Jelaga Cinta Lavanya
" Lenny berteriak dari dapur memanggi
ak menjawab panggilan Lenny. Dia sedang m
ya bergegas masuk untuk me
an mengeluarkan uang dari saku celana. "Tolong kamu ke tokonya Koh Liong, beli garam, gu
at uang di tangan Lenny. "Ibu
anaknya, makanya bisa punya uang. Udah, mending kamu pergi
yang sudah kembali berjongkok di depan tungku. Dia meninggalkan
inya menendang kerikil yang ada di depannya, sehingga
n, mau
nya. "Eh kamu Gas," sahut Lavanya sambil tersenyum sopan. "Ada
r sih Aa ngomong." Tangan Bagas te
an Bagas. "Nanya mah tinggal nanya
ang terdengar sangat merdu di telinganya. "Si Neng meu
ghindari tangan Bagas yang kembali
"Kamu teh mau ngomong apa? Cepeta
anter ya, mau?" rayu Bagas yan
motor, itu beda urusannya." Lavanya mengibaskan rambut dan meninggalkan Bagas yang masih tersenyum
hkan berharap dapat menikahi gadis cantik itu. Wajah blasteran Lavanya, dan juga tubuh moleknya, terkadang membuat dia sering m
, sampai saat belum ada satupun yang berhasil menaklukkan hati Lavanya. Gadis itu selalu jual mahal da
Liong dan berdiri di depan meja pan
i apa?' ujar Liong yang bar
Koh, ini uangnya." Lavannya meleta
duit saya aja." Bagas meletakkan uang di atas meja. Dia mengambil uang Lavanya dan menyerahkan uang di tangannya
iri." Lavanya menolak kebaikan hati pria
bisa mungkin, dia selalu menolak pemberian mereka, supaya nantinya tidak akan jadi masalah, kecuali memang tidak ada jalan l
gnya kamu kasih ke ibu, buat keperluan yang lain." Bagas mengambil ta
rkeras menolak pemberian Bagas dan berusaha m
senyum lebar. "Koh, itu barang-barang yang dibeli Lavanya, dibikin jadi masing-masing dua, ter
ni, ada saja laki-laki yang akan membayari semua yang dibeli gadis itu, bahkan terkadang ada yang dengan sen
nya?" Lavanya menunjuk semua bar
n becak buat kamu, biar kamu ng
gak ada udang di balik batu kan?
ngasihnya tulus bua
. "Ya udah atuh, tapi saya pulangnya sendiri
nggak a
beberapa waktu ke depan, dia dan ibunya tidak perlu pusing memikirka
Uangnya kamu habisin semua?" Lenny terkejut saat
mendengar perkataan Lenny. "Uang yang Ib
wayangnya dengan seksama, dan tersadar akan se
sengaja ketemu sama Bagas, terus dia ngikutin sampe ke tempat Koh
mendengar penjelasan putrinya. "Kalo nant
h Bu, kan bukan
ria, tua dan muda sedang berlomba untuk memiliki putrinya, seperti yang dulu terjadi padanya. Namu
dirinya dan bisa mendapatkan seorang pendamping yang mencintai Lav
*
Pak Amin, katanya m
avanya pada Lenny yang berdiri di d
usar. "Dia kekeuh mau ketemu sama kam
mendengar perkataan Lenny tentang Amin, pria berusia
u nemuin
nny. "Kalo aku nggak keluar, dia pasti bakal tetep duduk di
sama istrinya. Nanti apa kata orang kalo ngeliat kamu ngobrol sa
kalo dia yang ke sini, bukan aku yang sengaja mau nemuin." Lavanya bangkit dari dipan kayu dan berjalan
Van mau nemu
rasa khawatir di hatinya melihat
kalian mau nyur
l mau kan kalo diajak
neh gim
simpenan atau ngajak kamu pergi nginep gitu,
a iya aku mau Bu. Kalo masih muda, kaya, cakep, kayak Aa Rinto, mungkin ak
ya. "Ya udah, sana kamu temuin Pak Amin, tapi kalo bi
depan kamarnya, menuju ke teras, di mana Amin sud
Wajah Amin berseri-seri sa
usan. "Bapak mau apa ke sini? Ini tuh udah malem, nggak enak kalo diliat sama tetangga." Lavanya memutuskan untuk tetap
nya yang sudah menunggu cukup lama di teras. "Lagian, kenapa kamu nggak nyuruh saya masuk aja? Kan bakal l
da, karena sejak tadi Amin menatap ke bagian depan tubuhnya. "Enakan juga tidur daripada
u ngobrol sama saya?" tan
nunggu bulan ada
ngkin atuh Van." Amin kecewa me
a udah bilang, Bapak nggak usah ke sin
ambah jatuh cinta sama kamu." Amin mencoba merayu
lang sabar menghadapi manusia bebal macam Amin yang tidak juga mau pergi, walaupun sudah diusir olehnya. "
enggiurkan. "Yang saya mau cuma satu Van, saya mau kamu jadi milik saya, biar cuma semalem gapapa, yang penting saya udah bisa ngerasain ka
t Lavanya gusar ka
perlu pusing lagi mikirin hidup, tinggal duduk tenang di rumah,
ak laki-laki yang lebih baik dari kamu dan juga
erhina. "Awas aja, saya pasti akan balas semua omongan kamu. Dan saya berdoa, s