yang perlahan menjauh, gadis itu jadi kepikiran akan ucapan pria tua tersebut. Jika setahu
dan menimpanya dalam sekejap saja. Baru saja Gilda hendak menampar wajahnya sendiri, pelayan data
. ada yang ingin aku tanyakan," ucap Gilda kemudian yang membuat pelayan itu mengang
ku juga ikut menuntunmu, karena semalam kau mabuk berat, Nona," terang Mona tanpa ditu
membaringka
dengar jawaban Mona tentu saja terkejut, sampai menelan ludahnya sendiri dengan mata memb
n kacau. Mendekatkan gelas berisi susu vanila hangat ke bibir, dia berkata, "Terima kasih juga untuk mi
dua tangan. Dia merasa bodoh jika memang itu yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi, bagaim
"Tidak mungkin orang-orang di sini melakukan hal gila itu," lirihnya sebelum bangun dari kursi. Apalagi saat membayangkan wajah Mateo, sepertinya sangat mustahil bagi Gilda kalau pria tua itu merencanakan hal konyol. Ia menambahkan, "Termasuk kakek, tidak mungkin ... lalu, siapa? Dan untuk apa?" Gilda terdiam sebentar sebelum bertanya pelan pada diri sendiri, ucapnya, "Mungkinkah aku berjalan ke kamarnya tanpa sadar?"