Bukan Istri Truth or Dare
d, ponselnya tiba-tiba saja ditelepon oleh pihak laboran, memberitahu kalau Fira dilarikan ke UGD karena tak sadarkan diri. Fakta bahwa Fira m
ekitar satu jam lebih. Tetapi, karena dalamnya pedal yang Rasya tekan, membuat waktu menj
al berhenti di parkiran, tak peduli jika itu terlalu tengah, dan menghalangi kendaraan lainnya. Rasya langsung berla
sinya udah lebih baik? Dokter bilang dia kenapa?" Belum juga pertanyaan perta
lumnya dokter sampaikan. "Ternyata Mbak Fira belum makan dari
rang Fira u
selesai diracik," jelasnya dengan telaten. "Sebelumnya mohon maaf, Pak. Saya i
sung menghampiri ranjang Fira di UGD. Perempuan itu terlihat masih lemas, kerudu
hnya kembali datar, seakan gengsi kalau sampai Fira tahu ia seperti orang kesetanan selama
a belum bisa berobat gratis? Cih! Saldo rekening Fira masih mampu untuk menembus obat dan biaya rumah sakit. Ulu hati ya
gelung itu dengan ramah menjelaskan kalau kondisi Fira sudah membaik dan tidak perlu dirawat inap. "Un
baik setelah medapatkan obat dalam bentuk suntik. Sayangnya saat perempuan itu berusaha untuk bangun, jilba
cepat menutup matanya. "Saya nggak liat," ucapnya yang langsung berbalik ke
ti kotornya yang sudah tidak suka pada seseorang makan akan sulit me
Rasya mengulurkan debitnya untuk membayar biaya rumah sakit Fita, tetapi karena perkataan lelaki itu tenta
saya a
lebih dulu menuju parkiran taksi. "Ish, Pak apaan, sih-" perotes Fira ketika pergelangan tangann
ekarang bagian Rasya yang seperti kehilangan fungsi pendengaran dan terus membawa Fira m
ia datar itu. Rasnya sebelum kejadian tadi pagi, Rasya masih sedikit ber
i antar ke rumah kam
ang ia klaim sebagai lawan. Rasya memang atasannya, tetapi perkataan meremehkan pria itu tadi pagi adalah lawan tangguhnya
ada jug
LOO
m mulut Fira. "Iya, iya, saya antar ke
-
knya juga terlihat sangat sigap, jaga-jaga kalau si bungsu itu lompat ke kolam ikan. "Dia kerasukan apa, sih?" gumamnya yang sedikit berjengit saat me
s .
nding. Pria itu bahkan sudah merapalkan beberapa surah pendek di dalam hati.
nta maaf, ya, kalo b
berubah, Si anak tengah itu duduk bersila berhadapan dengan Rasya di sisi gazebo lain. "Kagak punya salah aja kita kaum adam tetep h
g kakak ipar lalu menikmati bolen pisang dan hidangan lainnya. "Dia karyawan b
Rasyid ini seniornya Mas Hanan di kampus, ia cukup sering menerima keluhan karyawan adiknya yang membuat bayak pekerja sakit mental. "Dulu ada yang lapor sampe harus ke
dungnya yang tidak gatal. "Ini gue
?" tuduh Mas Rasyid yang langsung ingat perempuan yang fotonya Mama kirim ke grup
ertanyaan seperti itu. Ia berlagak menikmati boleh buatan kakak ip
ntang kelakuan adiknya itu. "Jadi, namanya siapa?" tanynya tak ada niatan un
paling tidak suka kalau hal-hal memalukan darinya diketahui oleh orang rumah.
ain perkataan anadalan Rasya kalau ditegur tidak enak. "Ini lo b
andaskan kopi hitam di cangkirn
mpuan itu sampe bisa bikin Es Batu yang sering
gak
menahan sang adik pergi. "Bener nggak suk
gga
ue nganggur,
akana itu pasti bagunan yang Rasya incar, tetapi justru didapatkan oleh kakaknya. Sudah beberapa tahu
n senyum miring yang terbit di w
kukan, penthouse itu incarannya sejak da
rumah tangga lo berjalan lacar selama enam b
langsung terbi
oan
n ini kita k