I Love You Om Miliarder
selalu berkata jika untuk bisa melewati badai maka seseorang itu
ah dengan tindakan rasional. Pelajaran penting yang selama ini tertancap kua
*
sangat kudambakan mainan beroda dua itu. Selama ini mereka memang tidak pernah mengijikan dengan dali
gayuh dengan benar tanpa bantuan roda tiga. Berkat kegigihan
i pada akhirnya saat keadaan lengah aku nekad bersepeda jauh dari rumah. Sungguh menyenangkan, leluasa tanpa merasa terbatasi. Tepat saat itulah aku bertemu dengan s
-darah mengalir dari lutut, merasa sendiri dan kesulitan untuk meminta tolong, mungkin karena ini jugalah alasan m
k jauh seorang lelaki dewasa berjalan mendekat dengan langkah tergesa. Dia be
mengusap sisa air mata di pipi menggunakan tangan kekar i
nggung indah miliknya. Sejak saat itu aku selalu memikirkan dia dan berharap akan dipertemukan kembali. Perlakuan sederhananya mampu mencu
yum sama seperti saat pertama bertemu, mata merah juga terlihat sembab. Sisa air mata terlihat sungguh jelas. Aku terkesiap. Oh Tuhan, apa yang terjadi p
a saat lalu berusaha melengkungkan gar
an rasa penasaran. Duduk di sampingnya.
ya meng
rkan bantuan padanya mesk
ak-acak rambutku. "Luka
nap
ng terluka," jawabnya s
ru-buru menepis dan mengalihkan topi
ir. "Karena hari ini ada
jah dan berusaha berpikir ke
rapinya terlihat. "Anak kecil, t
ju dan menyerahkan benda itu padanya. "Ini mainan kesa
dengan kerutan keni
kan ke bawah menekan ujung hingga kodok itu mel
sembari meraih
Kalau Om sedih bisa dicoba, p
ni puny
itu lagi, aku tidak pern
Pujinya menco
*
a menatap Tuan
atnya?" tanyanya pelan. Ku
alah Om di ma
ar aku juga melakukan hal sama. Sekarang kami berdiri saling berhadapan
etelah pertemuan kedua itu kami memang tidak lagi saling melihat. Aku lupa sebagian memori setelahnya karena sebuah insiden yang hampir meren
teka-teki mulai tersusun. Sepertinya Tuan Marco masih berhubungan dengan apa yang terjad
i jaminan agar kelak menikahinya di usia dua puluh. Dia tidak seperti pangeranku dulu, mungkin
"Aku tidak perna
ya begitu
nap
tidak tau apa yang terjadi padamu saat itu. Untuk pe
at, sekarang Om bisa ceritakan s
urang menyenangkan?" Dia balik bertanya dengan satu alis terangkat.
enuh dengan teka-teki, terl
gi menghabiskan waktu di luar." Dia kembali berujar sem
h pada Tuan Marco. Pun kasihan jika usahanya berbuah
nku dan menggandengnya e
ku bisa merubah panggilan
keh. "Itu
erus bersama Tuan Marco. Baru beberapa langkah kami terayun, dia berhenti saat ponsel berbunyi. Melepas pegangan dari tangan segera me
ngguh minta maaf, sepertinya hari ini kita harus membatalkan r
a meski cemas. "
ngkat pada kening, membuat desiran aneh pa
*
ahal jarum jam sudah menunjuk ke angka delapan, tetapi sampai detik ini pun Tuan Marco belum kembali. Aku merasa cemas, kali
kembali bangkit berjalan ke arah jendela, menyibak gorden melihat pekaranga
idak, rasa takut akan kehilangan itu mendadak saja muncul. Mungkin ini efek kare
lang, padahal dia yang mi
ru kubuka berharap jika itu adalah dirinya. N
adar jika mata Ember terlihat sayu dan semba
ah tombak menusuknya secara brutal, gelegar petir di luar menj
dia sek
ah s