Wanita Sang Presdir
arnya itu. Namun orang lain yang ada di dalam ruangan, yang tidak lain adalah asisten dari Alfa. Dapat
tu. Satu setengah tahun yang lalu adalah kali terakhir dia melihatnya. Dulu dua orang itu terlihat sangat serasi. Dimab
ecil yang tak terlalu mancung itu juga masih sama cantiknya. Namun keseluruhan dari
ondisinya menjadi drop sekarang. Dipandanginya lagi wajah cantik yang satu setengah ta
amkan mata. Mengenyahkan pikiran-pikiran yang ada. Lalu dia t
pada nenek bahwa Asha
ihat terfokus ke arah ranjang. Han memperhatikan gerak gerik sang atasan. Kenapa sampai tak bisa mengalihkan penj
engabari beliau me
keheningan. Namun Han tahu bahwa
ng sudah diabaikannya lebih dari satu minggu perintah
hari ke 9 saya diteror oleh teleponnya
Dan Han hafal sekali ada satu ponsel yang sudah ketinggalan zaman yang sangat disayangi oleh sang atasan. Yang selalu di simpannya di saku depan kemeja. Seakan setiap detiknya ia menunggu akan ada panggilan yang berdering dari ponsel itu
atasan sudah berdiri di depannya. Dan mengulurkan tapak tangann
rgerak dan menyerahkan
ofa itu. Dan awasi kondisi Asha. Secepat
mengerutkan ke
ha sadar, Han perlu memanggil dokter bukannya pak Alfa. Namun melihat wajah Alf
n memanggil Anda lebih
lau sang atasan akan marah. Syukurlah Alf
lirik ke atas ranjang.Rasanya ia ingin berucap sesuatu, namun menah
i. Di sini dia bersama sang mantan kekasih, t
Han tahu Karin itu sangat posesif, Han bahkan sampai pusing karena sikap Karin. Dia selalu ditanya di mana Alfa berada. Apa yang Alfa lakukan. Segalanya. Akan tetapi di muka umum tidak pernah sekalipun Alfa memperkenalkan Kari
sampai tak sadar yang di atas ranjang sudah membuka mata dan mulai mengge
h ranjang, tampak serak dan terbata-bata. Mata Han membulat pen
tanya. Namun Asha tak menjawab pertanyaan itu, l
Hal pertama yang ingin ia lakukan setelah membuka mata adalah mereguk air minum, agar
tunggu
cangkir. Setelah berhasil mengisinya denga
mulai basah dan merasa lebih baik. Dia menyerahkan itu kembal
sha dia sudah merasa l
a perlu memanggil dokter, dan juga pak Alfa. Anda tunggu di sini, saya tidak akan lama." Han mencerocos, k
ngg
linglung mantan kekasih dari atasannya itu. Asha terlihat mem
sha terlihat akan menyemburkan bara api dari matanya. Sebelum bara itu meletus, pintu terb
etika mengucapkan kata itu karena Asha
HANDUKU, LALU MEMBUAT
a kepada Alfa. Akan tetapi lelaki yang menjadi atasannya itu malah terlihat
Y
wabnya itu. Singkat, padat, je
iak Asha menggelegar.Bagaikan gnung yang me