Adik Ipar Malang
Ba
ogram, ya. Totalnya seratus lima puluh ribu rupiah. Pul
il memberikan uang dua lem
Terima kasih. Silahk
mengambil bungkusan
sama yang berbau apel?"
eh makan apel?" tanyaku dengan muka sedih. Akhir-a
. Makanya aku jadi ingin sekali makan buah apel ata
mini market. Sindi berlar
boleh," jawab Sindi sambil nye
terus berjalan hingga kami sampai di perempatan.
i, ya." Aku melambaik
ending besok kamu nggak usah berangkat sekolah. Aku khawatir tau, saat kamu
adi pagi aku pingsan di sekolah. Saat akan diperiksa
sampai di rumah. Dah." Kutinggal saja Sindi yang ma
ku masih bersekolah, kelas 1 di salah satu SMA Negeri di Jakarta. Yan
idiani. Dia sudah menikah dan tinggal bersama suaminya, Kak
olah. Buah apel segar diletakkan di dalam kulkas, sedang jus apel kemasan akan aku bawa ke kamarku sendiri.
sepi. Ibu harus memantau ketiga mini marke
tubuhku ini. Akhir-akhir ini aku sering sekali mu
ah duduk di atas ranjang tidurku. Tu
rjalan mendekati Ayah, dan
ampakkan sedih dan kecewa. Tatapannya sangat tajam mengarah ke
ngapa aku merasakan firasat bur
nda ini, Lilis!" teriak Ayah s
ah, juga karena benda yang diperlihatkan oleh Ayah. Tubuhkenda keramat bagi wanita yang sudah menikah, akan membuatnya merasa s
ekarang. Tapi, sebagaimana aku menyembunyi
itu. Benda yang aku harap berga
iam saja!" bentak Ayah samb
ah tak menyangka kamu bisa melakukan perbuatan
ucegah. Sungguh, Ayah tidak pernah salah dalam mendidikku. Ayah adalah
yang seperti Ayah. Setia, penyayang, tegas, dan bertanggung jawab. San
aafkan a
ku. Karena dari dulu, aku paling dekat dengan Ayah. Saat Ibu harus lebih banyak memberikan waktunya untuk K
?" Kulihat mata Ayah terbelala
ban. Dari dulu aku tak pern
h ..." Ayah me
anya?" tany
bulan,"
a nafas panjang, masi
kamu melakuk
Sungguh, aku melakukan ini bukan
itahu ayah dari janin
ng ingin aku keluarkan seaka
lis!" ben
tahunya, Ayah. Aku tidak bisa meminta pertanggungjawaban
a tida
ah beristri," c
k. Aku semakin menunduk, tak
sudah tidak ada laki-laki lajang di luar sana sehing
ri pelukanku di kakinya. Kemudian mendudukkan dirinya dengan
ututku mengikuti Ayah
u, karena aku masih menunduk. "Kenapa kamu sampai melakukan itu, Lis? Apa kamu masih kurang dengan materi dan fasil
kepalaku berkali-kali. Sungguh aku tidak seperti ya
aku tak ingin membuat gempar penghuni rumah ini.
alah orang yang sangat Ayah ban
uh belas tahun yang masih bersekolah kelas 1 SMA. Bahkan
eperti Ayah pikirkan!" Aku harus membela diriku. Ba
hamil?" Suara Ayah sedik
aku diperk*sa?" Aku be
Anak bungsu yang dijaganya dari semenjak bayi,
ngan kata-kataku. Kalau Ayah saja tidak per
iperk*sa? Apa kam
hasil membohongi Ay
i Ayah. Aku menatap tepat pada mata Ayah.
k*samu sampai kamu hamil seper
... di
pa pun lagi. Yang aku ingat hanya tubuhku rasanya
*