Gairah Liar Sang Dosen
ya jemput kamu
ha tak bisa tidur. Bagaimana mungkin laki
a Edwin. Pasalnya, tidak mungkin Keisha mengatakan iya, p
win mengajaknya pergi bersama, lebih baik Keisha tidak udah tid
amu udah t
ya Keisha sekarang adalah, ia malah membuka apli
mana mungkin Keis
Pak. H
ya di atas kasur dengan kasar. Terlebih lagi saat centang abu-ab
ponselnya. Ia bisa melihat dari laya
elum, saya pesankan, mau?
k mungkin menari-nari senang karena sudah di perhatik
k saya jem
ke dalam ponselnya. Kali ini,
ga tak mungkin menerima ajakan Edwin. Bisa-bisa, seluruh ka
seadanya dengan berkata jujur bahwa dia takut
orang yang mengenali saya dan juga Bapak, lalu mengatakan kejadian yang mereka lihat pada istri Bapak. Se
ntuk tidur. Apa yang akan terjadi besok biarlah menjadi urusan esok hari. Sekarang Ke
*
sha!
terkejut hingga membulatkan matanya besar-besar sa
dulu mengetahui kos di ma tempat Keisha tinggal. Sungguh, Keisha mas
anyaan yang pertama kali keluar dari mulut K
eisha untuk mengatur napasnya. Bukan hanya sekali E
yang salah?" tanyanya dengan begitu santai pada
i mana?" tanya Kesya yang masih tidak perc
ing sekarang adalah, saya sudah berada di depan kamu untuk membawamu pergi bertugas menjad
ang menjauhkan tubuhnya dari Edwin karena lak
las laki-laki tersebut dengan mata y
tapi istri Bapak masih sah pasangan Bapak. Hal ini, sama saja Bapak sedan
u saja. Sekarang, kita rekan kerja, kan?
lu, menatap Edwin dengan begitu s
n. Saya pernah dikhianati, jadi saya tahu benar bagaimana rasanya. Tolong, Pak
i. Kamu hanya dikhianati oleh pacar kamu, tapi bisa langsung putus.
seperti ini mungkin karena rasa sakit yang ia derita. Keis
kit rasa sakit yang Bapak derita,"
, Kei." Edwin
Keisha melihat rasa sakit
ih ada, 'kan?" tanya Keisha
n tersenyum lebar dan dengan c
annya. Melainkan, ini bentuk permintaan maafnya pada Edwin karena
isha. Lalu, tas yang Keisha kenakan, Edwin a
saja tenteng saja," uc
agar kamu lebi
isha dan memastikan Keisha duduk dengan nyaman, baru
in yang mengkhianati laki-laki tersebut. Bukankah untuk seoran
ia baru juga mengenal Edwin. Jadi, tidak bisa mengamb
?" tanya Edwin yang
pan jika bangun saja hampir jam tujuh.
apan itu pen
sa sarapan pagi. Bisa membuat mual," jawabn
lanya. "Bagaimana kalau kita b
in dengan tatapan tidak percaya.
lagi, Pak? Maaf, say
ak biasa sarapan di rumah, suasana enggak enak. Kalau sama kamu,
ah karena perkataa