icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Business Married

Bab 5 Sang Dewi

Jumlah Kata:2041    |    Dirilis Pada: 03/07/2022

mendengar dari Aileen tentang pengakuannya. Arizo terban

membuatnya sedikit kehilangan kesadaran. Ia mendengar geledak suara roda berputa

n Zen persis, sehingga ia bisa menatap Zen dengan matanya yang

loe udah setuju akan melakukannya. Masalah ibu dan istri loe, kalau loe n

ya sengit. Arizo tampak tenang, sama sekali tak kelihatan takut. Secara

a alkohol. Arizo tak terpengaruh, ia mencengkram lengan Zen. Keduanya s

berkata datar, ada nada memohon meski Zen tak

sampai loe meminta gue

takut dia sakit karena hal ini. Istri loe mungkin bisa loe jelaskan baik-baik. Pern

tapi bagi Zen, terlalu sulit untuk memutuskan. Zen sedang tak ingin membicarakan apapun dengan Ariz

kan kunci mobilnya di meja, ia menyeberangi ruangan menjangkau jas c

?" Tanya Arizo, ketika melihat

pun di depannya. Terdengar Arizo memanggil Evon. Pria berbadan besar dengan pakaian

i kita minum lagi." Zen menc

ggerakan kursi roda

ulang, biar d

a." Evon memap

muran," kata Zen diiringi tawa. Evo

Zen masih menceracau setengah tak sadar. Evon membawa mobil

n di tengah sepinya perjalanan. Zen menggerakan kepalanya, menatap sa

a Arizo akan tetap memaksakan kehendaknya. Gue

enginjak gas lebih dalam, hingga mobil Zen

Tanya Evon lagi, Ze

ataannya. Ia memandang Evon dengan tatapan curiga. Zen berusaha me

ahu Na

ia membalas tatap Zen

keberadaan mama loe. Gue mendapati loe ternyata sudah menikah dengan seorang wan

ir, ia hanya menghela menarik

. Evon hanya menggeleng serius. Ia ter

a sudah benar-benar tak sadarkan diri. Terakhir yang diingatnya, Evon melemparnya di

e, gue yakin loe nggak be

*

nya. Ia tak secantik Aileen yang selalu merawat keindahan parasnya. Naira hanya gadis kampung, yang

awalnya ia menolak menikahinya, karena ia menganggap Naira hanya gadis des

terpikat dengan kehadiran dan sikapnya yang santun. Zen akhirnya menika

a tinggal bersama Naira. Entah kenapa, terbesit begitu saja, ia har

a terlihat mengikat rambutnya keatas membentuk cepolan. Zen yang sedang memperhatikannya, melihat lekuk

dimasakan sesuatu?" Tanya Naira. Zen sempat terpaku sebentar, merasakan setr

akan makan apa y

bagai seorang suami. Biasanya ia hanya sekedar menengok mama sebagai putranya, dan Naira biasanya hanya membantu sewajar

p canggung. Keluguannya membuat Zen terkesan padanya, ia tak bisa membayangkan

i saja, aku aka

ar, ia mengenakan baju stelan blouse dan rok panjang, nyaris menutupi semua kulitnya. Hanya

en sambil menunduk. Zen mengawasinya sesaat,

elewati pintu. Naira berhenti sejenak menat

aat keluar rumah?" Tanya Zen. Naira menegaka

yang sal

, jari telunjuknya teracu

u selalu mengi

sih di cepol tinggi. Naira meman

ang

g ketika Zen menarik ikat rambutnya hingga rambutnya langsung bebas tergerai. Zen bisa me

mbil menyodorkan ikat rambut Naira diatas telapak tangannya. Naira tak bergeming sesaat. Zen m

jantungnya sendiri. Ia mengambil ikat rambutnya dengan tangan gemetar

sebagian rambut depan Naira dan menariknya kebelakang. Naira me

Zen menyusuri bibir merah Naira dengan ibu jarinya. Refleks, Naira membuka sedikit mulutnya, mengeluarkan

rkan segalanya. Zen akan memaki siapapun yang menelponnya disaa

s. Ta..takut keburu siang

ra, tapi pada momen tepat dimana ia seharu

n handphonenya. Ia sedang tak ingin terganggu olehnya, dan tentang p

sudah tak terlihat. Ia memutuskan kem

lemah, namun wajahnya tampak sehat. Melihat keda

um tangannya, dan mama membalas dengan merengkuh Zen dalam pelukan kemudi

nya Zen sambil melepas peluk

sehat. Apa kamu sudah bertemu Nai

i di depan. Dia sedang ke p

ama mulai sakit secara fisik sejak dua tahun terakhir. Sempat terjadi cidera otak beberapa bulan lalu

a Mama. Zen tak langsung menjawab. I

ama tersenyum kecil sambil meletakan tangannya di pundak

eringat papa. Kejadian tak terlupakan yang

Mama mulai menangis pilu. Zen tahu akan terjadi seperti ini, mama selalu mengingat papa setiap ia bertemu denganny

Zen menenangkan. Tak selalu berhasil namun cuk

kejadian yang

ntah untuk menikahi Aileen, demi perebutan warisan. Tentu ia akan dijadikan korban dalam keluarg

ti saat mama kehilangan papa. Mama yakin, pap

a sibuk berfikir, bagaimana ia bisa lolos dari situasi ini,

ampun pada Ganesha. Zen melihat dan mendengar, ketika Ganesha menyuruh papa untuk berbuat sesuatu untuknya demi menebus kesalahan papa. Ketika pap

ma, Zen akan pilihkan rumah sakit terb

gapan yang sudah berulang kali men

sini, jauh dari kota,

kut melihat mamanya yang semakin ringkih dan rapuh. Zen tak berani berkata yang sebenarnya, bahwa Giantara mengin

a. Zen menahan nafasnya. Mama selalu menanyakan hal itu.

um,

ah di penjara kemudian di bebaskan. Mama mengira ia akan segera bertemu papa begitu kabar pembebasannya te

bali sedih dan menangis. Zen hanya bisa merengkuhnya menenangkan. Itu sudah terjadi dua puluh tahun lal

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka