Transaksi Hati
nunjukkan pukul setengah enam sore. Namun, Ziva orang yang dia tunggu belum juga keluar. Padahal sudah mengirim pe
unggu walau sedetik. Pria itu tidak suka membuang waktu. Ah, jika bukan sudah berjanj
lagi, aku akan segera pergi. Besok akan aku tuntut dia masalah
ntar
i depan kantor setengah jam yang lalu. Begitulah perkiraan waktu saat pria itu mengirimnya pesan. Namun, karena pekerjaannya belum selesai membuatnya tid
ela mobilnya yang terbuka di lobi kantor, dia dapat melihat wajah Arga dite
Arga," ucapn
arena terlalu lama menunggu. Setengah jam. Itu adalah rekor terbaiknya dalam menunggu. Jika, b
, depan-belakang, takut ada yang melihatnya memasuki atasan. Dia bisa me
sedang sepi. Dirasa cukup am
a segera melajukan mobilnya ketika p
aimana jika ada yang melihat kita? Nanti jadi bahan gosip." Ziva mengut
ita akan menikah. Cepat atau lambat
ngguk-angg
arakan dengan orang yang tidak dekat dengannya. Sementara Ziva yang gugup di dalam mobil Arga berdu
ga berhenti di depan butik yang merangkap
" tanya Ziva sambil m
uarga saya dengan pakaian kerja kamu itu," sahut Arga s
arga Pak Arga?" Mata Ziva me
juga harus mengenal keluargamu lebih dulu. Namun, hari ini kita bertemu keluargaku dulu. Jadi, ayo keluar
untuk membeli pakaian di butik ini. Apa kita tidak
idak usah pikirkan itu.
i, P
gi. Jam makan malam sebentar lagi. Jadi j
a lagi. Menyusul Arga yang s
atangan Ziva dan Arga ketika mereka mema
jar Arga sambil melirik Ziva, "Sekalian r
guk, "Mari, Mbak," ucapnya sambil men
omentar, mengik
*
g sudah cantik dari borok tanpa make terlihat semakin cantik. Apalagi ketika perempuan itu sudah mengganti bajunya dengan midi dress selutu
riasan dan pakaian kerja terpesona melihat penam
yang kurang apa?" tanya karyawa
mudian dia meletakan high heels berwarna silver dengan tongkah 5 cm di depan k
," ucapny
u tidak mau, Ziva mencoba high
ang dia pilih sangat pas di kaki Ziv
embayaran, Ziva dan Arga ke
mobil mereka berhenti di ru
terlihat seperti pasangan normal,"
. "Apa yang har
saya, Arga saja. Jangan panggil saya Pak. Orang tua saya bisa curig
gguk lagi,
mel
ang tidak gatal, "Maaf, Pak – eh,
h, selanjutnya. Orang tua saya nanti pasti akan banyak bertanya. Mungkin mereka sudah
nama Arga tanpa embel Pak. Rasanya amat tidak
t namaku, Ziva. Kamu harus t
ng, Ziva kembali be
ka mendengar nada suara Ziva lebih
menga
merasakan tangan Ziva dingin saat meraih tanga
anjang, kemudian men