Hijrahnya Sang Kupu-kupu Malam
i terkekeh dengan premis yang dipraktekkan Ustadz Handy dalam ceramahnya. Fauzi berhenti salat dz
jam tiga, sehingga memutuskan untuk mencari masjid untuk
a uang. Ia jadi teringat dengan salah satu ayat Al-
alam hati. Hidup di keluarga yang memadai, dan lingkungan kaya ilmu karena hidup di
mobil dan memantau, berkali-kali istighfar karena melihat banyak wanita yang berpakaian m
etika melihat Zakka benar-benar datang ke kelab tersebut. Memakai jaket biru dan celana jins, adik
zi berniat keluar ketika menyadari sesuatu. Peci putih dan baju kokonya, pakaian khas
yisakan kaos putih polos. Ia lalu mengambil jaket
an sosok Zakka di depan kelab, tadi sepertinya adiknya
b. Ini pertama kalinya ia pergi ke tempat
aikum, Bang?" sa
ang Fauzi aneh. Siapa pula yang datang ke
suk ke dalam, karcis
ekeliling Fauzi tertawa terbahak-bahak. Sejak kapan masuk kelab pakai ka
Mas?" tanya satpam
ya, Pak. Saya dari D
gedikkan bahu. "Tunjukkan KTP saja, Mas. Sebagai bukti
dari perawakan Fauzi saja ia sudah tahu Fauzi berusia lebih dari delapan belas tahun. Hanya saja, karena ini baru per
, tasbihnya bagus," kekeh satpam ya
u di lantai dansa dan bar yang sibuk melayani para tamu menjadi pemandangan pertama yang Fauzi lihat. Para manusia hilang akal yang sibuk bersenang-senang dalam kebahagiaan semu. Fauzi bahkan melihat
dak ia temukan. Asap rokok dan bau alkohol membuat Fauzi pusing dan mual. Fauzi
urang nyaman berada di sini?" ta
etapi kembali beristighfar ketika melihat betapa p
*
asa takut menjalar di hatinya. sedikit demi sedikit ingatan kejadian semalam te
ita bernama Asna atau yang biasa dipanggil Nana itu sembari men
h Nana dengan segera. "Aurat," lirih Fauzi g
selimut yang menutupi tubuhnya. Reaksi laki-laki yang semalam bersama dengannya i
. Nana turun dari tempat tidur, melangkah ke k
membuat Fauzi sedikit bernapas lega. Wanita yang gemar menyanyi itu men
elan. Ia tahu apa yang terjadi,
esi frustasi Fauzi benar-benar menghiburnya.
jawab," ucapnya pelan begitu sadar telah mel
a ia tengah bersama seorang perjaka, atau lebih tepatn
malam, memang pekerjaannya seperti itu. Buat apa laki-laki tampan di depa
elanjutkan pertanyaannya. Ia tid
sandar pada bantal yang ia susun. "Tapi aku lebih suka dipanggil kupu-kup
auzi. Ia enggan mendengarkan ocehan Nan
u pernah melakukannya." Wanita itu menatap Fauzi
, tega sekali k