icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Istri Pertama Suamiku

Bab 4 Ketidaksengajaan

Jumlah Kata:1502    |    Dirilis Pada: 15/10/2022

da di tasku? Sungguh, pikiranku kalut dan tak tahu harus berbuat apa selain menangis. G

Bu Tyas. Aku menggeleng t

ena tak percaya. Sial, cobaan apa lagi ini? Naluriku mengatakan bahwa sia-sia saja me

gani orang tua, bagaimana perasaan Mama jika melihat hal ini? Aku tak bisa membuatnya

tawakanku. Aku tahu ini hal yang memalukan tapi tolong, bukan aku yang melakukan!

itukah kamu padaku, hah?" kataku setengah membentak, setelah sebelumnya memb

tang main grebek!" Ia berd

Kamu pikir aku nggak bisa melawan?" kataku mengepal gera

na buktinya kalau gue masukin bungkus rokok di tas lu?" Aku terg

lagi. Ia terkejut karena suaraku lumayan besar. Tentu saja seisi kelas mendengar

ontakku. "Saki

ahnya buat gue apaan? Buka mata lu! Selama mereka bully lu, gue cum

cuma diam?" kataku berusaha melepaskan cengkramannya. Sial, ia malah semakin menyingkir

uanya gue gak suka! Tapi camkan satu hal, gue gak pernah ngelakuin hal sere

u masih terasa, di sini, di bahu ini. Ara, jangan sampai

*

yang aku yakini, dia tidak tertarik padaku sedikit pun. Ya, siapa aku berani menaruh harapan padanya? Meski hanya setitik debu, itu m

han itu, dan semua tertawaan yang aku alami. Jantungku berdetak tak keruan dan

apkan salam. Alin sudah dijemput Mama pukul sepul

bercerita apa yang kualami, meski sebagian cerita kututupi. Ya, ada beberapa hal

ta tegar itu s

u menyimpan tas dan mengganti baju. Surat itu,

perpustakaan dan mencari referensi. Guru jarang masuk, mau tidak mau murid yang harus akti

rab, aku berusaha ramah dengan bibi. Dulu, ada sedikit kesalahpahaman mengenai harta warisan dan me

rama dalam keluarga

tok

lin dari luar, aku bangkit dan

antu Alin?" katanya membulatkan mata. Sebenarnya aku agak sibuk tapi kasihan adikku i

tanyaku. Ia mengetuk-nge

a Frozen!" jawabnya bersemangat. Aku bergeming

ang lain gitu? Yang lebih mudah

, Kak. Ali

ti jelek." Ia mengeluarkan sesuatu, sebu

ota pensiln

ggi." Ia begitu bahagia karena hadiah seperti itu sudah membanggakan untuknya. Aku mem

*

0 ma

! Elsa Frozen untuk adikku. Dia sudah tertidur karena lelah bermain

a datar. Aku berbal

utnya acak-acakan. Aku bahk

rgeming. Dingin, aneh, dan ter

u, matanya menatapku kosong dan tajam. Tubuhku kaku dan t

rika pakaian panik melihatku ketakutan. Setelah kujelaskan semua, wajah Mama da

ku buram. Kalau sudah begini, tak bisa melanjutkan catatan. Lagipula aku lupa mem

ar, su

apa yang harus kujawab jika aku tidak bersekolah? Haruskah

t tentang suatu buku. Ah, Daun yang Tak Pernah Membenci Angin. Meski sudah kubaca berulang kali, sulit memaha

lakukan itu

an. Kalau kau menjadi aku, pasti turut merasakan yang kualami. Aku bisa bertahan se

apakah ka

Ria dan ketiga temannya. Di situlah puncak depresiku. Sekolah, bertemu mereka yang menyakiti hati dan fisik. Di rumah, penuh bentak

rti meminum racun tikus? Haha, kalau pun aku mati, harus dengan cara y

um adzan subuh. Ada sebuah gedung di Samarinda yang tak terpakai lagi. Tidak terlalu tinggi memang, hanya lima lanta

seperti immortal di drama Wuxia yang aku tonton, aku malah ingin mati. Bukan tanpa alasan, setiap de

menangisi kepergianku, mereka justru senang karena anak buangan itu sudah meninggal. Paling hanya mam

buku pertama dan terakhir dari seorang Aradelia. Buku kisah hidup sekaligus surat takdir terakhir. Deng

ih selama tiga tahun. Tanpa tertawa dan cand

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka