icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

I Love You Om Miliarder

Bab 4 Teka-Teki Itu Hampir Tersusun

Jumlah Kata:1332    |    Dirilis Pada: 25/07/2022

selalu berkata jika untuk bisa melewati badai maka seseorang itu

ah dengan tindakan rasional. Pelajaran penting yang selama ini tertancap kua

*

sangat kudambakan mainan beroda dua itu. Selama ini mereka memang tidak pernah mengijikan dengan dali

gayuh dengan benar tanpa bantuan roda tiga. Berkat kegigihan

i pada akhirnya saat keadaan lengah aku nekad bersepeda jauh dari rumah. Sungguh menyenangkan, leluasa tanpa merasa terbatasi. Tepat saat itulah aku bertemu dengan s

-darah mengalir dari lutut, merasa sendiri dan kesulitan untuk meminta tolong, mungkin karena ini jugalah alasan m

k jauh seorang lelaki dewasa berjalan mendekat dengan langkah tergesa. Dia be

mengusap sisa air mata di pipi menggunakan tangan kekar i

nggung indah miliknya. Sejak saat itu aku selalu memikirkan dia dan berharap akan dipertemukan kembali. Perlakuan sederhananya mampu mencu

yum sama seperti saat pertama bertemu, mata merah juga terlihat sembab. Sisa air mata terlihat sungguh jelas. Aku terkesiap. Oh Tuhan, apa yang terjadi p

a saat lalu berusaha melengkungkan gar

an rasa penasaran. Duduk di sampingnya.

ya meng

rkan bantuan padanya mesk

ak-acak rambutku. "Luka

nap

ng terluka," jawabnya s

ru-buru menepis dan mengalihkan topi

ir. "Karena hari ini ada

jah dan berusaha berpikir ke

rapinya terlihat. "Anak kecil, t

ju dan menyerahkan benda itu padanya. "Ini mainan kesa

dengan kerutan keni

kan ke bawah menekan ujung hingga kodok itu mel

sembari meraih

Kalau Om sedih bisa dicoba, p

ni puny

itu lagi, aku tidak pern

Pujinya menco

*

a menatap Tuan

atnya?" tanyanya pelan. Ku

alah Om di ma

ar aku juga melakukan hal sama. Sekarang kami berdiri saling berhadapan

etelah pertemuan kedua itu kami memang tidak lagi saling melihat. Aku lupa sebagian memori setelahnya karena sebuah insiden yang hampir meren

teka-teki mulai tersusun. Sepertinya Tuan Marco masih berhubungan dengan apa yang terjad

i jaminan agar kelak menikahinya di usia dua puluh. Dia tidak seperti pangeranku dulu, mungkin

"Aku tidak perna

ya begitu

nap

tidak tau apa yang terjadi padamu saat itu. Untuk pe

at, sekarang Om bisa ceritakan s

urang menyenangkan?" Dia balik bertanya dengan satu alis terangkat.

enuh dengan teka-teki, terl

gi menghabiskan waktu di luar." Dia kembali berujar sem

h pada Tuan Marco. Pun kasihan jika usahanya berbuah

nku dan menggandengnya e

ku bisa merubah panggilan

keh. "Itu

erus bersama Tuan Marco. Baru beberapa langkah kami terayun, dia berhenti saat ponsel berbunyi. Melepas pegangan dari tangan segera me

ngguh minta maaf, sepertinya hari ini kita harus membatalkan r

a meski cemas. "

ngkat pada kening, membuat desiran aneh pa

*

ahal jarum jam sudah menunjuk ke angka delapan, tetapi sampai detik ini pun Tuan Marco belum kembali. Aku merasa cemas, kali

kembali bangkit berjalan ke arah jendela, menyibak gorden melihat pekaranga

idak, rasa takut akan kehilangan itu mendadak saja muncul. Mungkin ini efek kare

lang, padahal dia yang mi

ru kubuka berharap jika itu adalah dirinya. N

adar jika mata Ember terlihat sayu dan semba

ah tombak menusuknya secara brutal, gelegar petir di luar menj

dia sek

ah s

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka