Gairah Istri Kelima Juragan
mendorong tubuh puteri sulungnya hingga terjatuh. Mbok Giyem dan Yuvati ters
ur, mengambil sapu dan memukul
ngan pernah pulang kembali!
paknya mereka tak ingin memelas minta dipeluk. Mungkin mereka paham dan
am. Ia masuk ke kamar. Membuka lemari dengan kasar dan mencoba mengobrak-abrik is
aya Yuvati, Mbok Giyem dan Hartoyo. Namun, ketiganya tak bi
apa-apa lagi di sana! Kamu l
u pasti ada sesuatu di si
uka lemari makan sederhana di sudut ruangan lalu Melempar
n Suma, serta kalimat-kalimat peleraian dari Harto
lang dari rumah saudaranya merasa penasara
nita tua yang amat suka berdandan dan dipenuhi
inggal diam. Bukan akan menjadi air hujan yang menyejukkan. Ia data
ita. Senyumnya mengembang laksana akan mendapat
buah rumah berukuran enam kali tiga puluh meter. Pintu
membuat jiwa welas asihnya muncul tiba-tiba.
malah marah-marah dan meraung tak jelas. Dasar wanita ga
reka melihat kejadian yang seharusnya tak mereka lihat. Mau pulang tapi ba
idak menyelesaikan kalimatnya. Ia menangis ket
n dia mau cari yang lain di luar! Letek! Ga bi
ni dengan sekuat tenaga. Sementara
i yang ibu bayangkan!" pinta Yuvati mencoba untuk melerai. Ia menarik bahu ibu Pr
ga bisa dididik. Memang begitu kalau gadis miskin dari desa yang tahunya datang m
ang orang luar, Bu
i bukan ur
eri. Kita pulang saj
memukuli Malini lagi! Kalau ibu tetap meneruskan. Saya berjanji
gkat desa? Kamu
n mungkin bisa meredakan sedikit amarah. Mata tajam den
berpamitan, pulang. Ia sempat berkata dengan tegas kepa
hasil jualan istrimu! Bukan pria yang terhormat dan gaga
ta yang tajam. Lalu memandangi Suma yang
u. Jangan sungkan untuk datang ke rumah da
vati ...." jaw
Perkataan saya tadi tidak main-main. Suami say
nya itu belum lega menyampaikan segala unek-uneknya. Sampa
satupun dari kami pernah mendapatkan perlakuan yang
ti dan Prabawa menghentikan kelakuan buruknya. Mereka masih saja menunjuk-nu
yak. Ditambah lagi karena banyak pikiran dan kurang
lini yang diam membisu. Matanya k
uas. Ia mengajak Prabawa pulang ke rumah dan berja
a pulang saja, Nak. Jangan ke sini lagi. Memang benarla
n kedua anaknya. Tak ada rasa belas kasihan sedikitpun. Mungkin hatinya sudah berub
Malini yang masih menangis tanpa
nak laki-laki baik itu menciumi waj
bu, ya ...." bisik Suma lag
pelan. Memeluk dari belakang
. Bagaimana kalau setelah ini kita jalan-jalan ke pasar? A
ini akan lebih baik. Tak akan lagi ada kesusahan da
sungai ...." lirih bibir
mengangguk. "Iya kita jalan-jalan ke
asak beras menjadi tertunda karena kedatangan Yuvati. Namun, gadis itu tersenyum puas. Ketika b
ntung tidak semua uang bisa diambil b
g tengah. Sudah jam tujuh pagi. Waktunya untuk bersekolah. T
esai memasak nasi. Jadi ibu dan
naknya membayangkan dirinya ketika kecil berada d
ndekati termos air panas berkilat. Menuang
a saja, M
usnya yang sudah kekecilan lalu merendamnya seben
ngat di ujung bibirnya yang tengah di
seperti apa kehidupan Suma dan Kanay
Lalu kembali
*