Mr. Aaric & Lily
̴̴̴͡.̮Ơ
ol
a saja dia tidak mencuri dompet milik pria berna
lah pusat tujuan utama para Turis paling popular di Dunia.
dikenal dunia sebagai kota romantis, Salah satu alasan utamanya karena atmosfir romantis yang sangat kental terasa di setiap penjuru kota Paris, ya
andangi kota Paris. Bahkan dia berdoa kepada Tuhan agar menemukan jodohnya di Kota Romantis ini. Bibirnya tidak pernah berhenti tersenyum memandangi sekitarnya. S
antik dengan keberadaan ornamen taman, air mancur, hingga yang indah, terutama saat di malam hari. Tak jauh dari tempat wisata ini, terdapat kincir raksasa. Lily mengabadikan keindahan kota Paris dengan kameranya, senyumnya t
anya cukup untuk membeli sepotong roti di pinggir jalan. Lalu Lily melangkahkan kakinya menjauh dari tempat wisata, dia menyusuri kedai pinggir jalan untuk mencari makan yang murah meriah. Tetapi tidak dia temukan satu pun keda
Ayahnya bekerja di sebuah perusahaan ternama di Kota ini dan Lily sudah mencari ayahnya di perusahaan itu. Namun, ayahnya sudah tidak lagi bekerja disana, bahkan alamat rumah yang pernah ayahnya beritahu kepada ibunya adalah alamat palsu. Lily sudah ke alamat yang pernah ayahnya berikan
ahu kepada ayahnya bahwa ibunya telah tiada empat bulan yang lalu akibat penyakitnya. Dan kini Lily hidup bersama nenek tercintanya. Lily bisa ke kot
pis. Jangankan untuk membeli tiket pesawat kembali ke Indonesia, untuk
hanya untuk bertemu dengan ayahnya di Kota Ini. Dia juga menjadi pengajar les bahasa Perancis untu
uk di pinggir jalan sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya. Pasti s
hiruk pikuk, wajah – wajah disana penuh dengan kebahagian
nya. Senyum Lily mengembang tipis memandangi pria itu. Tampan, itulah yang Lily pikirkan tentang pria itu. Lily menebak umur pria
pertinya pria itu adalah business man, pria itu terlihat sibuk dengan laptop dan juga ponselnya. Pria itu kini sedang menikmati kopi hangat dan waffle di teras café ternama. Tiba - tiba ada wanita yan
asih yang cantik...," gumam Lily, lalu dia memperhatikan
jaket hitam yang bertuliskan nama kampusnya. Punggungnya bertengger tas ransel berukuran besar yang dipenuhi oleh baju - bajunya. Sudah tiga hari ini Lily tidur di manapun, dia
mendapatkan beasiswa dan tidak mudah baginya mendapatkan semua itu, butuh usah
nyata pria itu sedang menelpon tidak jauh dari sana. Tidak lama sepasang mata Lily menangkap sesuatu dari meja yang masih di gunakan pria itu. Di samping laptop ada sebuah dompet
epadaku..., pikiran Lily saat
in sekarang, di begitu ragu. Ambil, jangan, ambil, jangan, ambil...., katanya dalam hati. Wajahnya
tu. Sepasang matanya memandangi pria itu dan sekitarnya. Jantungnya berdebar kencang sekarang, tubuhnya menggigil. Ini adalah pertama ka
ung menyambar dompet milik pria itu dengan mata ter
k pria itu be
kan pria itu, "Aaaah!!!" teriak Lily
m erat dompet pria itu. Lily terus berlari tanpa mel
Perancis, langkahnya begitu lebar dan cepat men
cepat, untung saja dia adalah pelari handal dan dia pernah meraih kejuaran pelari tercepat di sekol
menyebrang jalan ada sebuah sepeda yang melintas dan membuatnya hampir tertabrak sepeda. Pengendara s
enghusap rambutnya begitu
itu mengambil semua uang yang berada dalam dompetnya. Tetapi yang dia permasalahkan di dalam dompetnya itu banyak data pribadinya seperti AT
eter itu. Dia baru sadar jaket itu milik wanita yang mencuri dompetnya. Dia merentangkan jaket itu dengan kedua tangannya, "Universitas Teresa?" pekiknya denga
̴̴̴͡.̮