icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 6
6. Gadis Menyedihkan
Jumlah Kata:1382    |    Dirilis Pada: 24/09/2022

"Mengapa anda melakukan itu, Tuan? " tanya Nayya gugup.

"Karena aku ingin. Lagi pula mereka sudah melakukan banyak kecurangan. Tidak hanya menggantikan pengantinku. Kini mereka juga memberikan pengantin yang terluka. Bukankah ini sangat merugikan untukku."

Bara tidak akan memberitahu Nayya bahwa dia sengaja melakukan hal itu agar kerja sama mereka gagal. Tidak mungkin dia bersedia membantu perusahaan yang sebentar lagi akan bangkrut."

"Tapi nanti mereka akan marah pada saya. Mereka melarang saya berkata jujur, Tuan."

Nayya masih saja berfikir jika dia akan bertemu dengan keluarga Cannor di masa depan.

"Bodoh. Kau sudah menjadi bagian rumah ini. Jadi tidak perlu takut. Mereka tidak akan melukaimu."

"Tapi saya masih takut, Tuan."

Bara yang tahu bahwa Nayya sering di lukai memutuskan mengabaikan ketakutan istrinya. Dia meminta seorang wanita yang bernama Sara masuk ke dalam dengan kotak P3K.

"Sebentar lagi pelayan akan datang dan mengobati lukamu. Aku akan menunggumu di ruang makan. Jangan lupa bersihkan tubuhhmu sebelum turun ke..."

"Tapi saya tidak membawa pakaian ganti, Tuan."

"Ainayya Hikari Salvina. Ingat kata-kataku hari ini. Kau adalah nyonya Albara Demian Dominic. Jadi mulai sekarang. Semua yang ada di rumah ini milikmu. Kau tidak perlu melakukan tugasmu seperti di kehidupanmu yang lalu. Apa kau mengerti?!"

"S - saya mengerti, Tuan."

Setelah itu, Bara langsung keluar dari ruangan, lalu di susul oleh Sara yang mengajak wanita itu pergi ke kamar milik Nayya.

Sesampainya di kamar, Nayya terpana. Tidak menduga jika dia akan memiliki kamar yang sangat luas seperti sekarang ini.

"Ini sangat mewah," ucapnya.

"Selamat datang di kamar anda, Nyonya. Sekarang mari kita mandi agar saya bisa mengobati luka anda"

"Saya bisa mandi sendiri."

"Maaf, tuan Bara sudah meminta saya untuk melayani anda mulai sekarang. Jadi, entah itu makan atau mandi. Saya akan membantu anda, Nyonya."

"Tapi itu sangat berlebihan."

"Tidak ada yang berlebihan, Nyonya. Ini sudah menjadi kewajiban saya. Mari kita lakukan mandinya dan mengobati luka anda."

Dengan terpaksa, Nayya mengikuti Sara. Kini dia sadar bahwa hidupnya telah berbeda sangat jauh. Di layani layaknya seorang permaisuri. Jauh berbeda dengan kehidupan Vina yang hanya sebatas kaya.

^^^

Setelah selesai membersihkan diri dan menggunakan pakaian mewah sederhana yang baru pertama kali digunakannya. Nayya langsung keluar dari kamar.

Sara langsung membawa nyonya mudanya turun ke lantai bawah. Bergabung dengan Bara yang sedang menunggunya untuk makan siang bersama.

Tiba di lantai satu, sang pelayan yang bernama Sara membawa nyonya mudanya ke ruang makan. Di sana, Bara sudah menunggu. Meja makan juga telah penuh dengan makanan-makanan enak yang Nayya sendiri tidak pernah rasakan.

Berdiri di sisi meja membuat semua pelayan termasuk Bara bingung dengan tindakan Nayya yang berdiri di barisan para pelayan.

"Mengapa kau berdiri di sana? " tanya Bara penuh penekanan.

Nayya yang bingung menjadi gugup. Selama tinggal di rumah sang Ayah, dia akan selalu berdiri di sisi meja makan sambil menunggu keluarga tersebut selesai makan, lalu dia akan makan dengan hasil sisa mereka.

"Saya harus menunggu anda selesai makan seperti tuan Javior perintahkan pada saya," jawab Nayya.

Ainayya Gadis menyedihkan membuat siapa pun yang mendengar ceritanya akan sedih dan merasakan seperti apa kehidupannya di masa lalu.

"Mengapa dia melakukan hal itu padamu?" Bara mengetuk ngetuk jari telunjuknya di meja makan membuat Nayya semakin gugup.

"Tuan Javior mengatakan bahwa nafsu makan Vina dan Ibunya akan hancur jika saya ikut makan bersama mereka. Ayah juga mengatakan bahwa anak tidak berguna sepertiku harus makan dari sisa mereka," jawab Nayya.

Di dunia ini seharusnya Ayah adalah sosok yang paling mencintai putrinya. Menjadi cinta pertama sekaligus pahlawan sang putri. Seperti itulah yang seharusnya di lakukan oleh sosok Ayah.

Tapi untuk Ainayya, hal tersebut tidak berlaku. Dia di perlakukan bak seorang pelayan tanpa gaji. Sungguh gadis paling menyedihkan yang pernah Bara dan para pelayanya temui.

"Apakah kau lupa jika sekarang kau sudah menjadi nyonya Bara?"

Nayya menggelengkan kepalanya. "Saya ingat! Saya adalah nyonya Albara dan saya berhak atas rumah ini.

"Lalu mengapa kau masih tetap berdiri di sana?"

Ainayya yang akhirnya tersadar langsung duduk di kursi yang telah di siapkan oleh Sara. Mengambilkan piring serta meletakan berbagai macam makanan lezat membuat Nayya yang hanya bisa makan 1 kali hingga 2 kali dalam satu hari menelan air liurnya.

Bara yang melihat wajah kelaparan Nayya menjadi simpatik. Dia mungkin sangat jarang dan mungkin tidak pernah bersimpatik pada orang lain.

"Apa kau sudah makan sebelum datang ke rumah ini?" tanya Bara.

Bara yang tidak pernah berbicara di meja makan, tiba-tiba melakukannya setelah kehadiran Ainayya membuat para pelayan merasa kagum dengan Nayya.

"Belum. Tuan Javior menghukum saya sejak selamam sehingga saya tidak boleh makan sampai hari ini."

Para pelayan tercengang. Mereka yang seorang pelayan saja selalu makan dengan enak. Tidak pernah puasa apalagi tidak makan beberapa hari.

"Apa kau sering seperti itu?"

"Ya."

Bukan Nayya sengaja mengungkapkan perlakukan keluarganya padanya. Dia melakukan hal itu karena setelah sang bunda meninggal, tidak ada lagi yang peduli atau bahkan bertanya tentang hidupnya membuat dia dengan mudah bercerita pada Bara.

"Baiklah. Sekarang kau boleh makan. Jika ada sesuatu yang kau inginkan, maka kau bisa memintanya pada Sara. Mulai sekarang dia yang akan melayanimu. Dan satu hal lagi. Panggil nama saja. Namaku tanpa ada sebutan tuan di dalamnya."

Ainayya terpana ketika mendengar perkataan Bara. Dia tidak menyangka jika hidupnya akan benar-benar seperti di istana. Ada pelayan yang selalu berdiri di sampingnya.

Pavina saja tidak bisa merasakan hidup sepertinya meskipun menjadi putri kesayangan sang Ayah.

"Baik. Tapi untuk pelayan. Sepertinya itu tidak perlu. Nayya tidak ingin merepotkan Sara karena harus melayaniku."

Meskipun tahu hidup dengan pelayan yang selalu ada di sampingnya akan membuat semuanya mudah, tapi Nayya merasa tidak enak jika harus merepotkan orang lain.

"Tidak apa-apa, Nyonya. Tuan muda mempekerjakan saya khusus untuk anda sehingga saya harus melakukannya," ucap Sara.

Ainayya paham. Mungkin jika Pavina yang menikah, maka Pavina juga akan di perlakukan hal yang sama oleh Bara dan akan sangat keterlaluan bila dirinya menolak kebaikan itu.

"Baik. Semoga aku tidak merepotkanmu."

Setelah Bara memintanya memanggil nama, maka semua jenis percakapan Nayya telah berubah.

Nayya juga menganggap semua orang yang ada di rumah Bara sebagai keluarga.

"kalau begitu mari kita mulai makan siangnya!"

Ainayya langsung memulai makan siangnya setelah mendapatkan perintah dari Bara. Makanan yang sangat enak dan belum pernah dia rasakan membuatnya lupa jika saat ini sedang makan satu meja dengan seorang pria asing.

Para pelayan yang melihat pola makan Nayya, merasa prihatin. Tidak ada rasa jijik atau menghina karena cara makannya yang tampak kampungan serta tidak memiliki etika. Bahkan seorang pelayan paruh baya hampir meneteskan air mata karena melihat kondisi Nayya yang terlihat sangat kurus. Mungkin karena jarang makan membuat tubuhnya tidak tumbuh dengan benar.

Ketika Bara melihat cara makan Nayya. Dia tidak ada rasa jijik. Tapi dia merasa harus memberikan pelajaran etika saat makan agar di masa depan, dia juga tidak menjadi bahan ejekan oleh orang-orang kaya.

Setelah selesai makan. Nayya akhirnya sadar bahwa dia sedang makan dengan Bara. Hal itu membuatnya menjadi malu dan meminta maaf atas ketidak sopanan saat makan.

"Maaf jika cara makan Nayya telah membuat kalian jijik. Aku benar-benar baru pertama kali merasakan makan siang seperti ini sehingga lupa kehadiran kalian," ucap Nayya malu.

"Tidak masalah. Tapi setelah ini kau harus belajar etika dan tata Krama agar dimasa depan. Ketika kau menemaniku di acar besar. Kau tidak menjadi bahan hinaan," ucap Bara.

"Terima kasih."

Nayya tahu. Untuk menjadi seorang nyonya dari keluarga kaya, dia harus memiliki etika dan tata Krama serta terlihat elegan. Seperti yang selalu ibu tirinya ajarkan pada Pavina.

"Sara, berikan padanya makanan penutup."

"Baik, tuan."

Sara mulai menempatkan berbagai macam makanan penutup di hadapan Nayya. Mulai dari dessert, custard, pie manis, potongan kue dan biskuit.

Melihat semua itu membuat Nayya kembali lapar. Air matanya bahkan tidak bisa ditahan karena melihat makanan lezat yang sering Pavina makan.

"Mengapa kau menangis?" tanya Bara.

"Nayya hanya sedang bahagia karena akhirnya bisa menikmati makanan-makanan enak seperti ini. Di masa lalu, Nayya sering melihat Pavina, nyonya Lia dan tuan Javior makan makanan seperti ini. Tapi tidak sebanyak ini."

"Maka mulai sekarang kau akan menikmati makanan seperti ini sepuasnya. Jika kau ingin, maka kau bisa memintanya kepada Sara dan para pelayan. Apa kau bahagia?" ucap dan tanya Bara.

"Ya. Nayya sangat bahagia. Terima kasih, anda adalah orang asing pertama yang sangat baik pada Nayya. Semoga Tuhan selalu melindungi Nayya.

Bara tersenyum ketika mendengar doa Nayya tentang Tuhan. Dia sudah lama melupakannya. Jadi sedikit aneh ketika dia mendengar sebuah doa penuh kebaikan dari Nayya.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 1. Rencana2 Bab 2 2. Hati Yang Luka3 Bab 3 3. Ijab Kabul4 Bab 4 4. Pengantin Pengganti 5 Bab 5 5. Di Sambut6 Bab 6 6. Gadis Menyedihkan7 Bab 7 7. Surat Perjanjian8 Bab 8 8. Lupa Akan Karma9 Bab 9 9. Telepon Dari Ibu10 Bab 10 10. Ayah Yang Gagal11 Bab 11 Pagi Yang Manis12 Bab 12 Ucapan Terima Kasih13 Bab 13 Lukisan Berdarah14 Bab 14 Pelukan Hangat15 Bab 15 Self-Injury16 Bab 16 Sebuah Luka17 Bab 17 Perubahan18 Bab 18 Masalah19 Bab 19 Pijat Gratis20 Bab 20 Ziarah Ke Makam21 Bab 21 Insomnia22 Bab 22 Obat Tidur Terbaik23 Bab 23 Keponakan24 Bab 24 Paman Vs Keponakan25 Bab 25 Mimpi Buruk26 Bab 26 Dibawa Ke Kantor27 Bab 27 Mantan Kekasih 28 Bab 28 Posesif29 Bab 29 Bercerita Tentang Perasaan30 Bab 30 Menggapai Ridho31 Bab 31 Bertemu32 Bab 32 Tidak Tahu Malu33 Bab 33 Makan Bakso34 Bab 34 Masih Mengganggu35 Bab 35 Mengadu36 Bab 36 Ingin Mengakhiri37 Bab 37 Usai Sudah38 Bab 38 Suami Idaman Dan Kecelakaan39 Bab 39 Tiga Psikopat40 Bab 40 Wanitaku41 Bab 41 Lukman Andara42 Bab 42 Anak Kecil43 Bab 43 Benang Kusut44 Bab 44 Keluarga Malik45 Bab 45 Menjadi Bintang Utama46 Bab 46 Aku Suaminya47 Bab 47 Cucu Keluarga Malik48 Bab 48 Menjadi Pertemuan Keluarga49 Bab 49 Mempermalukan Diri Sendiri 50 Bab 50 Pelukan Sebelum Tidur 51 Bab 51 2 Orang Misterius 52 Bab 52 Karma Dimulai53 Bab 53 Firasat54 Bab 54 Menjauh55 Bab 55 Pengakuan Cinta 56 Bab 56 Tidak Untuk Poligami 57 Bab 57 Terbongkar58 Bab 58 Bertemu59 Bab 59 Kemarahan Bara60 Bab 60 Spesial Bara61 Bab 61 Memulai Rencana 62 Bab 62 Sebuah Rindu (Spesial Bara)63 Bab 63 Pelukan Sang Ibu64 Bab 64 Masih Belum Menyerah65 Bab 65 Menceritakan66 Bab 66 Kesepakatan67 Bab 67 Pindah Sementara 68 Bab 68 Gangguan69 Bab 69 Sosok Lain Dan Masuk Kuliah 70 Bab 70 Dosenku Suamiku 71 Bab 71 Membuat Berita 72 Bab 72 Mencari Tahu 73 Bab 73 Akhirnya74 Bab 74 Memulai75 Bab 75 Kita Akhiri76 Bab 76 Karma77 Bab 77 Perpustakaan78 Bab 78 Berwajah Tebal79 Bab 79 Tamu80 Bab 80 Seperti Koala81 Bab 81 Pengadilan Agama 82 Bab 82 Cemburu83 Bab 83 Tetap Nyonya Bara84 Bab 84 Diajak Meeting 85 Bab 85 Otoritas Seorang Nyonya 86 Bab 86 Penyesalan Lionel87 Bab 87 Hampir Bangkrut 88 Bab 88 Masuk Penjara 89 Bab 89 Apa Kabar, Nak 90 Bab 90 Dibuang Setelah Dipakai 91 Bab 91 Si Mantan Mulai Aktif 92 Bab 92 Untung Sayang 93 Bab 93 Dia Istriku 94 Bab 94 Tamparan Peringatan Dari Bara Untuk Agatha 95 Bab 95 Firasat96 Bab 96 Kecewa97 Bab 97 Penculikan98 Bab 98 Daddy 99 Bab 99 Kedatangan Bara100 Bab 100 Seorang Anak Perempuan