Enemies Wedding
asisten pribadinya membawa serangkai bunga semerbak. Oh, siapa pun akan mencinta
ovani. "Apa perlu saya buang lagi karangan bunga ini,
a abu-abu itu terang-terangan menyorot ganas. Hendak menerkam si pria
arahannya. Tangannya merambat ke kanan, menurunkan rangkaian itu, lal
ntak Lovani
l
beberapa kali jarinya di atas meja. Menunggu dengan gusar. Pupil abu-abunya
in
Gast
tersebut. Bibir seksi merah itu terukir senyum seringai. Mengusap bagian
n menjatuhkan Lovani Agastani ke dalam neraka. Dan ia ... sangat-sangat ingin mela
itu! Sebelum saya bakar sendiri di depan perusahaan Anda- tidak-t
engan kobaran kemarahan. Benar, orang seperti Lovani yang angkuh dan tidak takut apa pu
m suatu saat. "Dengar, Tuan Anja! Atau yang perlu saya sebut Tuan Brengsek! Lebih baik Anda simpan pikiran dan otak Anda
a kakinya yang saling lurus dan bertumpu di atas meja. "Kalau saya ingin bermain d
siapkan ultimatum seperti biasanya. "Anda salah target berbicara, Tuan! Saya ini Lovani Agastani! Pemilik perus
a Lo
"Kalau Anda sudah keterlaluan, saya juga akan bertindak. Ini terakhir kalinya
l
jadi pusat rasa pusingnya belakangan ini. Sudah berkali-kali hal ini
dipusingkan oleh masalah internal dirinya, ma
an itu tidak punya masalah sama sekali, sampai harus
! T
lagi Nona
mbari memijat keningnya, menyingkirkan makanan k
ang, bukan, sudah menggan
api Nona telah memotongnya terleb
pkan lagi punggungnya yang rileks, bersedekap
engan dokumen yang sudah saya tata rapi di atas meja rapat. Minuman Nona pun telah saya per
ya hingga berpunggungan dengan Saverane. "Baiklah. Saya akan menyusul lima bela
erasa baik-baik saja?
di depannya, yang mungkin saja pantulannya dapat terlihat dari sudut pandang Rane.
menunggu kedata
ngga dua kali ..., tiga kali ..., empat kali, barulah Lovani dap
li Lovani bekerja. Punggungnya kerap lurus, sejajar de
erhenti. Mengabur pun, yang ada d
sendiri. Ia akan terus membuatnya ma
a itu, tak akan ia biar
*
g-buang waktu untuk revisi! Pekerjaan ini seharusnya dapat sempurna dalam kurung wak
di dalam ruang rapat. Kertas-kertas berkliping itu
am membisu di samping Lovani. Tak berani berucap, membiark
n kepada Lovani. Tak ada yang berani membantah, tak ada yang berani menangkal. Dia
ggu apalagi kalian
da yang melupakan botol minumnya, ponsel, dan hal lainnya tertinggal
masih duduk menimpa sebelah kakinya di atas sebelah yang lain. Terj
erapa detik, sampai ponsel pem
a
engan bibirnya yang gemetar separuh-separuh. "Pergi, Rane.