Gadis yang Dikurung Selama Dua Puluh Tahun
upaya menjauh dari jendela. "Ngapain kamu ngintip
. "Kenapa Ibu melarangku keluar dari rumah dan bertemu dengan sem
tidak usah banyak tanya. Turuti saja semua p
i, B
. Ibu melakukan semua ini karena ibu sangat m
angguk sembari menatap wajah sang i
"Ya sudah, sekarang kamu main aja di sini. Dan inga
u kembali mengangguk. Kemudian, sang ibu pun pe
*
ke arah jendela. Sudah bertahun-tahun pria itu mengidap penyaki
ie
as air putih. Pria tua tadi pun sontak berusaha bangkit sambil berte
las akibat penyakit struk yang dideritanya.
nya sudah mulai berkeriput itu pun mendad
tri sembari menaruh obat dan gelas di m
bapak harus minta maaf." Pria itu t
" Istri pria it
putri bungsu mereka kembali pulang dalam keadaan sehat. Namun,
nggil putrinya, sampai terdengar ke luar. Fajri
yang sedang berusaha menenangkan suaminya. "
kabar tentang adikmu? Tolong cari dia, ibu juga sangat merinduk
erjambang tersebut lalu menatap tajam ke ar
kukan adikku itu dengan keji?! Kenapa?!" sanggah Fajri.
tmu. Bagaimana pun juga dia adalah bapakmu. Kamu ti
nia di masa lalu. Saat ini, pria itu hanya ingin mem
sudah berusaha mencarinya ke mana-mana sampai melibatkan kepolisia
api mereka tidak mau berputus asa. Sampai detik
sosial dan berharap sang adik bisa cepat ditemukan, karena kepolisian suda
n kamu sudah tiadak." Fajri menatap lekat foto
u di mana makamnya berada, Bang! " sahu
rena Bapak, k
Sebenarnya kita berdua yang salah
ambil menangis dan penuh emosi. Ia lalu t
kamar itu tampak jelas diingatan Fenti. Ia pun m
menahan bulir bening yang hampir menyerbu pipi. Bagaimana pun ju
kita harus kembali mencari Fania sampai k
an, perempuan beralis tebal tersebut berdiri di hadapan foto Fania.
menjadi Farah. Perempuan itu sekarang tidak
uat dan tangguh. Ia hidup mandiri dan
*
-pesanan hingga malam tiba, sedangkan sang an
un terheran-heran, karena melihat ada bayanga
RT setempat untuk melaporkan yang mereka lihat tadi.
engar laporan warga tersebut. "Kalian mungkin salah lihat. Mana ada anak kec
sendiri, kalau tadi ada anak kecil yang berlarian d
eng Farah miara tuyul?" c
ribo itu. "Neng Farah itu perempuan baik-baik yang tau t
percaya, kita chek aja ke san
rah dan mengetuk pintu sambil mengucap salam. Farah
rang juga!" titah Farah sembari m
, perutku
amuala
kembali mengucap salam sambil menggedor pintu. Akh
. ada apa, ya? Maaf saya tidak bisa membiarkan kalian masu
, maaf kami malam-malam k
kkk
mendengar sesuatu. Ia lalu melihat ke ar
alian yang buang a
ngkan kepala berjamaah dan saling menuduh s
t.' Farah berbisik dalam hati dengan wajah yang panik, karena t
u bahwa ia lah, yang buang angin. "Ma--maaf, Pak RT, tadi it
u. Ia lalu menunduk sembari menggaruk kepala
n Farah. Perempuan itu lalu menyengir, sambil terus memperh
sekali suaranya," cetus Pak RT ya
ak." Perempuan itu mengusap keningn
angin jangan diprotes, karena di bumi ini tidak ada ruangan
"Pak, kenapa jadi bahas kent*t? Kita
katanya tadi mereka itu melihat ada anak kecil yang berlarian di dalam rumah ini. Apa kira-kira ada saudara Neng Farah
ri ketika mendengar ucapan dari Pak RT. I
sam