icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pesan mesra Di Ponsel Suamiku

Bab 4 Hati yang Semakin Terbakar

Jumlah Kata:1515    |    Dirilis Pada: 10/06/2022

e mana, Mas? Dan sepertinya aku tadi melihat ada seseorang yang d

n denganku. Mungkin ia tak ingin jika aku melihat kegugupannya. Baru pertanyaan beg

rsenyu

as

nya sedang menyembunyikan kegugupannya. Akan tetapi, a

deh," ucapku dengan nada setenang mungkin, akan tetap

" Mas Yoga be

ungkukkan tubuhnya lebih dalam yang sepertinya sudah menyadari kehadiranku saat baru saja aku membuka pintu. Andai kata aku tak mengetahui saa

h sekali hingga salah lihat seperti itu," ucap Mas Yoga sembari terkekeh

n di dalam mobil. Aku masih ingat dia kayaknya pakai dress tanpa

memucat saat aku mengatakan pakaia

dalam mobil. Apalagi bagian dalam mobil lampunya mati. Mana

angan-jangan kamu tadi bawa orang mau ke rumah ini ya, Mas

, menandakan jika saat ini di

kit dari bibir ranjang, setelahnya aku

mau ke mana

kahku hingga akhirnya i

Yuk kita makan," ucap Mas Yoga yang sepertiny

nku, hingga membuat lan

ucap Mas Yoga masih dengan

h itu aku bikinkan makanan.

u melangkah ke luar rumah. Tak kupedulikan Mas Yoga yang terus mengikutiku,

ni dia sangat ke

a akhirnya kedua kaki tel

u mobil, setelahnya aku menolehkan kepala ke arahnya. Wajah itu se

u mobil, saat ingin me

ang

bil itu. Akan tetapi tak kuda

a penjuru, ingin mencari keber

udah keluar dari

nolehkan kepala ke arah kiri dan kanan, na

mbuskan na

ah. Saat kedua netra ini, terlihat dengan jelas seraut wajah itu ta

apun di sana, gendang telingaku nenangkap Mas Yoga sedang menghem

ap Mas Yoga setelah aku menghe

u tanpa alasan seperti itu?!" uc

rah ketika posisinya sudah terhi

Apalagi kamu pemilik rumah makan. Siapa tahu kan ada s

ti di atas kedua pundakku. Sejenak, kedua telapak tangan itu merem

tahu, itu sama saja kalau kamu tidak percaya denganku! Aku nggak su

yang berusaha mendekati suami orang, Mas

u menghembuskan napas berat sembari menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah-o

dan berpikir kalau aku seperti itu, maka jangan salahkan aku jika aku benar-benar seli

anya bisa tersenyum kecut. Lelaki itu marah kar

berpikir buruk kalau kamu tak mau keburukanlah yang terjadi! Jika kau

mendengarkan ucapan lelaki itu. Dengan tak

ali kucaci maki lelaki itu, membenturkan kepalanya ke tembok,

telah kami cari berdua. Tentu saja dengan cara yang bisa dibilang licik. Biar saja kali ini aku berpura-pur

li aku mengedarkan pandang ke segala penjuru. Memasti

elangkah masuk ke dalam rumah. Tujuan utamaku adal

memainkan ponselnya. Mungkin ia menghubungi sang kekasih pujaan hatinya. Mungkin ia khawa

naik ke ranjang, meletakkan ponsel yang tadi ia genggam ke bawah bantal. Setela

ebikkan

ng lalu menjejakkan kaki ini ke tubuh lelaki tak tahu diri itu. Ingin sekali kubeka

, berharap mampu kembali meno

u di bibir ranjang, di t

maafka

ng raut wajah penuh

as berat sembari mengubah

ih pungg

hingga akhirnya pikiran buruk itu terlintas dalam otakku, Mas. Aku jadi mencurigai kamu." Aku berbicar

Yoga sembari menyingkirkan

ar. Aku masa

tuduhan dan pikiran burukmu itu!" Mas

itu, pasti saat ini aku sedang menghib

r, Mas Yoga kembali mengubah posisinya. Memunggungiku. Aku tersenyum samar. Untung saja dia

sesak yang menyeruak saat memikirkan nasib rumah

ung di dinding. Hari sudah larut malam. Hingga

*

edua mataku. Berharap mampu segera mengumpulkan kesadaranku. Keningku berkerut tajam

aku melirik ke arah jarum jam. Ternyat

terbuka, aku bisa melihat tubuh Mas Yoga sedang berdiri di balik pintu

aku bisa mendengar ucapan demi ucapan yang dil

an memilih kamu, Sayang. Tapi semua butuh waktu,

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka