REVENGE'S CEO
n Kimora benar-bena
getukkan jemarinya di atas meja dengan gelisah. Restoran mewah ini tidak begitu ramai karena memang jam makan siang sudah lewat. Hanya ad
hat menarik napas panjang. Tiga puluh menit suda
eketika membuatnya mendengkus kesal. Ia berada di sini bukan untuk berniat makan atau se
a. Kecemasan itu bergumul di kepalanya dan membuat deba
e
dengan gelisah ketika mengingat percakapan
al
hati siapa pun berdesir. Suara pria yang memiliki alunan tegas namun sensual. Menggelitik indra pende
-y
da yang bernama
Runa atau Billa." balasnya sembari mene
Aruna." bisik pria itu
u giman
lunasi biaya
nar
i ada sy
. Ah, mengapa ia bisa berpikiran buruk pada pria itu? Namun perasaan tidak ena
i baby sa
pi saya suda
d oleh pria itu. Apa itu sugar babby? Seperti yang ia baca di
menjadi simpanan saya. Apakah Ki
adis itu sedikit bergetar. Ia berusaha menenangkan dirinya, menarik napas panjang berulang dengan perlahan. Suara hela
dainya kamu tidak setuju, Aruna." suara sensual itu kembali te
saya
bers
saya
epastian sece
an menyakiti perasaan wanita lain yang mungkin nota bene istri dari pria itu. Memikirkan sebuta
aby yang elegan. Memilih dengan selektif status calon sugar daddy-nya, lajang a
rkekeh pelan."Saya belum puny
ja
i kenapa ia ma
nelan sa
? Saya tidak suk
ran? Ini tidak akan lama, hanya sampai saya lulus kuliah, kan, Om?" tanya Aruna beruntun dengana, juga adegan Kimora yang berciuman tepat di depan matanya. A
us dilakukan seorang baby, Aruna. Apakah se
i
ngs
i
pacar adalah menjadi sugar baby? Pantas saja mobil miliknya
mora hanya seka
car
Y
kan transfer malam ini juga untuk melunasi SPP kamu terlebih d
by? Ah, lelaki itu tidak mungkin memberinya uang cuma-cuma jika tidak ada imbalannya bukan? Tapi belum sempat i
tu seketika membu
'Om-om temannya Kimora' tertera di layar ponselnya, Aruna langsung
ara berat di ujung telep
sudah merasa terintimidasi hanya dengan mende
h." jelasnya dengan terbata. "Say
-Tu
ap ke arah ponselnya
tidak
nggilannya begitu saj
putih dan terkesan sangat bersih. Namun, pria itu masih
gat pas di tubuhnya membuat Aruna harus menelan ludah berkali-kali. Terlihat seperti pegawai kantoran den
tangan, mengajak Aruna berken
ngan besar pria itu, "Aruna Salsabilla." Jawabnya so
i dengan mata memicing menatap meja d
merasa pria itu terlalu sempurna. Pria itu juga terlalu dewasa dari segi usia. Mungkin dia berada di antara rentang usia 30-40 tahun. Entahlah. Namun
a. Dan mereka hanya terikat asas simbiosis mutalisme, bukan perasaan atau sesuatu yang mel
gar. Aruna berusaha menentramkan degup jantungnya sement
at. Penampilannya saja mampu membuat Aruna bingung. Melihat banyaknya benda mewah yang melekat pada tubuhnya membuat Aruna
ap pria itu tegas. "Saya tid
s makanan yang membuat Aruna melongo karena besarnya digit angka dan simbol
yar berapa?"Tanya pr
nggup mengangkat kepalanya karena malu dan salah tingkah. Meski, setelah transaksi dilak
? Tulis saja berapa nominal angka yang kamu butu
ng lebih privacy?" Aruna berkata tanpa berani me
itu t
una? Kamu benar-benar lucu! Apakah ini pertama kalinya buat kam
ut serius di wajah tampannya. "Kalau kamu malu, kamu bisa menulisnya di kertas
eraih bolpoin dan kertas yang disodorkan Kai l
a sentuh
rtama akan membayar denda pada pihak
gan tangan
sengaja lima
n tidak senga
uman dua
kan lima p
bungan b
tu Aruna menyodorkan secarik kertas itu ke hadapanny
h
Kaisar ng
dia bisa sangat percaya diri untuk meneruskan kegilaan ini. Karena kalau dia tidak gila kali ini
masih per
Kaisar me
n badan, otomatis keperawanan say
i nominal itu sangat wajar untuk sesuatu y
-benar masih...."Kaisar
api saya nggak mau dong ditester-tester. Pokoknya saya seratus
ria itu ter
yang membuat mata Aruna m
nik
Ken
.. Saya masih terl
janjiannya, Aruna. Saya tidak yakin uang yang saya transfer semalam masi
h wajah tampan pria itu. Saya sudah gunakan untuk membayar SPP sa
nya. Bukankah kamu sudah dipecat dari pekerjaan sambilan ka
n beberapa pelayan meletakkan minuman dan beberapa makanan di atas meja semb
na bertanya pada Kai ya
a bicaranya, "Bukankah yang paling penting seb
ap Aruna sedi
erdengar lucu. Pria ini sedikit sul
iswa? Di ka
a pelan. Takut juga jika ada
?" Tanya Kai kemudian seraya mena
rse
h. Besok siang kamu harus sud
ini jika ingin bertemu?"Tolak Aruna cepat. Yang benar
begitu paham dengan kepribadian pria ini. Sepersekian detik dia punya sisi menye
geluarkan lembaran dollar dari dompetnya.
u! Okey! Saya pergi dulu," pamit Kai sambil tersenyum man
ng membuatnya merasa sangat penasaran dengan sosok pria itu. Padahal selama ini ia biasa saja dengan banyaknya pr
masalah uang kuliahnya dan semua kebutuhannya selama dua tahun ke depan. Ia hanya perlu berdoa agar
kan belum sehari ia kenal akan membawa perubahan untuk masa depannya.
*