Dia, Lo, Gue
akannya secara langsung. Tidak melalui surat seperti yang pertama dulu. Aku tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama. Siapa tahu,
h, nonton bioskop, yuk,"
" tanya Melia dengan tatapan tidak pe
uga kalau kamunya mau sih,
aran yang gue nggak ngerti. Anggap aja itu sebagai ucapan terima kasih dari gue ke lo. Itu syarat
n aku mau nembak dia, kataku di dalam hati. Tapi, ya
a? Aku yang ngajak, tapi aku juga yang ditrakti
n pulang sekolah langsung. Nggak enak. Gue mau ganti baju dulu,
dan keringetan. Dia pasti akan merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti itu. Aku harusnya bi
yang biasa dilakukan oleh para tentara. Aku kan memang mau maju perang. Peran
uga kencan sama Melia. Aku tersipu-
arti. Tak satu pun yang bisa aku mengerti. Di pikiranku hanya ada acara kencan dengan Melia sore nanti. Belum juga pulang sekolah, tetapi aku sudah
gas untuk meninggalkan ruang kelas. Beberapa dari mereka langsung menuju ke kantin dengan langkah terburu-buru karena sudah sangat kelaparan. Ada juga yang tergesa-gesa untuk segera makan siang karena ada j
ia. Kencan? Ah, aku jadi tersenyum sendiri memikirkan kata itu. Ini belum layak disebut kencan se
dan mengingatkan dia akan janji kencan kami nanti sore. Sebetulnya, itu untuk me
njang dengan warna hitam legam itu sam
k teman-temannya untuk pulang. Mereka memandang penuh selidik ke arah kami. Pasti mereka penasaran dengan apa maksud
l berbisik-bisik. Aku masih bisa mendengar bisikan Freya karena jarak kami meman
a aku, cukup ke tempat parkir motor dan sepeda biasa yang ada di sisi samping sekolah. Aku memacu sepeda motor bututku secepat mungkin. Motor tua warisan dari Ayah.
m," seruku setib
sa, Ibu selalu menyambut kedatanganku begitu mendengar d
a." Aku mencoba untuk berkilah. Malu rasanya kalau haru
Sudah lapar banget ini," kataku se
pi, nggak ada udangnya lho, Ga. Tadi Ibu kehabisan di tukang sayur. Jadi, ya cuman tahu saja isinya. Mau
n nggak ada tandingannya di dunia ini." Aku meletakkan tas di so
adalah orang yang paling hafal dengan porsi kami masing-masing. Bukannya kami ini pemalas, tetapi Ibu sendiri yang memang suka melakukan ha
an sekitar jam empat, ya," kataku sambil me
bu sambil meletakkan piring yang sudah lengk
cerita apa-apa." Aku heran, kenapa Ib
tersenyum semringah seperti ini kalau bukan Melia," jawab Ibu sambil tersenyum, membuatku menunduk malu. Aku m