Gulai Daging Ibu
mil
Dagi
ar
R.D.L
at banyak orang yang rela antri untuk mencicipi. Tak
atanya gurih dan membuat lidah bergoyang, menjadi
h menantu miskin yang selalu di hinanya itu. Sedikit
au muntah," Sarinah berdecak kesal. Tubuhnya masih teram
tetangga sebelah masa
bantu keseharian mereka. Padahal Sari kasihan, Mbak Parni dan anak-anaknya pasti sering kelaparan,"
wa sial. Buktinya tu abangmu lumpuh dan tak bisa bekerja. Makan tidur,
punya banyak warisan, kasih lah dikit untuk Bang Gito, biar Mbak Parn
lan enak aja ga ada mikir mau kasih mertua
r nanti cuma dapet hinaan, buat apa," Sari serta merta bangkit.
knya amat baik. Itu karena Dewi bekerja di kantor besar da
ganter ya sudah! aku pergi sendiri!" Mak mem
yang pergi. Mak tu
k mau
engalah karena mendapat ancaman
elangkah ke arah motor, mengikuti lan
otor sudah menyala. Rumah kakaknya yang berada di desa sebelah memb
alah satu bibirnya. Ada yang sesuatu di dalam hatinya. Ia bukan hanya sekedar ingin
kita masuk area pemakaman," Sari berulang kali menyentuh tengkuknya. Merasakan gel
ngotot dan menolak pulang. Alhasil Sari tetap melanj
at darah Sari berdesir seketika. Jantungnya bergemuruh kencang. Sari yang di dera rasa takut yang teramat sangat tanpa sadar menggas motornya hingga
" teriak Halimah saat mereka
i ia menarik napasnya susah payah, ia bis
yaan mamaknya, rungunya mendengar su
--oek
ngkin ada bayi ditempat yang penuh dengan pepohonan rindang dan ilalang yang ti
k di depan komplek makam menatapnya heran dan bertanya-tanya. Ia menggaruk kepalanya
i makam bersama beberapa orang yang berjaga. Mereka duduk sembari menyantap gor
g meninggal dunia. Kasus pencurian mayat belum terungkap dan itu membuat semua orang takut. Banyak yang berspekulasi jika itu
*
guasai dirinya. Ia terlihat enggan untuk masuk ke rumah ipar yang su
malam," Halimah menekan suaranya ag
jan di warung depan untuk anak-anak B
dekil bin kumel seperti mereka," gerutu Halimah berniat menc
mak," tanpa menunggu jawaban mamaknya, Sari memutar motor dan melaju dengan kencan
ucapannya. Ia lalu berbalik dan melangkah menuju rum
benci. Kalau tidak karena rasa penasaran yang begitu tinggi, ia tak ingin sedi
tok
sedikit bergetar karenanya. Berulang kali ia memanggi