Love is Love (Love)
ang. Aku melirik sebentar ke arah pintu. Entah siapa yang berada di luar s
dapur. "Biar aku
mudian kembali ke dapur. Aku seger
iba ada yang mengg
Puas sekarang? Ini kan
. "Maafkan Mama, Ri." Mama berusaha me
ta maaf setelah apa yang suda
l, Ri. Tolong
yu memendam kerinduan yang luar biasa kepadaku, anaknya. Ya, kerinduan
untuk melumpuhkan kebencianku terhadapnya. Justru aku merasa mua
tangan Mama
segera menghindar. Tak sudi aku ter
ar sembari me
ngkin dia akan mendamaikanku seperti waktu it
u, tapi kenapa kamu begitu membencinya?"
ama, sebaiknya kamu diam. Aku tidak ma
a kemudian mematikan mes
ayang sama kamu." Mata Samuel begitu tajam menatapku. Tatapan
telah membuat Papa menderita. Dia sudah menghancurkan keluarg
keluargaku. Itu masa lalu yang tak perlu aku
kiran kamu. Tega kamu menuduhnya seperti
apmu jadi aneh. Kenapa sekarang kamu tiba-tiba
mu bersedih. Apa kamu tidak kasihan?" Tatapan Samuel s
jak bertemu Mama
uarganya. Ketika Papa sakit, ke mana Mama? Apa dia peduli? Tidak! Harusnya Mama selalu mendampingi Papa. Apapun dan bagaimanapun
n. Papamu sedang sakit dan kondisinya tidak stabil. Emosinya naik turun, mun
lebih sabar dong, bukannya meladeni amarah Papa."
a kamu bisa mendamaikan kedua orang
idak bisa. Samuel benar. Aku anaknya satu-satunya. Lantas m
Jangan sampai menyesal ketika kamu sudah kehil
iam seribu bahasa karena penuturan Samuel barusan. Ya, aku tahu. Samuel tid
ah membela Mama daripada aku dan Papa. Ingin rasanya aku meny
u naik bis saja," ancamku untuk mengakhiri pertikaian ini. Percuma
muel terdiam. Kemu
!" Sekali lagi aku mengancam d
u, Samuel menjalankan
*
intaku keluar. Mama ingin sekali berbicara dan jawabanku masih sama. Aku tidak mau berbicara dengannya. Jangankan berbicar
u di dalamnya. Ada beberapa tumpukan buku. Ada juga sebuah foto lengkap dengan bin
sah. Tanpa sadar, k
ndukan. Ketika masih berjaya, Papa sering mengajak keluarganya liburan k
ralih pada foto Mama. Rasa be
. Lagi-lagi dia sel
ri membanting foto yang kupegang samp
. Ingin rasanya segera keluar dari rumah ini. Sudah cukup Ma
mengendap-endap seperti seorang bangsat berjalan menuju pintu utama. Kulirik kanan-kiri untuk memastikan bahwa tak ad
mau ke
na sedang berdiri
Mama mana?" Aku balik berta
mau ke mana bawa koper seg
ke Su
sebelum tujuh harinya Bapak. Biasanya selama empat puluh har
jika terus berdeka
, apalagi Den Ari adalah anaknya. Na
an tahlilan. Nanti kalau kurang aku kirim lagi." Aku m
Bi Ina beru
akan pergi selama Mama masih ada di rumah
un dan kapan pun aku terus mendoakan
menanyaka
rangkat dulu. Jaga rumah baik-baik ya, Bi
mengasuhku sejak aku be