Dia, Lo, Gue
ur ayam. Niatnya sih seperti itu tadinya. Tapi, rupanya aku tertidur sungguhan. Untu
Los Angeles' kecil di bagian dada dan celana katun warna abu-abu gelap. Aku memang bukan penggemar bahan jeans. Aku merasa risih kalau mengen
elevisi, para gadis langsung jatuh cinta karena keharuman pewangi ini. Hop
akan lancar." Aku pamit sambil m
u menjawab sambil tertawa kecil. Ah, pasti
awab Ibu sambil
i berdebar. Untung saja hari ini tidak hujan walau terlihat sedikit mendung
enungguku di sana. Setiba di depan area bioskop, aku melihat ke sekeliling. Tidak ada bayangan Melia di sana. Hanya ada be
an memastikan apakah dia jadi nonton atau tidak. Kalau jadi, dia sudah sampai mana? Karena aku lihat jadwal f
h nyampe, ya?" Suara gadis pujaanku di seberang
adis itu sedi
oskop, Mel. Kamu mau minum apa,
tir lo. Tunggu gue nyam
ta." Aku masih berusaha untuk beradu argumen. Malu dong kalau seorang l
e balik pulang. Kita nggak jadi nonton!" Suara
elepon. Daripada nanti dia marah dan membatalkan acara kencan kami, lebih ba
asih bisa mengenali. Melia mengenakan kaos putih, sama sepertiku, dipadu dengan celana monyet pendek dari bahan jeans. Dia terli
lama nunggu." Mel
n sekarang atau mau makan dulu b
lai, sih. Mau masuk aja meskipun t
ak." Melia memegang pergelangan tanganku, lalu menariknya dengan santai. Dia tidak tahu kalau apa yan
gamati daftar film dan jam tayangnya di layar besar di belakang kas
obrol sambil makan aja, yuk. Gimana?" tanya
k. Buatku, apa pun, ke mana pun, itu tida
i yang sama dengan bioskop tadi. Aku mengikuti saja langk
dan lagi-lagi dia menarik pergelangan tanganku. Entah dia sa
untuk tempat nongkrong anak muda. Kupindai sekeliling, tempat itu cukup padat pengunjung. Tidak
aul. Sangat berbeda denganku yang tampil biasa-biasa saja. Nam
untuk camilan, kami memesan barbeque potato chips beserta seafood pizza berukuran kecil. Aku rasa, itu saja sudah
emang hanya memiliki dua buah kursi, seolah memang sudah disiapkan un
t ini biasanya susah banget buat dapet tempat duduk
g, Mel. Diridhoi Tuhan
itu tertawa. Aku tidak tahu apa yang dia tertaw
ton?" Melia kembali bertanya tentang bat
u nggak ada film yang sesuai dengan selera kita. Lai
nonton, malah lebih asyik sepertinya. Aku bisa memandang wajah cantik kamu
asih waras, kan?" Gadis itu tertawa meli
a, Mel, bisa keluar sama ka
ia. Aku lebih suka mendengarkan dia bercerita sambil melihat bibirnya yang terus bergerak seperti menari. Aku sudah cukup puas dengan menikmati karya Tuhan yang pasti butuh waktu sedikit leb
, hingga akhirnya aku memberanikan diri unt
olak aku pas itu. Mmmhh, kalau sekarang ... aku nembak kamu lagi, apa masih kamu tolak, Mel? Aku ben
kaan untukku. Memiliki kamu, bukan hanya sebua