Hijrahnya Sang Kupu-kupu Malam
verything is done." Giliran Nana yang memotong omongan Fauzi. Wanita berlesung pipit itu me
aya mohon jangan digugurkan. Saya bersedia tanggung ja
u hamil, sini, ah." Nana merampa
*
a yang baru ia ketahui bernama Nana itu bercerita kalau ia sengaja menjebak Fauzi. Nana bilan
n dosa. Ya Allah ampuni hamba," lirih Fauzi
dengan seorang wanita malam. Wow, apa aku baru saja melihat j
yang tengah memandangnya bergantian deng
zi maupun orang yang menatap sinis ke arahnya. Namun, Nana merasa familiar dengan
i yang kamu bayangin
dan uminya selalu saja membanggakan Fauzi dan terus menuntutnya untuk bisa seperti Fauzi. Sekarang apa yang ia li
mencercanya. "Kenapa? Memang benar, kan? Kamu
a percuma. Apa yang dikatakan Zakka
, Abah sama Umi mau kamu pulang." Fa
h pergi. Fauzi yang melihatnya segera mengikutinya,
hui mobilnya dan mobil Fauzi bersebelahan, dia jadi tidak bisa kabur. S
tin gue!" be
o Fauzi ti
ngerti!" kesal Fauzi sembari masuk ke
*
ekik Fauzi ketika melihat banyak sampah da
embantu yang bersihin," balas Zakka kesal sembari
ah abahnya di desa. Kalau mengingat-ingat lagi, amarah itu pasti kembali. Namun, setida
mpat tidur, satu lemari besar, satu nakas, serta kamar mandi. Untungnya kamar itu bersi
aat mandi, ingatan tentang wajah Nana muncul. Saat di kelab, saat mencekokinya minu
auzi sembari menampar-nampar pip
a dan mengambil wudhu untuk sala
ya ia ceritakan pada Allah. Dosanya, pen
abuk, kan, semalam? Memangnya diterima salatmu?" tanya Za
Abang, hanya Allah yang berhak menilainya," jawab Fa
angan apartemen pada Fauzi. Tanpa mengatak
dur. Badannya pegal semua dan ia benar-benar le
ak polisi dan kerumunan orang. Beberapa teman seprofesinya berjejer di depan rumah. Nana bis
warga. Mami Riri adalah mucikari yang membantunya mendapatkan pelanggan. Dulu, Nana
mbari mengelus dada. Nana celingukan untuk memastikan situasi aman
ngan Rolex yang ia curi, cukup untuk hidupnya selama sebulan. "Lumayan, off dulu, ah,
di Mangga Besar. Nana terbiasa dengan semua itu. Bahkan ketika melihat bayi tergeletak di lantai yang menangis terjerit-jerit sedang kedua orang tuanya sibuk berte
m saja, Jakarta begitu panas. "Kayaknya gue lupa sesuatu," monolog Nana sembari berpikir, tetapi ia sama sekali ti
keberapa kali Zakka pulang membawa wanita malam. Fauzi menahan diri untuk tidak menghajar adiknya,