KOTRAK CINTA DENGAN CEO TAMPAN
n situ saja, Pak," tutur Dav
k Budi menganggu
minta berhenti di depan sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari club tempat sahabatn
il uang lembaran berwarna biru dari dompe
alus, "gak usah, Neng. Bapak hanya
sampai sini. Lagian, Pak Budi kan sedang bek
na. Karena ia tahu, uang dari jerih payahnya selalu d
sebagai anak sendiri. Jadi, anggaplah ini sebagai tanggung jawab dari Bapak ke anaknya." Pak Budi m
ayang dari seorang ayah. "Terimakasih, Pak. Semoga Tuhan mengganti k
. Hati-hati, semoga Neng Davi
Baru saja ia akan melangkahkan kak
en
badannya menatap Pak Budi yang
e rumah. Dengan senang hati, Bapak pasti akan membantu." P
erbaiknya. "Terimakasih, Pak. Davina pasti akan ingat pe
atiran lalu menyalakan mesin motornya dan segera b
berada di depan kafe dan club terlihat padat oleh kendaraan yang di dominasi oleh kendaraan
ah suara. Salah satu dari mereka memindai Davina dari atas hingga bawah. Mungkin ia heran melihat seorang gadis berada di area club dengan memakai
pam tersebut, merasa kikuk. Ia tahu, jika tidak ada orang yan
bantu?" tanya salah seo
Em, saya mau ketemu sama sa
dari luar kota, itu?" tebak s
Davina dengan senyum merekah. Ia tak menyangka jika Rena-
uk lewat pintu belak
pintu masuk yang berada di belakang club. Se
ah takut aja, kalau satpam disini galak,' batin Da
malam tempat dimana Rena bekerja adalah club terbesar yang berada di kota tersebut. H
pegawai di dalam yang memakai seragam hitam merah disana." Satpam
," sahut Davina s
uk ke dalam club. Aroma bau rokok langsung menyengat masuk ke dalam rongga hidung. Davina refleks
sengaja menyaksikan sepasang perempuan yang sedang berpelukan sambil saling menautkan bibirnya dan meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti irama musik yang membuat Davina merasakan sakit di telinganya. Selain itu, ia pun melihat sepasang laki-la
ak memakai baju. Ada yang sambil menghisap rokok, ada pula yang sambil memegang botol minuman keras yang membuat mereka kehilangan akalnya. Mata Davina menatap ke arah panggung, ia m
ih, pemandangan yang sangat menjijikkan. Apa mereka semua tidak bisa menikalmati hidup yang sebenarnya?" Davina berbicara pada dirinya sendiri
andangannya dan ingin segera menemukan teman dekatnya itu. Tiba-tiba
a salah satu pegawai disini. Kenapa aku bisa melupakan itu. Da
berseliweran sambil membawa nampan yang berisi minuman. S