Business Married
mendengar dari Aileen tentang pengakuannya. Arizo terban
membuatnya sedikit kehilangan kesadaran. Ia mendengar geledak suara roda berputa
n Zen persis, sehingga ia bisa menatap Zen dengan matanya yang
loe udah setuju akan melakukannya. Masalah ibu dan istri loe, kalau loe n
ya sengit. Arizo tampak tenang, sama sekali tak kelihatan takut. Secara
a alkohol. Arizo tak terpengaruh, ia mencengkram lengan Zen. Keduanya s
berkata datar, ada nada memohon meski Zen tak
sampai loe meminta gue
takut dia sakit karena hal ini. Istri loe mungkin bisa loe jelaskan baik-baik. Pern
tapi bagi Zen, terlalu sulit untuk memutuskan. Zen sedang tak ingin membicarakan apapun dengan Ariz
kan kunci mobilnya di meja, ia menyeberangi ruangan menjangkau jas c
?" Tanya Arizo, ketika melihat
pun di depannya. Terdengar Arizo memanggil Evon. Pria berbadan besar dengan pakaian
i kita minum lagi." Zen menc
ggerakan kursi roda
ulang, biar d
a." Evon memap
muran," kata Zen diiringi tawa. Evo
Zen masih menceracau setengah tak sadar. Evon membawa mobil
n di tengah sepinya perjalanan. Zen menggerakan kepalanya, menatap sa
a Arizo akan tetap memaksakan kehendaknya. Gue
enginjak gas lebih dalam, hingga mobil Zen
Tanya Evon lagi, Ze
ataannya. Ia memandang Evon dengan tatapan curiga. Zen berusaha me
ahu Na
ia membalas tatap Zen
keberadaan mama loe. Gue mendapati loe ternyata sudah menikah dengan seorang wan
ir, ia hanya menghela menarik
. Evon hanya menggeleng serius. Ia ter
a sudah benar-benar tak sadarkan diri. Terakhir yang diingatnya, Evon melemparnya di
e, gue yakin loe nggak be
*
nya. Ia tak secantik Aileen yang selalu merawat keindahan parasnya. Naira hanya gadis kampung, yang
awalnya ia menolak menikahinya, karena ia menganggap Naira hanya gadis des
terpikat dengan kehadiran dan sikapnya yang santun. Zen akhirnya menika
a tinggal bersama Naira. Entah kenapa, terbesit begitu saja, ia har
a terlihat mengikat rambutnya keatas membentuk cepolan. Zen yang sedang memperhatikannya, melihat lekuk
dimasakan sesuatu?" Tanya Naira. Zen sempat terpaku sebentar, merasakan setr
akan makan apa y
bagai seorang suami. Biasanya ia hanya sekedar menengok mama sebagai putranya, dan Naira biasanya hanya membantu sewajar
p canggung. Keluguannya membuat Zen terkesan padanya, ia tak bisa membayangkan
i saja, aku aka
ar, ia mengenakan baju stelan blouse dan rok panjang, nyaris menutupi semua kulitnya. Hanya
en sambil menunduk. Zen mengawasinya sesaat,
elewati pintu. Naira berhenti sejenak menat
aat keluar rumah?" Tanya Zen. Naira menegaka
yang sal
, jari telunjuknya teracu
u selalu mengi
sih di cepol tinggi. Naira meman
ang
g ketika Zen menarik ikat rambutnya hingga rambutnya langsung bebas tergerai. Zen bisa me
mbil menyodorkan ikat rambut Naira diatas telapak tangannya. Naira tak bergeming sesaat. Zen m
jantungnya sendiri. Ia mengambil ikat rambutnya dengan tangan gemetar
sebagian rambut depan Naira dan menariknya kebelakang. Naira me
Zen menyusuri bibir merah Naira dengan ibu jarinya. Refleks, Naira membuka sedikit mulutnya, mengeluarkan
rkan segalanya. Zen akan memaki siapapun yang menelponnya disaa
s. Ta..takut keburu siang
ra, tapi pada momen tepat dimana ia seharu
n handphonenya. Ia sedang tak ingin terganggu olehnya, dan tentang p
sudah tak terlihat. Ia memutuskan kem
lemah, namun wajahnya tampak sehat. Melihat keda
um tangannya, dan mama membalas dengan merengkuh Zen dalam pelukan kemudi
nya Zen sambil melepas peluk
sehat. Apa kamu sudah bertemu Nai
i di depan. Dia sedang ke p
ama mulai sakit secara fisik sejak dua tahun terakhir. Sempat terjadi cidera otak beberapa bulan lalu
a Mama. Zen tak langsung menjawab. I
ama tersenyum kecil sambil meletakan tangannya di pundak
eringat papa. Kejadian tak terlupakan yang
Mama mulai menangis pilu. Zen tahu akan terjadi seperti ini, mama selalu mengingat papa setiap ia bertemu denganny
Zen menenangkan. Tak selalu berhasil namun cuk
kejadian yang
ntah untuk menikahi Aileen, demi perebutan warisan. Tentu ia akan dijadikan korban dalam keluarg
ti saat mama kehilangan papa. Mama yakin, pap
a sibuk berfikir, bagaimana ia bisa lolos dari situasi ini,
ampun pada Ganesha. Zen melihat dan mendengar, ketika Ganesha menyuruh papa untuk berbuat sesuatu untuknya demi menebus kesalahan papa. Ketika pap
ma, Zen akan pilihkan rumah sakit terb
gapan yang sudah berulang kali men
sini, jauh dari kota,
kut melihat mamanya yang semakin ringkih dan rapuh. Zen tak berani berkata yang sebenarnya, bahwa Giantara mengin
a. Zen menahan nafasnya. Mama selalu menanyakan hal itu.
um,
ah di penjara kemudian di bebaskan. Mama mengira ia akan segera bertemu papa begitu kabar pembebasannya te
bali sedih dan menangis. Zen hanya bisa merengkuhnya menenangkan. Itu sudah terjadi dua puluh tahun lal
*